Mohon tunggu...
Asoka Yudha Pamungkas
Asoka Yudha Pamungkas Mohon Tunggu... -

hafal pancasila......suka liat president pidato..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Rumah Terakhir

6 Juli 2011   08:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:53 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi itu jalanan agak lengang,tidak sepadat hari biasanya untuk ukuran kota besar ke dua ini..kota yg menyimpanan komplikasi masalah yg amat akut.

Kupacu motor 70an ini dengan kecepatan yg paling maksimal..dan jarum speedometer hanya menunjuk arah 60.namun di sebelah kanan jalan tepat di sekitar sten kali mulai macet…terlihat kerumunan masa bergerak ke arah ujung stren kali yg berbatasan dengan jembatan.smakin banyak..smakin banyak..seperti lebah kembali ke sarangnya.

“jangan pernah takut ..kita punya hak mempertahankan apa yg kita punya.tidak usah takut..”teriak salah seorang laki-laki berbadan gelap sambil acung-acungkan kayu di tangan kanannya..

“Pemkot punya hak mengambil tapi kita juga punya hak untuk mempertahanakannya..sampai kita tak dapat berbuat apa-apa lagi…atau hingga darah tertumpah disini…5 tahun saya tinggal disini,kenapa baru sekarang ini terjadi..apa yg salah dengan kami..”sambungnya lagi dengan tingkat keberaniaan yg lebih tinggi..laki-laki penjual telor asin ini memang sulit lepas dari tempat itu lantaran penghasilan sebagai asongan tidak cukup untuk cari tempat kos yg layak..Taryo,sinbad dr kali jagir itulah julukan lantaran postur tubuhnya yg gelap,besar dan raut wajah yg keras..

Barikade polisi dan satpol PP berjajar rapi membentuk pagar betis,diantara bangunan-bangunan dan masa yg smakin banyak.situasi tegang.esekusi belum di lakukan krn menunggu eskavator,mesin yg pandai buat smua berantakan.

“apa salah kami pak..dosa apa kami ini menjadi rakyat negeri ini,bukan keinginan kami menjadi miskin dan serba kesulitan seperti ini..” jerit seorang ibu separuh baya di iringi tangisan
“kami hanya ingin menjadi warga yg baik,rakyat yg patuh pada pimpinan..karena kami begitu percaya pada pemimpin-pemimpin kami meskipun kalian khianati kepercayaan kami..apakah kami pernah menggangu kalian..merugikan kalian..mencuri hak kalian..kenapa kalian usik ketenangan kami yg sedikit ini..saya mohon pak..saya mohon biarkan kami tetap tinggal di sini..tetap hidup dengan apa yg kami punya ,dengan apa yg kami bisa lakukan,berilah kami julukan sesuka kalian,gembel,tuna wisma,preman,sampah kota,manusia tak berguna…apapun julukan itu kami terima..karena kami sadari keadaan kami, sekali lagi saya mohon jangan ambil kebahagiaan kami yg sedikit ini….saya mohon pak……”perempuan stengah baya itu mbok minah..dia adalah buruh,pengelupas bawang di pasar jagir..hidup sebatang kara..tak ada sanak saudara…wajahnya lebih tua dr usianya..kulitnya gelap..tanganya keras..hidup membuatnya seperti itu..
“ anjing..bangsat,keparat…apa kalian tak punya hati ..apa kalian tak punya nurani..tempat inilah satu-satunya yg kami punya..untuk sekedar kendorkan otot-otot tubuh kami,tempat sembunyi dari dinginnya malam..tempat lari dari teriknya siang..bukankah kita satu bangsa..lalu untuk siapa kemerdekaan ini..kalian bangun Mall seperti bangun pos kampling di setiap perempatan kota ini ada..tempat hiburan..komplek makanan enak...tempat-tempat itu hanya untuk penuhi syahwat materialisme dan hedonisme..prostitusi kalian lindungi bahkan kalian tumbuh kembangkan, kalian beri penyuluhan dan tes kesehatan rutin…lalu apa yg kalian lakukan pada kami…apa lantaran kami tidak dapat beri upeti..apa lantaran kami tidak sedap di pandang krn hanya bisa bangun rumah dg tumpukan kardus..” seseorang tiba-tiba muncul di depan kerumunan masa dengan mencaci maki petugas keamanan yg tetap berdiri tegak seolah bersiap-siap ingin melakukan tugas besar yg akan membanggakan bangsa dan negara.
“asal kalian tahu..kami begini bukan karena kami ingin seperti ini, kebodohanlah yg membuat kami seperti ini dan kami sadari itu..namun apakah kebodohan dan kemisikianan kami ini lantas kami merengek-rengek dan minta di berikan jatah makan setiap hari..jatah beras….tidak…kami masih bisa bekerja..dan berusaha sendiri,kami juga tidak pernah menghabiskan anggaran belanja kalian..lalu apa yg membuat kalian begitu bersemangat dan antusias..untuk terus mengusir kami..menyingkirkan kami…”sambungnya dg nada tinggi..

Penggusuran adalah cara yg paling di gemari pemerintah daerah dalam menyelesaikan persoaalan sosial perkotaan ,bangunan liar,PKL ( pedagang kaki lima )..tanpa ada kejelasan soal nasib mereka selanjutnya. Rumah susun dan relokasi tempat dagang..kadang justru memicu masalah baru yaitu..pengeluaran yg memberatkan penghuni dan tempat relokasi yg sepi pembeli..alasan keindahan kota, tata kota dan menjadikan kota ini sebagai kota metropolis yg indah, bersih dan makmur kadang menjadi legitimasi aksi penindasan ini..seolah-olah pemerintah tidak punya kewajiban terhadap mereka-mereka itu..kesenjangan semakin lebar..Mall dan mobil mewah tlah kuasai kota ini..bukankah ini adalah ejekan yg nyata terhadap kaum miskin..acara TV hanya buat mereka semakin yakin kalo mereka benar-benar miskin dan seperti makluk alien yg salah tempat pendaratan pesawatnya..smua acara televisi saat ini hanya suguhkan hingar bingar konsumtifisme dan budaya instan…menjijikan.
“saudara-saudara kami akan melakukan pengosongan tempat ini hari ini..stren kali sepanjang 1 km ini akan kami sulap menjadi tempat yg indah, asri dan berbudaya..kekumuhan serta keruwetan ini akan segera berakhir..jadi dengan segala hormat kami mohon bapak-bapak,ibu dan saudara sekalian segera kemasi barang kalian semua..kami akan meratakan tempat ini pukul 10 wib.”raungan megaphone membelah bisingnya suara masa..diam.senyap sketika.. suara pejabat pemkot itu begitu jelas dan menyakitkan,..suwanto nama pejabat itu seperi tertera pada bat name pada seragam dinas coklat yg dia pakai
“ lalu bagai mana nasib kami selanjutnya “ Tanya sokip penjual rokok keliling di terminal joyoboyo
“bukankah kami sudah sosialisasikan masalah ini berkali-kali..agar penghuni tempat ini pindah ketempat yg telah kami sediakan ..rumah susun yang saya kira akan lebih baik dan nyaman dari rumah kardus kalian…”jawabnya sinis dan arogan
“taek…kalian tak pernah sungguh-sunguh sediakan tempat itu kepada kami..kenapa masih ada uang sewa yg mahal” tak kalah sengit
“alasan….harga yg kami berikan begitu murah untuk fasilitas yg begitu lengkap dan lingkungan yg asri,dua kamar tidur,ruang tamu,kamar mandi..hanya Rp 300.000,-..kalo listrik ya tergantung bagaimana kalian berhemat…gitu aja kok repot”
“tetep mahal pak..itu belum biaya hidup kami sendiri…saya bisa tidur nyenyak,lingkungan bersih..tapi kalo tidak bisa makan itu juga percuma”sahut sokip
“apakah tidak ada jalan keluar selain hal sperti ini”imbuh mbok minah
“smua telah di program dan sesuai scadule jika ini nanti tidak terlaksanan..dan di tunda-tunda terus ini kan menghambat program kerja kami..dan jika program kerja yg populis seperti ini gagal maka apa yg bisa kami banggakan di akhir jabatan kami…masak pekerjaan beresin sampah aja tidak bisa..kredibiltas kami jd taruhannya…”…kesan angkuh pejabat ini sangat terlihat..gayanya seperti centeng zaman kompeni…badan kurus,tinggi..berkumis tipis dan rabut agak ikal…inlander

waktu menunjukan pukul 09.35wib sebentar lagi..sebuah tragedi terjadi lagi tragedi di zaman kemerdekaan…tragedi antar sesama anak bangsa yg berbeda kasta…untuk siapa kemerdekaan ini…kemana bunyi :fakir miskin dan anak terlantar di pelihara oleh negara..jika negara tidak lagi peduli kepada mereka lalu siapa lagi..bukankah ini fungsi negara…merawat, memelihara dan melindungi rakyatnya..seperti seorang bapak merawat dan melindungi anaknya..tidak ada pamrih tidak ada kata untung rugi yang ada pengabdiaan dan ke ikhlasaan…tapi fungsi negara justru terbalik..rakyatlah yg menghidupi negara..rakyatlah yg musti berkorban buat kepentingan negara yg absurd itu..pajak…menjadi andalan pendapatan…sedangkan kekayaan alam di biarkan di garong oleh asing…apakah ini namanya kemerdekaan…kemerdekaan di nikmati 10% dari 230 jt penduduk negeri ini…
jangan salahkan mereka jika masalah social smakin menjadi-jadi lantaran..kejahatan meningkat, geladangan standby di trotoar-trotoar jln raya, pengemis, pengamen, pelacuran..mereka butuh kepedulian pemerintah..mereka butuh kasih sayang pemerintah..mereka butuh belaian dan pelukan hangat pemerintah..tapi pemerntah lebih sibuk dg proyek-proyek simbolik yg angkuh..tentu saja politik sangat menghabiskan waktu dan tenaga para pejabat, hingga lupa dengan .rakyat yg memilihnya…bangsat memang mereka.

Eskavator mulai masuk perlahan-lahan di arena penggusuran..

Di depan barikade polisi dan satpol PP dg backgraund eskavator,bangunan kumuh dan kumpulan masa..berdiri seorang gadis manis dg tanda pengenal menggantung di dadanya..reporter SBY TV..dan seorang juru kamera bersiap-siap segera live report..meliput tentang detik-detik penggusuran ini..sebuah liputan yg menarik yg mungkin akan mengalahkan reality show Tolong,Bedah Rumah,Seandainya Aku Menjadi..smua itu adalah reality show di mana kemsikinan menjadi obyek hiburan..menjadi bahan tertawaan..menjadi tontonan…tak ada keikhlasan…murni hiburan tak ada pesan moral…oleh karena itu saya baru tahu kenapa kriminalitas, perceraian, korupsi, pembunuhan..menjadi santapan pagi, siang, malam..warga republik ini..karena mereka menganggap bad news is good news..jadi jangan kaget kalo negara smakin parah..dan rakyatnya makin tak bermoral karena memang kita di bimbing dan di bina oleh televisi…seperti itu.
“ pemirsa,saya novita anggraini dr SBY TV melaporkan detik-detik terakhir prosesi penggusuran..bangunan liar di steen kali jagir..terjadi ketegangan antara aparat keamanan dan warga penghuni stren kali…suasana yg panas semakin panas pemirsa..lantaraan..masih belum jelasnya nasib warga sten kali…coba kami akan wawancarai seorang warga”
“ siang bu…nama ibu siapa “
“saya tatik..”
“Ibu tinggal di stren kali ini”
“sudah 4 tahun saya tinggal di situ”
“terus..ibu tinggal di mana setelah ini”
“tidak tahu mbak..mungkin kembali ke asal..d emperan toko”
“bukannya..sudah di sediakan rusun bu…”
“rusun…pemerintah kita memang suka bercanda..masak..penjual tahu asin seperti saya ini di suruh sewa harga segitu,,,belum transportnya ke sini..makan..listriknya…bisa-bisa saya mati jongkok mbk….pemerintah wes gendeng mbak…”
“trimakasih bu tatik…pemirsa itu tadi ungkapan hati warga sten kali yg tak mau pindah….smoga pemerintah bisa lebih bijak dlm mengabil sebuah keutusan…demikan laporan dr kami..slamt siang “

Jarum jam di tanganku tepat pukul 10 wib..ayunan tangan eskavator luluh lantakkan bangunan..rata dengan tanah..jeritan tangis..marah, benci dan ketidak berdayaan..terdengar nyaring…berkumpul menjadi satu….masa mulai semakin brutal..liar..terjadi dorong mendorong dg aparat…tp berhubung aparat lebih banyak..maka warga stren tak bisa berbuat banyak..kecuali pasrah…jika kemiskianan in tidak boleh terjadi kenapa pemerintah,,,tidak gratiskan total sekolah, pemberian modal usaha, pelatihan ketrampilan untuk mandiri,,,kenapa pemerintah tak peduli, hanya peduli dengan urusan perut dan golongan mereka sendiri….hati ini sakit marah melihat hak seperti ini..tapi apa daya ku..hanya seorang buruh di perusahaan jasa..kesehatan mata yg tlah kuasai negeri ini…namaku yudha…o ya smoga tragedi ini segera berakhir..dan kita tak lagi melihat kepedihan seperti ini lagi…ku nyalakan joni ( julukan motorku) aku berbalik arah..kembali pulang..hari ini begitu berat..berat mengingat kita belum merdeka….

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun