Mohon tunggu...
Sofyan Basri
Sofyan Basri Mohon Tunggu... Jurnalis - Anak Manusia

Menilai dengan normatif

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Fenomena Bunuh Diri

1 Agustus 2017   22:43 Diperbarui: 2 Agustus 2017   14:23 3255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dua hari lalu, media sosial digegerkan oleh video aksi bunuh diri yang dilakukan oleh dua wanita lantai 5A Apartemen Gateway, Jalan Ahmad Yani, Kota Bandung. Pada Maret lalu, bunuh diri yang dilakukan oleh seorang laki-laki juga demikian. Namun bedanya, aksi itu dilakukan secara live pada salah satu media sosial.

Berdsasarkan data dari World Health Organization (WHO), angka bunuh diri di Indonesia menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Tahun 2010 lalu, angkanya sekitar 5.000 orang setiap tahun. Kemudian pada tahun 2012, mengalami peningkatan menjadi 10.000 setiap tahun.

Sedangkan dalam catatan Badan Pusat Statistik (BPS), setidaknya ada 812 kasus bunuh diri di seluruh wilayah Indonesia pada tahun 2015. Angka tersebut adalah yang tercatat di kepolisian, namun diperkirakan angka tersebut bisa jadi berbeda dengan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat.

Angka itu kemudian membuat Indonesia berada pada urutan ke-8 negara yang berada pada kawasan Asean dari 10 negara. Memang masih berada pada tingkat yang relatif rendah, namun hal itu tentu masih menjadi masalah sosial yang perlu menjadi perhatian oleh seluruh lapisan masyarakat.

Dalam sebuah makalah yang berjudul Suicide Prevention in Indonesia: Providing Public Advocacy yang ditulis oleh Ronny T Wirasto, mengatakan fenomena bunuh diri di Indonesia lebih banyak diakibatkan oleh gangguan mental, permasalahan keluarga, alkhohol, narkoba, redahnya pengetahuan agama, hingga kehidupan sosial dan faktor ekonomi.

Di Makassar sendiri, tepatnya tanggal 20 Juli lalu, seorang laki-laki mencoba bunuh diri, namun digagalkan oleh masyarakat dan pihak kepolisian. Informasi dari media on line, laki-laki yang nekat ingin mengakhiri hidupnya di Fly Over lantaran masalah keluarga.

Begitu juga yang dialami oleh seorang laki-laki asal Sinjai yang melakukan aksi gantung diri di Halte Bus Mamminasata, depan kampus Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Jalan Sultan Alauddin, Makassar, tanggal 30 April lalu.

Pada dasarnya, pencegahan bunuh diri ini dapat dilakukan dengan memperbaiki hubungan dengan keluarga, terutama kepada orang tua. Bersyukurlah kalian yang masih hidup orang tuanya dan masih setiap hari bertemu, tidak seperti kami yang mencari kehidupan di tanah rantau yang hanya saling sapa dengan orang-orang yang disayangi hanya melalui telepon seluler.

Ingat, bahwa bunuh diri itu bukan menyelesaikan masalah, melainkan hanya membuat masalah baru. Dan BUNUH DIRI HANYALAH AKSI PENGECUT SEORANG MANUSIA YANG TIDAK MENGAKUI KEMANUSIAANNYA DIHADAPAN TUHAN.

Makassar, 26 Juli 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun