Mohon tunggu...
Baskoro Endrawan
Baskoro Endrawan Mohon Tunggu... Freelancer - Keterangan apa ?

Like to push the door even when it clearly says to "pull" You could call it an ignorance, a foolish act or curiosity to see on different angle :)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guntur Bumi Tidak Bersalah, yang Salah Adalah Pasiennya

7 Mei 2014   17:31 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:46 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Membaca berbagai pemberitaan 'miring' tentang Susilo Wibowo , yang lebih dikenal dengan nama (Ustadz) Guntur Bumi membuat dahi sedikit tertekuk.

Disana sini, para korban pun berbicara.  Terutama mengenai kerugian materiil yang relatif signifikan. Kata relatif disinipun menjadi sebuah tanda kutip karena kebanyakan para korban yang merasa 'tertipu' dirugikan setelah berupaya mencari kesembuhan.  Secara alternatif, melalui upaya non medis karena jelas terang Guntur Bumi tak mengantongi predikat sebagai dokter atau bahkan mantri sekalipun.

Upaya non medis alternatif ini yang menjadi modus operandi nya. Bukan alternatif dengan pengobatan herbal , pijat, akupuntur atau lainnya yang 'tampak'. Sesuatu yang sulit dibuktikan secara nyata, namun dipercaya ada.  Berbekal kemampuan akting laga memasukkan jin kedalam botol yang menjadi sarana promosi efektif terhadap dirinya, Susilo Wibowo pun akhirnya buka praktek sebagai penyembuh.  Paranormal.

Kyai. Entah apa itu artinya di jaman sekarang ini.

Latar belakang masyarakat kita yang memang masih mengakar sampai sekarang ini menjadi pasarnya. Percaya akan hal ghaib dan kesembuhan secara ghaib ( bahkan kerusakan?) dapat dilakukan. Ditambah embel embel Islami ? Kesan 'putih' kan? Sehingga jadinya tampak legit atau sah dan tidak menyalahi aturan keyakinan.

Saya bukan orang yang tidak percaya akan adanya hal yang ghaib. Keyakinan yang dianut, dan beberapa kejadian sebagai pengalaman pribadi pun banyak berperan disini. Namun percaya kepada sesosok manusia yang mengupayakan penyembuhan secara ghaib dengan meminta imbalan? Disini letak perbedaannya. Memang, mengupayakan sebuah kesembuhan atau berikhtiar pun memang sangat dianjurkan. Tetapi mempercayai sesuatu yang ghaib dan mengindahkan yang Maha Ghaib ? Wah, nanti dulu deh.

Keyakinan pribadi yang rada lumayan saklek. Minum obat ya bukan sembuh karena kualitas obatnya yang mumpuni. Melainkan kalimah basmalah dan doa memohon kesembuhan sebelum meminum obat itulah yang menjadi kesembuhan.  Atau doa apapun lah yang sesuai keyakinan masing masing. Kepercayaan menuju psikologis yang tinggi itulah yang menjadi 'trigger' self healing. Penyembuhan.

Bukan dari  obatnya sendiri, karena 'benda' itu hanya sekedar jadi sarana saja.  Makan sepiring nasi yang menjadi sumber tenaga bukan penyakit itu dimulai dari bagaimana kita memulai sebelum menjumput nasi tersebut dengan tangan kita, bukan karena kualitas dari nasinya yang konon impor atau beras merah yang konon lebih sehat sendiri.  Tidak telat ke kantor meskipun sebelumnya terjebak didalam macet total itu bukan karena kepiawaian kita mencari jalan. Atau aplikasi Waze yang 'ghaib' dan pintar menuntun kita menghindari kemacetan.

Lebih percaya pada lantunan shalawat berulang ulang ketimbang Waze terus terang saja. Lebih pasti.

Pasar bimbang bin galau inilah yang dibidik Guntur Bumi. Dan masih ribuan banyak lainnya yang serupa.  "Mereka' melihat ceruk pasar yang menggiurkan. Kesembuhan,  kekayaan, kedigdayaan, kekuasaan, kecantikan, jodoh, tolak bala atau bahkan upaya menyakiti orang menjadi pilihan 'menu' yang menggiurkan.

Kalau memang bisa 'menyembuhkan' secara ghaib dengan mematok biaya, ketimbang berurusan dengan manusia kenapa gak sekalian buka bengkel motor atau mobil umum saja ya? Apapun kerusakannya, cukup dioles air kembang tujuh rupa dan celana kolor perawan, motor atau  mobil langsung 'waras' kembali.  Cepat dan mudah mudahan lebih hemat daripada servis di bengkel kebanyakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun