Mohon tunggu...
Basri Lahamuddin
Basri Lahamuddin Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Lahir dan besar di Polewali ( Sulbar). Seorang manusia biasa yang sedang belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

3 Evaluasi Presiden yang Melengserkan Anies Baswedan

28 Juli 2016   10:05 Diperbarui: 28 Juli 2016   14:20 6021
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.sewarga.com/

Kemarin tanggal 27 Juli 2016, bangsa Indonesia disuguhkan reshuffle Kabinet Jilid II yang diumumkan langsung oleh presiden Joko Widodo. Hampir semua stasiun TV menyiarkan secara langsung proses reshuffle tersebut. Ada beberapa nama baru yang masuk ke susunan Kabinet tersebut. Baik dari Parpol pendukung maupun dari kalangan profesional.

Berikut daftar menteri baru tersebut:

1. Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto

2. Menteri Keuangan Sri Mulyani

3. Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Eko Putro Sanjoyo

4. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi

5. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy

6. Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita

7. Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto

8. Menteri ESDM Archandra Tahar

9. Menteri PAN dan RB Asman Abnur

10. Menteri Kemaritiman dan Sumber Daya Luhut Binsar Pandjaitan

11. Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Sofyan Djalil

12. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Thomas Lembong

13. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro

Tapi ada satu Menteri yang diganti menggugah hati nurani saya sebagai seorang guru, yakni Menteri Pendidikan Anies Baswedan. Menurut beberapa kalangan ada 3 kriteria evaluasi Presiden kepada menterinya. Kriteria tersebut adalah evaluasi kinerja, teknis dan politik. Mari kita lihat satu persatu evaluasi tersebut terhadap Anies Baswedan

1. Evaluasi kinerja

     Anies Baswedan semenjak dilantik sebagai Menteri Pendidikan, langsung tancap gas bersama dengan seluruh jajarannya di kemendikbud untuk menyelesaikan benang kusut pendidikan Indonesia. Beliau bersama jajarannya meninjau ulang sistem Ujian Nasional yang mempersyaratkan Nilai Ujian Nasional sebagai penentu kelulusan siswa. Hal itu menjadi angin segar bagi dunia pendidikan, yang selama ini merasakan betapa "kejamnya" ujian nasional kepada peserta didik. 

     Bagaimana tidak, sekolah yang ada di pegunungan papua yang  fasilitas sekolah dan gurunya  sangat minim dibanding dengan sekolah yang ada di kota besar, soal Ujian Nasionalnya hampir sama dengan sekolah yang fasilitasnya lengkap. Kondisi ekonomi anak-anak di pedalaman jauh lebih sulit dibanding anak-anak yang ada di kota. Tentu kualitas pendidikannya berbeda. Apalagi persepsi publik terhadap birokrasi pelayanan publik, PAk Anies Baswedan berada di urutan keenam


Sumber : http://nasional.news.viva.co.id/news/read/649419-ini-peringkat-kementerian-terbaik-versi-smrc

2. Evaluasi Teknis

       Teknis Pendidikan di Indonesia semenjak Anies Baswedan dirombak besar-besaran. Promosi Jabatan setingkat eselon I dan II dilakukan melalu lelang jabatan. Dirjen kebudayaan diisi oleh Hilmar Farid, dimana beliau satu-satunya Dirjen di Kemendikbud yang bukan PNS. Tapi beliau terpilih sebagai Dirjen Kebudayaan melalui Lelang Jabatan. Ini adalah suatu contoh rekruitmen birokrat yang baik, bukan karena usulan partai atau kepentingan tertentu. Begitupun Dirjen Guru dan tenaga Kependidikan, yang sekarang dijabat oleh Sumarna Surapranata juga melalui Lelang jabatan secara terbuka. Dulu sebelum pak Anies menjabat, di Kemendikbud terdiri atas beberapa Dirjen, namun sejak Anies baswedan dilantik sebagai Menteri Komposisi tersebut dirombak. 

Dahulu, kalau guru SD mau mengurus administrasinya harus melalui dirjen dikdas. Sekarang semua urusan administrasi guru baik TK, SD, SMP, SMA dan SMK ditangani hanya oleh satu dirjen yakni Dirjen GTK. 

Sumber : http://www.kemdikbud.go.id/main/tentang-kemdikbud/struktur-organisasi

3. Evaluasi Politik

      Gonjang-ganjing pemilihan presiden 2019 semakin hangat. Partai Golkar yang dulunya berseberangan dengan Pemerintahan Jokowi, sekarang berbaik arah 180 derajat mendukung pemerintahan Jokowi. Bahkan Partai Golkar sudah mengumumkan Jokowi sebagai calon presiden mereka tahun 2019 nanti.

Satu lagi partai yang balik haluan mendukung adalah Partai Amanat Nasional (PAN). Bahkan kedua partai pendukung baru tersebut mendapat "jatah" menteri yakni Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto dari Golkar dan  Menteri PAN dan RB Asman Abnur (PAN). Selain itu, dukungan Ormas Masyarakat yang besar tentu menjadi pertimbangan politik bagi presiden menyongsong Pilpres.

Ada rumor yang berkembang di kalangan Tim Jokowi mengkhawatirkan Anies Baswedan sebagai seorang tokoh yang bisa menyaingi popularitas Jokowi. Bagaimana tidak, Anies Baswedan dengan sepak terjangnya sebagai Mendikbud dan bersentuhan langsung dengan jutaan siswa dan Orang Tua semakin disenangi, karena sering turun langsung ke lapangan (blusukan) melihat sekolah dan ruang-ruang kelas di seluruh pelosok nusantara. Beliau berinteraksi dengan para Guru, siswa dan orang tua meminta masukan tentang dunia pendidikan. 

http://www.sewarga.com/
http://www.sewarga.com/
Saya sebagai guru biasa, tidak tahu kriteria apa yang dipakai oleh Presiden Jokowi sehingga Menteri Anies Baswedan dicopot sebagai Menteri Pendidikan.

Hanya Tuhan dan Presiden Jokowi yang tahu jawabannya.

Salam, Guru biasa yang peduli terhadap Pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun