Mohon tunggu...
Fitriani Abdurrazaq
Fitriani Abdurrazaq Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris di Universitas Negeri Jakarta. Pelajar dan penulis pemula yang tertarik pada bidang agama, budaya, filsafat, dan pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jilbabin Hati Dulu Baru Badan, Kan?

22 Oktober 2011   22:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:37 927
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sobat muslimah, pernah nggak terlintas di pikiran kamu mengenai pertanyaan di atas? Atau mungkin kamu pernah mendengarnya dari orang lain? Baik itu sayer-nya orang yang udah pake jilbab , yang  belum pake, atau bahkan  kamu sendiri yang belum pakai jilbab pasti akan membawa sedikit keraguan dalam dirimu. Atau mungkin kamu akan marah terhadap orang yang menanyakan hal nggak penting itu, atau mungkin kamu malah menganggukan  kepala berkali-kali tanda setuju taraf “super” dia menanyakan itu?

Dalam tulisan ini, hal pertama yang ingin disampaikan adalah mengenai kewajiban berjilbab. Coba kamu telusuri dulu deh apa alasan orang yang menanyakan hal itu, kalo dia belum paham mengenai kewajiban dan landasan diwajibkannya berjilbab, nah... inilah ayatnya, yang  udah bertebaran di kebanyakan situs dan tulisan yang membahas mengenai jilbab:

“Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anakmu yang perempuan dan isteri-isteri orang Mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka ”. yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk di kenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab :59).

Saudariku yang cantik, coba kita perhatikan lebih seksama surat Al-Ahzab : 59. Nah, kalau diperhatikan, ayat ini merupakan bukti atas requirement yang ditetapkan Allah kepada kita sebagai kaum muslimah. Saudariku yang cantik... baik yang masih ragu hatinya buat pake jilbab, atau yang udah berjilbab tapi terjangkit keragu-raguan, requirement atau ketetapan ini telah menjadi suatu keharusan layaknya satu tiang dengan tiang-tiang lain yang menopang sebuah rumah. Jika salah satu tiang hilang, maka otomatis rumah tersebut tidak akan kuat. Pun dengan kewajiban berjilbab, jika kita acuh tak acuh dengan kewajiban ini, tentunya keimanan kita patut dikhawatirkan.. Karena secara tidak langsung, jilbab merupakan media nyata atas kekuatan iman seorang perempuan.  Namun amat disayangkan, kewajiban ini telah diabaikan oleh sebagian dari kita kaum muslimah, yang pada hakikatnya jilbab itu merupakan perisai bagi mereka juga.

Mereka yang tidak berjilbab memiliki banyak sekali alasan kenapa mereka tidak menjalankan syariat ini. Jika ditinjau dari alasan-alasan yang dikemukakan oleh perempuan yang belum berjilbab, biasanya kita menemukan satu alasan yang "keren" dan alasan ini telah menjamur dikalangan mereka sendiri, yakni “ Perempuan yang berjilbab itu belum tentu lebih baik daripada perempuan yang belum berjilbab.”Saudariku yang cantik, sebenernya gini yah, kalo kamu ngebanding-bandingin mana yang bener antara yang pake jilbab tapi perilakunya nggak baik dengan yang nggak pake jilbab tapi orangnya buuaaeek banget, kenapa kita nggak coba  ambil pengibaratan yang simple dan comprehensible, seperti kriteria kelulusan ujian nasional. Ya....meskipun sebenernya keduanya gak bisa disamain (dibandingin boleh), soalnya, yang satunya ketentuan yang ditetapin manusia satunya lagi ditetapin sama Rabb or Tuhannya manusia. Gini, syarat kelulusan ujian nasional itu kan nilai 6 mata pelajaran mesti lulus semua yah?, Nah, jika salah satunya tidak lulus, atau di bawah rata-rata, kira-kira siswanya lulus apa tidak? Tidak kan? Ini sama juga halnya dengan berjilbab tapi sifatnya gak baek DAN gak berjilbab tapi sifatnya baek. Keduanya tidak masuk kriteria kesempurnaan . Jadi, bagi yang belum berjilbab, terus masih setia ngebandingin diri kamu dengan yang berjilbab tapi sifatnya gak baek, ya sama saja kamu menyamakan diri kamu dengan mereka, alias kamu gak ada bedanya dengan mereka! Sama-sama gak lulus! ya kan? Hayo lhoo....... =D

Tapi saudariku yang manis, perlu kamu ketahui, yang berjilbab (sifatnya belum baik) itu memiliki kelebihan sedikit. Mereka itu ibarat rumah, dindingnya bagus tapi isinya berdebu, kotor, dan kusam(hehe, serem yak?). Kalau mereka mau, mereka bisa seketika membersihkannya, meski memang butuh usaha yang lebih extra. Sedangkan yang tidak berjilbab tapi sifatnya baek itu kayak rumah, isinya buaggus tapi dindingnya kaca semua atau palingtidak dindingnya cuma sebagian sehingga orang bisa bebas melihat rumah tersebut sampai kedalam-dalamnya. Kira-kira lebih aman yang mana? Dan kalau di suruh milih, kira-kira mau nginep di rumah yang mana? Kalau saya sih gak di dua-duanya. hehe.

Oke, sekarang kita maen bayang-bayang (apaan coba?Hehe). Bayangin deh, kalo kamu dapet surat sepesial dari Presiden, yang isinya berupa perintah sama larangan atau tugas penting untuk kamu, dan yes! kamu yang terpilih untuk mengerjakan tugas itu, of course kamu pasti merasa tersanjung! merasa bangga dan buru-buru mengerjakannya. Surat spesial gitu loh! Apalagi kalau perintah mulia itu datengnya dari Allah the Almighty One!

Lagipula my sisters... our body is our amaanah... lihat deh, bodymu yang indah and cantik, semua itu amanah lho. Kamu nantinya bakal ditanya, semua yang ada pada diri kamu itu kamu apain aja? Perintah Allah untuk menutupinya kamu iyakan apa nggak? nah.....

Mungkin juga kamu bilang, “hatiku kan baik, otakku cerdas, aku banyak kawan dan disenangi orang.” Okelah...masih ingetkan peribaratan di atas? Tentang kriteria kelulusan Ujian Nasional itu? semuanya gak akan bisa menolong untuk mensubtitusi ketidak berjilbaban kamu lho...Contoh baru nih..., kamu mo bikin tape ketan, berasnya bagus, semuanya steril, eh tapi gak ada raginya. Ya mana bisa jadi tape???(hehe, kenapa musti tape, yak?!). Mungkin kamu bilang, “alah...jangan sok tau deh...kan yang menentukan Allah. Kita tidak tahu nanti di akhirat gimana.”  Nah! thanks for your prospective answer. Hehe. Artinya kamu udah ngejawab sendiri tuh. Karena kita gak tau di akhirat kita gimana, mangkanye....kita kudu nyiapin yang sebaik-baiknya sekarang. Kalo kamu bilang yang berjilbab aja gak lolos’...yah...ditambahkan, ‘gimana’ yang gak brjilbab. Kalo ada yang ngotot nanya lagi, “emang ngefek gitu sama keIslaman kita??”. maka jawablah tegas tegas  “iih sesuatu yah kamu. Islam itu kan artinya berserah diri kepada Allah dengan tauhid dan tunduk kepadaNya dengan segala perintahNya.... titik ga pake puspa, dan itu artinya... jilbab kan perintah Allah, jadi gak bisa sempurna keIslaman kamu tanpa berjilbab...sayang...

Atau gini deh, coba kamu bayangin, udah kamunya cakep selangit atau sedang tapi menawan, otak replika Einstein, retorikanya bikin orang mangap, berjilbab rapi lagi! Huh, lima jempol deh buat kamu! Kalo kamu bilang gak siap... inilah kata “gak siap” yang dateng dari level ‘kemauanmu’ yang sedang lebih tinggi daripada akal sehatmu dan imanmu... Tapi aku bersyukur kamu sudah berkata aku belum siap, berarti kamu sudah mulai bergerak untuk berdiri demi mengawali langkah untuk perjalanan menuju siap. Waduh? kapan siapnya dong?hehe. Tenang, kita gak tau kapan kita passed away. Serem amat ya, kata-katanya? tapi inilah kenyataan. Intinya, tak ada kata siap untuk berjilbab, saudariku cantik... Kondisinya sama dengan saat aku dan kamu terlahir ke dunia sebagai Muslim, kita langsung menjalani hidup dengan menyandang predikat Muslim. Ketika kita menyandang predikat Muslim, maka suatu keniscayaan pula untuk berjilbab. Di sinilah kita berproses dan diproses hingga menjadi hambaNya yang dicintaiNya. Jangan kau katakan, “menjadi baik dulu-lah baru berjilbab” tapi katakanlah, “aku berjilbab dan akan berusaha menjadi baik” Percaya deh, saat kau berjilbab baik, hatimu akan termotivasi untuk merepresentasikan dirimu sebagai pribadi yang baik. Mungkin awalnya kamu hanya memakai jilbab dengan baju yang masih agak lumayan sedikit ketat. Namun seiring waktu, kamu akan berusaha (dan InsyaAllah, Allah pun akan menolongmu) untuk memakai pakaian yang lebih baik. Mengenai hal ini, kalau memang kamu kesulitan untuk mendapatkan baju dan rok panjang dan gak ketat, kamu bisa curhat ke kawan muslimah atau ke kawan-kawan yang kita sebut akhwat, tentang kesulitan kamu itu... Insya Allah mereka tidak akan mengabaikanmu.

So, gak ada kata siap atau gak siap untuk berjilbab... Kalau nanya, “jilbab hati dulu apa badan?” Keharusanmu untuk berjilbab (jilbab badan—plus hati. :) ) datang sejak kamu menjadi muslimah baligh. And, kalo ada yang nanya kenapa mesti jilbab. Jawab aja dengan extra singkat “Yap!karena itu perintah Allah! Our God! Our Creator!” ya gak? ya gak?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun