Mohon tunggu...
Sofyan Basri
Sofyan Basri Mohon Tunggu... Jurnalis - Anak Manusia

Menilai dengan normatif

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pemuda dan Era Digital

28 Oktober 2017   00:25 Diperbarui: 28 Oktober 2017   02:09 4948
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Era digital memang menjadi tren positif dalam berbagai hal untuk berinovasi. Bahkan, pekerjaan yang dulunya sangat rumit kini dipermudah oleh teknologi dengan segala kecanggihannya. Akan tetapi, hal itu bukan berarti tanpa kekurangan.

Saya kira banyak hal juga yang mesti kita batasi dalam teknologi. Mengingat, teknologi seakan menjadi candu bagi penggunanya. Misalnya, seorang akan merasa kesepian ketika data dalam smartphonenya tidak aktif atau tidak terkoneksi dengan internet melalui wifi.

Jika dulu Handphone (HP) itu seperti barang yang sangat berharga dengan harga selangit. Maka sekarang, dengan ratusan ribu saja, para pembaca sekalian sudah mampu menikmati HP smartphone dengan segala kelebihannya. Mulai dari sekedar browsing, berselancar dimedia sosial hingga memutar lagu, bahkan nonton film.

Pengalaman saya, smartphone ini kadang dalam situasi tertentu menjadi sebuah penyakit yang sangat berbahaya. Pasalnya, ketika kita sedang asyik-asyiknya memakai smartphone dapat membuat kita lupa dengan orang disekitar kita, lupa makan, lupa waktu, bahkan membuat orang kecelakaan.

Sebab tak jarang kita mendengar orang mengalami kecelakaan karena sedang asyik bermain smartphone. Mulai dari tertabrak mobil, jatuh dari motor, hingga terjatuh ke parit. Terbaru, ada seorang gamers yang meninggal karena 24 jam bermain game tanpa henti.

Game Online

Awal tahun 2015 lalu, para remaja dan anak muda diberbagai pelosok sedang dihebohkan dengan game on line Clash of Clans (COC). Game tersebut begitu membuminya, membuat sejumlah warkop di Kota Makassar dipenuhi oleh gamers COC. Ada istilah yang sering saya dengar dari para gamers itu adalah war, war dan war.

Pada awalnya saya tidak begitu mengerti arti dari kata itu. Tapi, sejumlah teman menjelaskan bahwa yang dimaksud war adalah berperang melawan kelompok lain dalam game COC tersebut. Saya sedikit tergelitik ketika mendengarnya, sebab hal itu seperti mengajarkan para gamers untuk saling memusuhi.

Setelah era kejayaan COC, muncullah game on line yang lain yakni Pokemon Go. Game yang satu ini pun langsung membumi dan menjadi incaran dan buruan para gamers. Tak telak, meski belum masuk secara resmi di Indonesia, namun sejumlah gamers mendapatkan game Pokemon Go secara ilegal melalui internet.

Seperti halnya COC, Pokemon Go seakan menjadi candu bagi para gamers. Bahkan, dalam memainkan game ini, para gamers biasanya mengalami kejadian lucu, unik, bahkan mengenaskan. Saya sebutkan lucu dan unik karena game tidak memandang siapa pemainnya, sehingga kadang gamers yang bergama islam masuk dalam area gereja.

Dan saya sebut mengenaskan, sebab dalam memainkan game ini, para gamers mesti melakukan banyak gerakan. Termasuk berlari ketempat-tempat tertentu untuk menemukan Pokemon handal. Hal inilah yang kadang membuat para gamers kehilangan kendali, tidak sadar langsung jatuh, hingga mengalami kecelakaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun