Mohon tunggu...
Sofyan Basri
Sofyan Basri Mohon Tunggu... Jurnalis - Anak Manusia

Menilai dengan normatif

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Asmat yang Terlupakan

16 Januari 2018   13:03 Diperbarui: 16 Januari 2018   13:32 1077
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Runtuhnya mezanin pada Tower 2 Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta begitu heboh dan menjadi perbincangan dimana-mana. Bahkan, media-media televisi nasional langsung melakukan Breaking News untuk mengabarkan kejadian selama berjam-jam.

Tak hanya itu, sejak kejadian sekitar pukul 12.00 WIB, pemberitaan mengenai peristiwa tak terduga tersebut terus digulirkan. Terutama pada media-media online. Tak terkecuali media sosial facebook, twitter, instagram, dan lain-lain.

Saya tidak ingin menarik secara terpaksa rasa kemanusiaan saya atas kejadian tersebut. Akan tetapi, nalar saya sedikit brutal dengan mengatakan bahwa kejadian tersebut seperti sebuah peristiwa yang biasa saja. Bahkan rasa empati saya tidak goyang sama sekali.

Ini bukan berarti saya tidak ingin peduli. Akan tetapi, rasa peduli saya lebih tepat jika kuarahkan pada kejadian yang lebih pedis dan miris yang luput dari pantauan banyak orang negeri ini termasuk orang nomor satu yang kini sedang duduk manis di Istana sana.

Rasa peduli dan rasa kemanusiaan saya lebih menonjol kepada apa yang menimpa saudara sebangsa saya yang ada di Kabupaten Asmat, Papua. Berkecamuk rasanya pikiran saya. Dimana 58 anak meninggal akibat wabah campak di Asmat.

Bahkan, saat ini masih ada 471 anak yang masih terbaring sakit yang tersebar pada 23 distrik di Asmat. Mirisnya lagi, makanan bergizi di Asmat sangat kurang, khususnya sayuran dan ikan. Tak terkecuali ibu hamil dan menyusui. Akibatnya, air susu yang dikeluarkan kurang berkualitas.

Coba anda bayangkan, 58 anak meninggal akibat tak tersentuh isfrastruktur kesehatan. Padahal seringkali saya mendengar jika infrastruktur di Papua kini sudah bagus. Maka sekarang saya ingin bertanya dimana bukti dari kalimat infrastruktur tersebut.

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indoensia dalam Pancasila itu penerapannya dimana. Saya juga ingin bertanya kepada orang-orang yang katanya Pancasilais, mana Anda semua. Kenapa Anda diam mendengar dan melihat penderitaan saudara sebangsa sedang meraung-raung dalam tangisan.

Informasi yang saya dapatkan dari hanya dua tiga media saja, jika kejadian wabah campak itu sudah terjadi sejak November 2017 lalu. Miris bukan. Itulah kenapa saya mencabut rasa kemanusiaan saya atas kejadian di gedung BEI. Saya harap anda pun demikian.

Saya berharap, jika anda peduli cukup bagikan informasi ini kepada seluruh rakyat Indonesia yang mungkin saja memiliki gejolak rasa yang sama. Sebab bagi saya, rasa kemanusiaan dan kepedulian itu perlu ditempatkan pada porsi yang tepat. Saya juga ingin mengingatkan, bahwa Indonesia bukan hanya Jakarta, tapi Asmat juga Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun