Mohon tunggu...
Baskoro Endrawan
Baskoro Endrawan Mohon Tunggu... Freelancer - Keterangan apa ?

Like to push the door even when it clearly says to "pull" You could call it an ignorance, a foolish act or curiosity to see on different angle :)

Selanjutnya

Tutup

Money

Kampanye 'Sehat', Bisakah? Belajar dari Sukimin, Sarimin dan Minisme

16 April 2014   16:44 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:36 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suhu politik yang memanas akhir akhir ini memang bikin pusing kepala.

Pusing bagi yang tidak terlalu dalam berpolitik, dan panas bagi mereka yang menjagokan calonnya masing masing.   Segala penjuru tak lepas dari 'kampanye' baik parpol maupun calon. Mulai dari pohon pohon tak berdosa, televisi, radio, media sosial , bahkan merambah ke obrolan model warung kopi kaki jegang sak penak penake.

Sembari menyeruput kopi panas di warung, obrolan terkini tentang situasi politik pun sekarang ini lazim terdengar. Semua menjadi pengamat politik. Lengkap dengan analisa masing masing. Wajar sih, setting Pesta Demokrasi Rakyat kali ini seakan membawa seorang sosok tokoh yang konon dari rakyat sendiri. Lengkap dengan pro dan kontranya tentu.

Segala kelebihan dan juga tentu kekurangan. Nobody's perfect tampaknya tak berlaku untuk para die hard fans pendukung salah satu parpol atau calon. Sehingga tak jarang obrolan pun menjadi memanas. Hal yang seharusnya bisa dihindari apabila masing masing sanggup menghormati pilihan dan hak masing masing orang untuk memilih siapa calon dan pandangan politik mereka.

Yang justru menjadi 'menyebalkan' adalah kampanye baik terselubung maupun tidak , yang menyangkut pemberitaan tokoh atau pandangan politik seseorang.  Terutama apabila hal tersebut dilakukan secara terus menerus, tanpa jeda.   Memang betul, bahwa 'memasarkan' seorang calon atau pandangan politik memang butuh usaha secara terus menerus ( continuous effort ).  Hal yang diperlukan untuk terus menerus memberikan kesan positif terhadap seorang calon atau pandangan politik dan program mereka.

Targetnya adalah agar supaya pada saat seseorang berada didalam bilik suara, yang ada di benak kepala mereka hanya satu nama yang terus menerus terngiang ngiang di kepala. Sukimin, sukimin, sukimin, misalnya. Seperti mantra yang terpatri pada akhirnya. Dari tidak mengenal, menjadi sangat kenal atau bahkan mungkin masih tidak kenal tetapi ingat nama.

Apalagi diasosiasikan dengan sesuatu yang dikenal dengan baik. Sukimin Pergi ke Pasar, misalnya. Imej Sang Sukimin yang sedang menuju atau sedang berbelanja di pasar menjadi terbawa di bawah sadar.  Imej 'pasar' yang mungkin mewakili diri yang senang berbelanja di sana, keriuhan orang atau pun bahkan mungkin satu inspirasi untuk melakukan suatu hal yang belum pernah dan ingin dilakukan ( seperti pergi atau belanja di pasar)  menjadi sebuah penggerak.

Trigger untuk nantinya memilih Sang Sukimin, yang hendak atau sedang  dan bahkan senang pergi kepasar tadi.

Dan apabila ini yang terjadi,  maka mulai dari satu individu, rasa positif ala Sukimin pergi ke pasar tadi melalui tahap pemasaran berikutnya : secara getok tular atau dari mulut ke mulut. Semua membicarakan Sukimin yang hebat karena pergi kepasar. Padahal sebetulnya mungkin itu adalah suatu pekerjaan yang biasa saja. Tapi imej yang telah dibangun tentang 'pergi ke pasar' sendiri terasa istimewa seperti nasi goreng ekstra pedas karet dua pake' telor ceplok.

Dengan takaran yang secukupnya, efek WOW dari Sukimin pergi ke pasar tadi bisa tercapai.

Lantas, apa yang terjadi apabila Sukimin pergi ke Pasar tadi selalu dan melulu diangkat menjadi sebuah tema diskusi atau pembicaraan? Atau bahkan terus menerus 'digelontorkan' ke benak pikiran massa ?  Pemasaran seorang calon atau pandangan politik BUKAN seperti jualan produk. Dia bukan kecap, walaupun sama sama tetap ( harus, dan di klaim sebagai ) nomer satu. Ada perlakuan atau treatment yang harus dibedakan dengan sebuah produk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun