Tempat atau fasilitas produksi yang ada tidak berkonsentrasi di satu lokasi saja. Nah disini belum tentu lho produk yang mungkin sedang atau akan di konsumsi itu ternyata dibuat di tempat yang ( sekali lagi) di asumsikan menjadi tempat penyebaran.
Belum lagi sebetulnya, proses manufakturing produk sigaret kretek itu ada dua tipe:
Sigaret Kretek Tangan (SKT) , ataupun Sigaret Kretek Mesin ( SKM) atau Sigaret Putih Mesin ( SPM). Yang terakhir ini produk rokok "putih" tanpa cengkeh.
SKT memang memperkerjakan tenaga buruh linting yang lumayan banyak. Â Resiko disini memang ada. Ciri khas produk SKT itu yang tanpa filter.
Namun apabila ternyata produk yang anda konsumsi itu produk SKM, ya resiko memang tetap ada tapi amat kecil sekali.
Kenapa bisa demikian? Karena proses manufakturing/ pembuatan dari hulu sampai dengan hilir sangat minimal sekali  terpapar  manusia. Mesin secara otomatis dengan minim tenaga manusia sebagai operator, semua dari mulai pengolahan tembakau-  produksi batangan sampai dengan masuk kemasan rokok.
Dan resiko itu semakin diperkecil karena sesuai dengan namanya, baik SKT atau SKM ada satu penanda yang sangat khas Indonesia. Kretek, itu menandakan penggunaan cengkih.
Dan cengkih dan juga minyaknya, itu termasuk antiseptik  dan antibodi yang canggih.
Saya ga bilang merokok itu baik, tapi jangan lupa bahwa sejarah rokok Kretek Khas Indonesia itu menggunakan rajangan cengkeh sebagai campuran tembakau justru karena berkhasiat sebagai obat.
Awalnya.
Kalau memang masih khawatir ya berhenti lah merokok. Itu juga lebih baik ketimbang setiap ngerokok jadi deg deg an kebawa psikosomatisnya. Kalau masih pengen ngerokok tapi masih takut?