Di Makassar. Dua perisitwa besar baru saja terjadi. Bersentuhan dengan bulan Ramadhan. Tentu kita semua berharap berkahnya. Pertama, Senin 18 April 2022. Seorang laki-laki kelahiran Bone. Kental dibidang akademik. Peraih penghargaan H-Index Scopus tertinggi. Namanya Prof Batara Surya.
Alumni Universitas 45-- kini Universitas Bosowa. Mengambil jurusan planologi. Diajukan sebagai calon tunggal. Kemudian diputuskan menduduki jabatan rektor. Di tempat dirinya menimba ilmu dulu. Prof Surya menggantikan Prof Saleh Pallu-- menjabat dua periode.
Seusai pelantikan. Dalam sebuah wawancara kepada media. Ada satu hal menarik yang disampaikan Prof Surya. Tidak akan melepas mahasiswa begitu saja. Seusai mereka menyelesaikan masa kuliah. Akan ada tambahan majelis ilmu. Sekitar 4-6 bulan akan digembleng. Agar betul-betul siap tempur.
Salah satu yang jadi perhatian. Tentang penguasaan ilmu wirausaha. Juga tentang penguasaan teknologi. Saya kira ini inovasi. Barangkali juga imaji-- membangkitkan harapan. Di masa depan kelak. Akan banyak pola yang dapat berubah sangat cepat. Salah satunya perkembangan teknologi informasi.
Pikirannya barangkali sederhana. Jika menguasai TI. Dengan jiwa entrepreneur. Lalu adab dan moral yang baik. Segala hal dapat dilakukan-- termasuk kesejahteraan. Termasuk menghentikan kerakusan. Akibat dari ketidakstabilan kemusiaan. Sebab apalah guna ilmu tinggi. Jika adab dan moral begitu rendah.
Kemudian, peristiwa kedua. Rabu 27 April 2022. Atau sekira Sembilan hari. Pasca pelantikan Prof Surya. Kampus merah menyambut pimpinan baru. Kelahiran Kabupaten Takalar. Sekolah berpindah-pindah. Bukan karena nakal. Tapi mengikuti tugas sang ayah-- anggota TNI. Namanya Prof Jamaluddin Jompa.
Prof Jamal menggantikan Prof Dwia Aris Tina Palubuhu-- jabatan pengabdiannya berakhir. Setelah dua periode memimpin Unhas. Prof Jamal bukan orang sembarang. Salah satu pencetus ALMI-- Akademi Ilmuan Muda Indonesia. Sekaligus sebagai ketua pertama.
Dibidang riset. Prof Jamal mendapat penghargaan-- ilmuwan terbaik dengan sitasi publikasi internasional. Itu kemudian mengantarnya memperoleh kusala 2018 Chancellor's Award Recipient dari James Cook University. Tidak berhenti disitu. Prof Jamal terus berkarya.
Tahun 2019 menerima penghargaan Pew Fellows for Marine Coservation Project dari The Pew Charitable Trusts. Ini tidak lepas dari risetnya soal ekosistem laut. Utamanya daerah pesisir. Ketika pemerintah memperkenalkan Kawasan Konservasi Laut (KKL) tahun 2004. Prof Jamal ikut terlibat.
Prof Jamal berfokus pada kondisi ekonomi. Khususnya wilayah pesisir. Mengidentifikasi potensi konflik. Dan memberikan solusi. Tentang pemanfaatan sumber daya yang ada. Tentu harapan yang lebih baik. Secara berkelanjutan dan berkeadilan. Fokusnya pada terumbu karang, padang lamun, dan mangrove.
Tidak salah jika Prof Jamal dekat dengan warga pesisir. Sebab Prof Jamal memberi contoh. Tidak hanya mengurai teori di ruang kuliah. Tapi mempraktekannya di lapangan. Mengupayakan peningkatan kesadaran warga. Â Mendorong partisipasi masyarakat, pelaku usaha, pemerintah, dan LSM.