Mohon tunggu...
Sofyan Basri
Sofyan Basri Mohon Tunggu... Jurnalis - Anak Manusia

Menilai dengan normatif

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Demokrat, SBY, AHY, dan Pilpres (1)

26 Maret 2018   17:32 Diperbarui: 26 Maret 2018   18:18 851
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semenjak munculnya Partai Demokrat dalam arena Pemilihan Presiden (Pilpres) 2004 lalu, nama Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kian meroket. Sebab memang, munculnya partai berlambang mercy itu merupakan salah satu bentuk persiapan SBY untuk maju dalam perebutan kursi kosong satu RI.

Ketika itu, SBY yang berpasangan dengan politisi asal Sulsel, Jusuf Kalla (JK) yang hanya diusung oleh tiga partai kecil yakni Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI), dan Partai Demokrat mampu melenggang hingga putaran kedua.

Pada putaran kedua itu, SBY-JK masih tak terbendung ketika melawan Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi yang diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Hasilnya, 69.266.350 jumlah suara sah atau sekitar 60,62% untuk memuluskan SBY-JK masuk Istana.

Kemenangan SBY-JK pun berimbas pada Partai Demokrat yang kian populer. Jika diawal kemunculan Demokrat, SBY-lah yang sangat diuntungkan. Maka ketika SBY terpilih menjadi Presiden RI, Demokratlah yang paling berimbas secara positif dalam kancah politik nasional.

Hal ini terbukti ketika Pemilihan Legislatif (Pileg) 2009, Partai Demokrat menjadi partai pemenangan dengan total pemilih 21.703.137 dengan persentase 20,40% dan jumlah kursi sebanyak 150 di DPR. Hasil ini tiga kali lebih banyak dari perolehan suara pada Pileg 2004 yakni 8.455.225 atau 7,45% dengan 57 kursi.

Kupikir simbiosis mutualisme inilah yang tidak bisa dilepas antara SBY dan Partai Demokrat hingga saat ini. Sebagai contoh, pada Pileg 2014 Partai Demokrat rontok. Jumlah kursi yang sebelumnya mencapai 150 turun drastis menjadi 61 kursi. Tak lebih baik ketika muncul pada Pileg 2004.

Dan itu terjadi ketika Partai Demokrat dan SBY tidak saling memperhatikan alias saling cuek yakni ketika tidak mendorong Edhie Baskoro Yudhoyono atau Ibas dalam Kongres Partai Demokrat  2010. Ketika itu, muncul nama Anas Urbaningrum sebagai pemenang dengan mengalahkan Marzuki Alie dan Andi Malarangeng.

Apa yang terjadi? Ditangan Anas Urbaingrum, Partai Demokrat goyah dengan mulai diterpa gelombang korupsi yang sangat kuat. Mulai ketika Bendahara Umum Partai Demokrat  M. Nazaruddin dijadikan tersangka korupsi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atas kasus pembangunan Wisma Atlet di Palembang.

Kemudian menyeret nama tenar diinternal Demokrat lainnya, antara lain Andi Malarangen yang tak lain adalah Menteri Pemuda dan Olahraga waktu itu, pun bernasib sama. Selanjutnya, ada nama Angelina Sondakh hingga Ketua Umum Demokrat Anas Urbaningrum sendiri dijadikan tersangka oleh KPK diawal tahun 2013.

Untuk menyelematkan Partai Demokrat pasca Anas mundur, Majelis Tinggi Partai Demokrat menggelar rapat di Cikeas. Yang memutuskan memberikan mandat kepada Wakil Ketua Umum I Max Sopacua, Wakil Ketua Umum II Jhonny Alen Marbun, Sekretaris Jenderal Edhi Baskoro Yudhoyono, dan Direktur Eksekutif Toto Riyanto untuk menjalankan kegiatan kepartaian.

Salah satu agenda utama ditunjuknya empat kader terbaik Demokrat adalah melaksanakan Kongres Luar Biasa (KLB) yang pada akhirnya dilaksanakan di Denpasar, Bali. Dalam KLB tersebut, SBY terpilih secara aklamasi dengan dukungan penuh dari Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) se-Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun