Mohon tunggu...
Basok Nasruddin
Basok Nasruddin Mohon Tunggu... -

Menikmati karunia ilahi dengan melukisnya dengan cahaya membingkai keindahannya melalui jendela bidik kamera...

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Di Jantung Kota Moskwa

24 Maret 2011   11:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:29 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhirnya aku jejakkan juga kedua telapak kakiku di jantung kota Moskwa, di tengah lapangan yang dibangun dari ribuan batu berwarna legam yang tersusun rapi itu. Selama ini aku hanya bisa membayangkan dan merangkainya dalam benak berdasar gambar yang aku lihat di televisi atau majalah dan surat kabar. Dengan luas lebih dari 70,000 meter persegi, lapangan yang membentang persis di sisi barat tembok Kremlin itu panjangnya mencapai 695 meter dengan lebar rata-rata 130 meter.

13010678641362400131
13010678641362400131
Aku sengaja berdiri di tengah – tepat di tengah – menurut perkiraanku, lalu aku menghadap ke utara. Di hadapanku berdiri sebuah bangunan bergaya abad ke-19 dengan warna dominan merah. Itulah the State Historical Museum yang menampung benda-benda purbakala peninggalan nenek moyang bangsa Rusia. Museum itu juga menjadi etalase penyimpanan barang-barang berharga milik dinasti Romanov yang nilainya mencapai jutaan dollar Amerika. Bersebelahan dengan Museum Sejarah – hanya dipisahkan oleh jalan masuk selebar 5-7 meter – tepatnya di arah timur laut Lapangan Merah, terdapat sebuah gereja orthodox yang tidak terlalu besar, Kazan Cathedral.
1301067933252410963
1301067933252410963
13010681561052671316
13010681561052671316
Pandangan aku geser ke kanan, ke sebelah timur. Lidahku berdecak kagum melihat gedung berwarna ivory yang mendominasi lebih dari separuh sisi timur Lapangan Merah itu. GUM (Главный Универсальный Магазин, Glavnyi Universalnyi Magazin), demikian orang Rusia menamakannya. Main Department Store bergaya arsitektur Medieval Rusia yang dirancang oleh arsitek Alexander Pomerantsev dan Vladimir Shukhov itu, mirip dengan gedung Victorian Train Station yang ada di London. Dibangun di penghujung abad ke-19, tepatnya tahun 1890 – 1893, GUM begitu kontras dengan The State Historical Museum yang didominasi warna merah.
1301068321959759230
1301068321959759230
Decak kagum semakin bertambah ketika arah badanku berputar 45 derajat ke arah selatan. Bangunan yang mirip istana boneka dalam fairy tales itu mengundangku untuk melangkah mendekat. Kubahnya – mirip kubah masjid – tetapi berwarna-warni. Ada yang memiliki pola meliuk, menguncup seperti ice-cream cone. Ada juga yang berpola seperti sisik buah salak berwarna hijau, kuning, dan merah. Dan kubah yang tertinggi dari sepuluh kubah yang ada dicat berwarna emas, dan dipucuknya tertancap sebuah salib. Itulah the Saint Basil Cathedral. Bukan gereja orthodox tertua di Rusia, tetapi mungkin inilah gereja yang paling terkenal dan unik di seantero Rusia – bahkan mungkin di dunia. Konon arsiteknya harus kehilangan kedua bola matanya setelah ia menyelesaikan pembangunan gereja itu agar dia tidak pernah lagi membuat gereja yang sama. Setela puas mengamati bentuk dan warnanya yang unik, aku palingkan pandangan ke arah barat. Inilah rupanya Kremlin. The Moscow Kremlin (Rusia: Московский Кремль, Moskovskiy Kreml), atau sering disingkat dengan The Kremlin. Dalam bahasa Rusia, Kremlin itu sendiri berarti tembok. Dihadapanku memang terbentang tembok berwarna merah. Panjangnya mencapai 2235 meter dengan tinggi antara 5 hingga 19 meter. Tembok berbentuk segitiga tak beraturan itu memagari empat istana dan empat cathedral di dalamnya, serta berbagai peninggalan masa kejayaan tsar Rusia. Kemasyhuran Kremlin tentu bukan karena tembok ini sudah ada sejak tahun 1320an. Kremlin sudah menjadi metonym – yang mengacu pada penguasa Uni Sovyet sejak 1920 – 1991 atau pemerintah Federasi Rusia 1991 hingga sekarang. Menyebut Kremlin sama dengan Whitehall untuk pemerintahan Inggris atau The White House untuk Pemerintahan Amerika Serikat. Bahkan ilmu yang mempelajari tentang kebijakan penguasa Soviet dulu disebut Kremlinology. Awalnya aku berpikir, nama lapangan merah diambil dari warna lantainya yang dicat merah atau tersusun dari batu berwarna merah. Pernah pula terpikir bahwa nama itu ada hubungannya dengan ‘tentara merah’ atau segala hal yang terkait dengan pernak-pernik komunis yang didominasi oleh warna merah. Nama Lapangan Merah, dalam bahasa Rusia: Кра́сная пло́щадь (baca : Krashnaya Ploschad) ternyata juga tidak diambil dari warna tembok Kremlin yang kebetulan dicat berwarna merah.
1301068487602668993
1301068487602668993
Krashnaya, dalam bahasa Rusia memang berarti merah. Tetapi dalam bahasa Rusia klasik, Krashnaya juga bermakna indah, cantik, dan menawan. Awalnya, kata krashnaya dimaksudkan untuk mengagumi keelokan Gereja St. Basil Cathedral yang terletak di selatan lapangan merah. Namun lambat laun kata itu juga diasosiasikan untuk lingkungan di sekitar gereja orthodox yang dibangun pada tahun 1555 – 1561 atas perintah Tsar Ivan the Terrible tersebut.
13010685631567654543
13010685631567654543
Setiap orang yang berkunjung ke Moskwa tak sempurna rasanya bila belum bertandang ke Lapangan Merah, Sama tidak sempurnanya bila seseorang berkunjung ke Teheran ia tidak menyambangi Azadi Square, atau Beijing tanpa Tiananmen, London tanpa Trafalgar Square, dan New York tanpa ke Times Square. Setiap tahun situs yang sudah dijadikan sebagai the world heritage oleh UNESCO ini dikunjungi oleh jutaan orang. Hari ini: aku satu diantaranya…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun