Bukan mempertanyakan niat bergerak, atau pun ditunggangi atau tidaknya aksi Mahasiswa yang membuahkan mosi tidak percaya kepada DPR dan juga strata turunan kebawahnya.Â
Tidak pula mempertanyakan elok tidaknya cara tersebut. Namun seriusan bertanya, apabila ini sudah dinamakan, konon dan katanya--- revolusi, Â apa strategi perang dalam tanda kutip para Mahasiswa ini sudah tepat dan efektif?Â
Revolusi perlu strategi. Kalau niatnya sekedar meredam banyaknya Rancangan Undang Undang yang emang seriusan absurd itu, ya boleh dibilang langkah langkah ini positif pake banget. Istimewa deh.Â
Asal ga ngerusak ya?Â
Namun kalau mau dinamakan revolusi? Ya belum lah . Karena ini hanya akan berlaku sebagai parasetamol saat anda merasakan radang gusi yang nyut nyutan, tapi sejatinya akar permasalahan nya bukan disitu.Â
Para "wakil rakyat" ini murni duduk disana mencari duit tidak secara profesional. Mereka sibuk kasak kusuk, dengan kendaraan parpol masing masing melakukan negosiasi dan re negosiasi hari demi hari untuk meluncurkan kepentingan mereka yang tadinya dalam kelompok, menjadi kepentingan bersama.Â
Asal teman cukup untuk mendukung dan urusan duit nya sudah klop klopan, ga ada itu suatu tatanan delusional bernama partai pendukung atau oposisi.Â
Yang kalau dinalar nih, pake logika bernegara, semestinya hal terkait kepentingan parpol sudah wajib ditinggalkan saat mereka duduk sebagai Dewan Rakyat.Â
Heh, Drun. Kamu itu digaji untuk membawa aspirasi rakyat. Bukan lagi kepentingan kendaraan parpol mu lagi, atau pribadi mu yang nyari proyekan sekedar nutup modal mu nyaleg kemarin yang diluar realistis tapi dilakoni karena ngejar jadi.Â
True story tentang seorang wakil rakyat. Â Bagaimana seorang Bapak, tukang becak yang habis sawah dan rumah demi anaknya yang nyalin.Â
800 juta, kata si Bapak. Â Sembari ngobrol saat si Bapak nyambi juga jadi tukang parkir, Beliau masih berucap Hamdalah karena untung anaknya terpilih. Ini lho istimewanya Wong Jowo. Dengan tidak merendahkan profesi sang Bapak yang Membecak dan Parkir Partikelir karena sawah dan rumah sudah habis terjual demi sang anak, masih Alhamdulillah.Â