Mohon tunggu...
Basri Muhammad Ridwan Sangadji
Basri Muhammad Ridwan Sangadji Mohon Tunggu... Penulis - bukan aktivis

Perjalanan menuju dan meraih dunia baru (masa depan) memang berat.tapi yakinlah dengan usaha yang keras pasti akan sampai pada tujuanmu.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kudeta Myanmar: dan Srikandi yang Menjadi Martir

5 Maret 2021   11:52 Diperbarui: 5 Maret 2021   12:03 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jakarta, 05 Maret 2021

Selamat siang dan salam sejahtera bagi para peminat kompasiana, siang hari ini saya ingin menuliss sedikit mengenai satu peristiwa "wow" di Asia Tenggara (bukan sengketa natuna) melainkan sebuah Kudeta oleh junta militer terhadap pemerintah Myanmar yang sah.  Junta menuduh pemerintahan Win Myint melakukan kecurangan pada Pemilu yang lalu. dengan adanya alasan itu, militer kemudian menangkap Presiden Win Myint, Aung San Suu Kyi, dan para pejabat yang disangkut pautkan dengan rezim Win Myint tersebut.

Mereka ditangkap ketika para anggota parlemen terpilih akan menjalani hari pertamanya di masa pemerintahan baru. Tak lama kemudian militer mengumumkan kondisi darurat di Myanmar selama 1 tahun, dan menunjuk seorang mantan jenderal sebagai penjabat presiden guna menjaga stabilitas. Kudeta tersebut dilakukan dengan dengan cukup cepat, sistematis, dan masif. Peristiwa tersebut seketika viral dan mendapat banyak penentangan dari dunia Internasional.

Kudeta tersebut menjadi pemantik dari rakyat Myanmar untuk kemudian melakukan pergerakan dan mobilisasi massa untuk membela pemerintahan de facto dan de jure dari Win Myint. Perlahan rakyat yang didominasi oleh mahasiswa, pekerja, dan beberapa organisasi masyarakat mulai bergerak ke titik aksi yang berada di pusat kota Myanmar. Bahkan  masa pro pemerintah terlibat kerusuhan dengan aparat dan pro militer pada tanggal 1 Februari lalu, dan sejak itu demo Myanmar terjadi di seluruh negeri. Orang-orang menuntut agar negara yang beribukota di Naypyidaw itu kembali ke sistem demokrasi. (dikutip dari Kompas.Com)

Dalam beberapa hari saja mobilisasi massa sudah mulai menguasai titik aksi, sebelum dipukul mundur oleh militer dan pendukungnya. Kemudian masa pendukung militer kemudian menghalau masa pro pemerintah menggunakan cara kekerasan, kekerasan yang didapat oleh masa aksi pro pemerintah semakin tidak terbendung yang ditandai dengantumbangnya beberapa peserta aksi dari pro pemerintah. Dilansir dari kompas.com bahwa sampai tanggal 4 Maret 2021, demonstran yang menjadi martir atau gugur berjumlah 54 orang.

Hal yang menjadi perbincangan hangat diantara masa aksi pro pemerintah mengenai Ding Jia Xi (Rest in Power) yang gugur dengan kebanggan menentang junta militer. Menarik untuk dibahas, Ding Jia Xi merupakan gadis berumur 19 tahun yang ikut tergabung dalam barisan pro pemerintah ketika terjadi kudeta terhadap rezim Win Myint. Menurut cerita dari rekan Ding, beliau kerap melampirkan informasi mengenai dirinya seperti golongan darah. Hal itu dilakukan Ding agar ketika dirinya atau orang lain terluka maka dia bisa cepat mendonorkan atau menerima donor dari masa aksi yang sama dalam hal golongan darah.

Ding Jia Xi dikatakan sangat berani ketika berhadapan dengan militer, bahkan Ding selalu berada digaris terdepan dan sesekali terluka akibat gas air mata.Tensi yang terjadi selama jalannya aksi semakin tinggi pada awal Maret, dan tepat tanggal 4 Maret 2021 Ding yang kala itu sedang berusaha melindungi diri sari gas air mata ambrukoleh sebuah timah panas yang menghujam kepala Ding Jia Xi. Massa aksi yang melihat hal tersebut mencoba untuk memberi pertolongan darurat, namun naas Ding gugur menjadi martir di tempat kejadian. Ding Jia Xi gugur dengan meninggalkan kenangan manis bagi perjuangan pro pemerintah, gugur dengan menyematkan predikat "angel" dari peserta aksi lain sudah menjadi bukti jika Ding seorang revolusioner. 

"jika saya terluka dan tak dapat kembali ke kondisi baik, tolong jangan selamatkan saya. Saya akan memberikan bagian tubuh saya yang berguna pada seseorang yang membutuhkan". Pesan tersebut ditemukan pada secarik kertas yang menjadi wasiat Ding untuk pergerakan beliau. (dikutip dari terasjakarta.poskota.co.id)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun