Mohon tunggu...
Baskoro Endrawan
Baskoro Endrawan Mohon Tunggu... Freelancer - Keterangan apa ?

Like to push the door even when it clearly says to "pull" You could call it an ignorance, a foolish act or curiosity to see on different angle :)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Doyan Duren

5 Juli 2012   03:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:17 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1341459204625096989

Duren memang ikonik. Kehadirannya dinantikan, dan juga dibenci bagi yang tidak kuat dengan baunya.  Seperti halnya di Thailand yang terkenal dengan duren varietas monthong-nya, Indonesia pun tak kalah keren dengan varietas tiap daerah yang mempunyai rasa, bentuk dan aroma yang distinktif . Dari mulai duren Petruk didaerah Jepara, duren Nganthang didaerah Ngantang, Jawa Timur dan duren Medan, yang saking banyaknya varietas yang tersedia disana, mungkin hanya para maniak duren yang bisa mengenali secara pasti perbedaan antara satu duren dengan yang lainnya. "Once you get through the smell, it actually taste pretty good ". Itu komen dari salah satu sohib saat pertama kali memberanikan diri mencobanya.  Ada yang bahkan malah jadi ngotot ketagihan, dan berusaha 'menyelundupkan'  potongan duren ke negara asalnya. Sempat dengan tegas saya larang, tapi karena masih ngotot saja ya silahkan. Dan bisa ditebak, potongan buah duren ini pun tertangkap pihak imigrasi di benua Eropa sana yang mengharuskan sang sahabat untuk meninggalkan paket 'the golden heaven' ini di karantina Bandara Frankfurt. Duren, sering dikonotasikan juga dengan istilah  "Duda Keren". Yang satunya duren, yang satunya jamu alias "Janda Muda".  Satu isyarat lagi bahwa tingginya angka perceraian saat ini cukup tinggi, sehingga banyak stok duren dan jamu ada dimana mana. Tren baru ? Entahlah. Satu dari Mbah saya,  malah menganjurkan supaya pasangan suami istri agar rutin mengkonsumsi buah duren. Supaya kehidupan perkawinannya 'lebih mantep dan bahagia ', begitu ujarnya. Wow, apakah duren ternyata juga bikin greng ?  Bisa jadi demikian. Tapi ternyata Simbah tidak menafsirkan demikian. Untuk Beliau, duren pun efektif sebagai sarana perdamaian.  Duren berarti padune (ben ) leren. Bisa jadi pihak yang lagi padu jelas perlu leren karena makan duren memang perlu ritual khusus.  Perlu waktu untuk menikmati. Dan saat rasa legit bercampur aroma diterima indera sensory kita, lupa sudah akan padu yang sebelumnya. Mungkin itu maksud Simbah sendiri. Rame rame makan duren emang asik. Asal jangan rame rame belah duren aja. *Padu :  Berkelahi, Bertikai, Berantem **Leren : Istirahat, Jeda, Selesai

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun