Mohon tunggu...
Baskoro Endrawan
Baskoro Endrawan Mohon Tunggu... Freelancer - Keterangan apa ?

Like to push the door even when it clearly says to "pull" You could call it an ignorance, a foolish act or curiosity to see on different angle :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Semarang: Saksi Atas Pergerakan Toleransi

20 Februari 2017   06:07 Diperbarui: 20 Februari 2017   08:17 828
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ereja Blenduk, salah satu bangunan ikonik di Kawasan Kota Lama Semarang. Dokumen Pribadi Berbagai festival dihidupkan kembali. Beberapa mempertahankan nilai historis namun menggunakan format baru sebagai penarik dan pembelajaran nilai nilai baik.

Edukasi, memang memegang satu peranan penting bagaimana masyarakat yang terdiri dari berbagai ras, golongan dan keyakinan dapat hidup bersama sama. Melihat anak anak kecil bermain bersama tanpa bullying rasial atau keyakinan, adalah satu buah pengharapan yang baik. Ini sebetulnya yang sejatinya seharusnya menjadi perhatian bersama yang lebih baik.

Pendidikan. Dan seperti rangkuman kisah baik maupun buruk , Kota Semarang sejatinya diuntungkan dengan berbagai tempaan  mengenai toleransi dan peleburan multi etnis dan keyakinan,  sangat logis untuk mengenalkannya sebagai bekal kuat pemahaman untuk generasi selanjutnya. Kearifan lokal disematkan didalam pembelajaran berbasis kurikulum yang mumetnya sering gonta ganti saat ini.

mereka adalah penerus bangsa. Pemahaman akan toleransi perlu dilakukan terus menerus dalam sebuah edukasi. Dokumen Pribadi
mereka adalah penerus bangsa. Pemahaman akan toleransi perlu dilakukan terus menerus dalam sebuah edukasi. Dokumen Pribadi
Di era dimana seseorang anehnya bisa dengan mudahnya bahkan tak hafal Pancasila, dan nafas intoleransi keyakinan dan etnis  seperti hampir tak terkendali tanpa sanksi di berbagai daerah lain di Indonesia, Semarang terlihat  berupaya keras “membentengi” diri sendiri dengangayengnya warga Semarang.

Yang antara masa bodoh lah atau wegah untuk urusan begituan. Yang merasa bahwa perbedaan itu justru sesuatu yang harus disikapi dengan menjaganya, bersama sama. Di Kota Semarang, apabila ada sebuah demonstrasi yang mengatas namakan satu kelompok atau golongan yang sifatnya ‘sedikit’ mengganggu keharmonisan yang sudah dijaga biasanya akan dapat sorakan atau tak jarang makian. Iki Semarang, dudu Jakarta !

Semarang, Kaline Banjir.

Banjir dan rob langganan Semarang yang  jadi tagline ngenes “Semarang kaline banjir “  ini sejatinya bisa jadi sebuah pengingat akan sanad jelas Kota dan Warganya.   Tak melupakan asal-usul, yang dibawa oleh arus air laut dengan tekad, doa dan pengorbanan untuk memberikan bentuk kehidupan yang menjadi semakin berwarna di Tanah Jawa.

Dengan segala makian  atau bahkan doa-doa terbaik warga Kota Semarang akan  banjir rob.  Dalam musibah, dan juga senang.

Air yang mengalir  dari berbagai tempat dan selalu menemukan caranya untuk pada akhirnya melebur dengan atau tanpa sekat.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun