Menjengkelkan. Itulah sikap pribadi saya dengan karya fotografi yang dibubuhi watermarks atau digital signature. Seringkali, karya fotografi yang tampak indah, menjadi ternoda karena adanya penambahan entah itu digital signature atau watermark dari sang pencipta karya sendiri.
Memang, tak menafik keinginan seorang artist atau seniman untuk dikenali hasil karyanya melalui penambahan watermarks atau digital signature tadi. Belum lagi dengan faktor keamanan dalam era “living in a digital world” saat ini. Dimana banyaknya hasil karya seseorang dapat dengan mudahnya dicuri, di unduh dan mempergunakannya tanpa ijin dari pemilik.
Wajar. Keautentikan karya dan ide menjadi pertaruhan disini.
Seni Fotografi bisa dikatakan hampir mirip dan mewakili Seni Lukis. Bahwa gambar sendiri yang akan “berbicara”. Bilamana dia sudah sanggup membuat seseorang berdecak kagum, mengerenyitkan dahi tanda sedang berusaha berpikir apa maksud dari gambar tadi, tersenyum , atau bahkan mencibir, objek 2 dimensi tadi sudah berhasil untuk merepresentasikan makna sebenarnya dari ‘lukisan’ tersebut.
Para seniman seni lukis pun sering kali membubuhkan tanda tangan untuk pengenalan. Kadang banyak juga yang tidak, tapi bagi para penikmatnya, dengan hanya melihat gaya melukisnya atau bahkan kedalaman pewarnaannya, para penikmat tersebut bisa langsung mengenali siapakah dibalik masterpiece tersebut.
Dan yang menarik disana, apabila ada, signatur dari sang empu seakan menyatu dengan lukisan tersendiri. Bahwa tanpa kehadiran signatur sang empu, seakan akan lukisan tersebut terasa ‘kurang pas’ untuk mengisi dimensi kekosongan tersebut.
Kenapa di fotografi seringkali sebaliknya ?
Note : Hasil Karya Rekan @Lebs to Lebs
Diatas adalah hasil karya dari seorang rekan Kompasianer yang lalu. Cadas dan maskulin. Keren. Gitar yang sejatinya benda mati tanpa peran sang pemain jadi tampak hidup. Itu kesan pertama saat melihat karya fotografi ini. Penempatan watermarks atau signature sudah jauh dari objek keseluruhan. Hanya saja, apabila pemilihan font untuk digital signature dilakukan lebih baik, maka akan tampak lebih dan sangat menyatu dengan tema karya sendiri. Mungkin ukurannya sedikit lebih kecil ?
Note : Hasil Karya Rekan @Si Eka
Tenang, adem dengan warna yang dinamis. Warna orange di atas biru dan hijau dengan sedikit riak dan bayangannya menjadikan karya diatas ini benar benar hidup. Serenity and depth, itu kesan saya saat melihat karya dari Mas Eka diatas. Watermark yang transparan tidak mengganggu keseluruhan tema, sayang nama empu-nya sedikit kepanjangan.
Note : Hasil Karya Rekan @Abebah Adi
Kontras, unik dan inspiratif. Karya dari Abebah Adi diatas memang keren ! Semut yang merupakan objek yang ada dimana mana menjadi dominan diatas background warna biru yang disajikannya. Material yang solid dan apik. Watermarks 'adiabebah' dengan warna kuning, ukuran font yang terlalu besar dan dekat dengan objek sendiri jujur sangat mengganggu.
Note : Hasil Karya Rekan @Tri Lokon
Simplicity at it's best form. Itu kesan saya saat menikmati karya dari rekan Tri Lokon. Secangkir kopi atau teh dengan latar belakang garis sehingga gambar menjadi lebih tiga dimensi. Pemilihan warna watermarks atau digital signature di karya black and white minimalist ini terkesan floating atau 'mengambang' . Menyatu dengan objek , walaupun masih tampak samar samar berada diatasnya. Walaupun demikian, buat saya pribadi, karya tersebut tetap akan terlihat lebih sempurna tanpa kehadiran watermark atau digital signature tadi. Yang lebih mengganggu, menurut saya, justru penggunaan lepek atau alas untuk si kue yang punya dimensi hampir samadengan alas kopi atau teh tadi. Apabila kue atau cupcakes tadi diatas bidang atau lepek yang lebih flat, pasti lebih asik melihatnya.
Note : Hasil Karya Rekan @Ipung Surjodinoto
Cerdas. Pengambilan sudutnya, penempatan objeknya, dan keseluruhan karyanya. Seakan akan sang empu mengajak kita untuk melihat sesuatu dari sudut pandangnya, atau dalam hal ini dari "kacamatanya" sendiri. Sungguh hasil karya yang berbicara sendiri. Tak ada watermarks atau digital signature disana sama sekali. dan itu bagi saya adalah flawless.
Watermarks atau digital signature memang diperlukan pada hasil karya fotografi. Hendaknya, jangan sampai hasil karya atau momen yang diabadikan tadi menjadi malah terganggu demi sebuah keamanan dan kenyamanan atas sebuah proses dari pembubuhannya sendiri.
Terima Kasih untuk rekan Mas Lebs to Lebs, Mas Eka, Mas Adiabebah, Pak Tri Lokon dan Mas Ipung Surjodinoto. Mohon maaf apabila ada kelancangan mengambil hasil karya tanpa ijin terlebih dahulu, dan juga apabila ada kata kata yang salah.
Untuk melihat ulasan dan apresiasi yang lain seputar dunia fotografi dan para Kampretos , silahkan ikuti link dibawah ini :
http://lifestyle.kompasiana.com/hobi/2012/07/14/weekly-photo-challenge-apresiasi-foto/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H