Mohon tunggu...
Sofyan Basri
Sofyan Basri Mohon Tunggu... Jurnalis - Anak Manusia

Menilai dengan normatif

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cukupkah KNPI Menjadi Benar atau Sesekali Menjadi "Onar"

3 Maret 2020   01:30 Diperbarui: 3 Maret 2020   01:46 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berselang dua tahun yakni pada 27 dan 28 Oktober 1928 Kongres Pemuda II berhasil dilaksanakan. Peserta Kongres Pemuda II tersebut lebih banyak dari sebelumnya. Pada pertemuan itu, lahirlah Sumpah Pemuda "Mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia. Mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia. Menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia".

Dipertemuan itu juga, pertama kalinya WR Supratman memainkan lagu Indonesia Raya dengan alunan biolanya. Kemudian dinyanyikan untuk pertama kalinya oleh Dolly Salim yang merupakan putri salah satu tokoh bangsa, Haji Agus Salim. Pada waktu setelahnya, Budi Utomo menjadi modal penggerak hingga melahirkan NKRI.

Budi Utomo yang dalam perjalanannya berada diluar kekuasaan tidak berhenti melahirkan pemuda hebat. Salah satu diantaranya adalah Aboekassan Atmodirono. Walau pada dasarnya Atmodirono gagal mendalami politik tapi jiwa arsiteknya menjadi bahan perbincangan. Terutama ketika ia diberi kesempatan untuk berpidato di Volksraad dan menyampaikan pesan yang begitu menggugah.

Karena itu, baik KNPI maupun Budi Utomo masing-masing melahirkan tokoh besar dan pemimpin besar. Walau gerakan dan sikapnya terhadak kekuasaan sangat jauh berbeda. Tentu ini harus menjadi pelajaran dan evaluasi diri bagi KNPI untuk tidak "terlalu" manut dengan kekuasaan. Bahwa telah ada contoh organisasi yang bergerak di luar kekuasaan dan mampu berbuat banyak pula.

Namun demikian, jika memang dua organisasi di atas terlalu jauh untuk disandingkan. Apalagi misalkan keduanya terpaut waktu yang sangat jauh dan situasi dan kondisi yang berbeda. Maka jalan tengah bisa kita ambil adalah filosofi gerakannya. Bahwa KNPI telah benar memilih jalurnya hari ini untuk terus berdada dalam ketiak kekuasaan seperti pada masa kelahirannya.

Dan Budi Utomo lebih dalam dari kebenaran. Ia memilih untuk tidak hanya sekedar menjadi benar tapi lebih dari itu, Budi Utomo memutuskan untuk berempati dan peduli atas situasi dan kondisi para pemuda bumiputra waktu itu. Dimana hanya kalangan para priyai yang dapat menikmati pendidikan dan lain sebagainya. Ini tentu bisa jadi pertimbangan.

Bahwa KNPI sudah cukupkah hanya menjadi benar? Atau memilih jalan radikal untuk melakukan "pemberontakan". Apalagi masa depan bangsa dan negara ini pada waktu yang akan datang berada ditangan para pemudanya. Oleh karenanya, bagaimana mungkin Indonesia mampu meraih keemasan pada 2045 jika pemuda hanya tunduk dan patuh pada kekuasaan.

Sebuah pesan moral yang fenomenal pernah dilontarkan oleh founding fathers, Ir Soekarno "Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia". Apakah pemuda yang dimaksud Soekarno itu adalah yang manut dan penurut? Tentu kita semua secara sadar dapat mengartikannya.

Menjadi benar tidaklah salah tapi apakah dengan menjadi benar harus melupakan rasa empati dan kepedulian. Bahwa dengan mendukung RUU Omnibus Law yang menurut sejumlah akademisi sangat mengerikan itu akan mendapatkan simpati dan pengakuan kepengurusan secara sah dari pemerintah adalah langkah benar di tengah dualisme kepengurusan ditingkat nasional dan daerah, termasuk di Sulsel.

Tapi apakah hal itu tidak melacurkan nurani, empati dan peduli orang-orang KNPI itu sendiri? Dan apakah catatan KNPI sebagai penerus generasi sumpah pemuda bukanlah sebuah cibiran? Tentu kita punya asumsi dan opini. Silahkan tulis dikolom komentar. Hahaha

Kupikir cukup sekian, salam cinta, aku mencintaimu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun