Mohon tunggu...
Bas OK
Bas OK Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis Sejati

penulis lepas dari berbagai keteraturan baku

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Porprov 2022 Sulteng, Mutasi Atlet dan Sportivitas

22 Desember 2022   13:28 Diperbarui: 22 Desember 2022   13:30 2164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Made Dinda Windiasari

Oleh M BARNABAS LOINANG

 

SEYOGYANYA Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) adalah ajang seleksi atlet Sulteng menuju Babak Kualifikasi PON 2024. Tetapi tidak semua kontingen mengerti apa arti dari multi event olahraga empat tahunan ini.

Porprov 2022 yang baru saja selesai, memberi makna tidak semuanya peserta pesta olahraga ini menjunjung tinggi sportivitas dan fair play. Mudah sekali dijumpai, atlet-atlet kontrak dari luar provinsi yang bertebaran di arena. Kontrak yang dibungkus keabsahan dan diloloskan dewan hakim dengan dalih bukti kabur.

Di cabang olahraga bulutangkis terlihat paling mencolok. Atlet bulutangkis dari Jawa Timur, Made Dinda Windiasari, peraih medali emas beregu PON Papua, bermain bebas atas nama Morowali. Ada Farhan Ananto atlet DKI Jakarta juga bermain atas nama Morowali.

Begitu juga di atletik, atlet atletik Makassar Asnida Aras yang dikontrak kabupaten Banggai.

Sesuai keabsahan, atlet tersebut sah bermain Porprov karena ber KTP sulteng. Namun berbicara sportivitas, sangat jauh dari maksud sportivitas.  Sportivitas bisa bermakna dari arti Porprov, "Ayo kita bersaing dengan atlet binaan kita sendiri. Ayo tunjukkan hasil latihanmu dan bertemu di Arena."

Sungguh, Porprov Sulteng tahun 2022 ini memberikan pelajaran yang begitu berharga bagi atlet lokal dan buah pembinaan para pengkab pengkot cabang olahraga. Di cabor bulutangkis, juara kejurprov bulutangkis berturut-turut yang dibawa Kota Palu tumbang tak berkutik dengan skor telak. Begitu juga Asnida Aras berkali-kali tidak terkejar oleh atlet lokal.

Saya mencoba melukiskan bahasa kalbu mereka ketika di arena; "Ohh mengapakah yang dari Makassar bisa main, mengapa dari Jawa Timur bisa main. Tidakkah induk olahraga saya, KONI saya, melarang mereka main. Sekalipun saya tidak pernah bertemu mereka kecuali di aeran open, apa gunanya saya latihan di Sulteng kalau harus bertemu mereka dari luar"

Tentu ada yang beranggapan, bukankah itu bagus untuk dalil bahwa di luar masih ada yang lebih bagus. Hee, sadarlah, ini Porprov bukan open. Bacalah makna sportivitas kembali dalam tulisan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun