Mohon tunggu...
Baskoro Endrawan
Baskoro Endrawan Mohon Tunggu... Freelancer - Keterangan apa ?

Like to push the door even when it clearly says to "pull" You could call it an ignorance, a foolish act or curiosity to see on different angle :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Motoris Jatuh Dari JLNT Casablanca, Siapa yang Salah?

28 Januari 2014   11:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:23 1253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1390891635386613260

Motor Honda Beat yang dikendarai pasangan suami istri ringsek seteLah bertabrakan dengan mobil di JLNT Kampung Melayu-Tanah Abang (Casablanca), Senin 27/1/2014 (KOMPAS.com) W, yang tengah mengandung 7 bulan meninggal dunia akibat sepeda motor  Honda Beat yang  dikendarai oleh suaminya, F bertabrakan dengan sebuah mobil Honda City di atas Jalan Layang Non Tol (JLNT) Casablanca. F 'nekat' melawan arus dan memutar arah di JLNT Casablanca setelah melihat razia Polisi di ujung jalan tersebut. Pasalnya JLNT memang tidak diperbolehkan untuk kendaraan roda dua. Setelah memutar dan melawan arah, sepeda motor yang dikendarainya menabrak sebuah mobil yang pada akhirnya menyebabkan W terpental dari kendaraan dan terjatuh ke ruas jalan Prof Satrio yang terletak dibawah JLNT sendiri. W meninggal dunia  di RSCM ,akibat cedera berat yang dideritanya, sementara F yang juga dilarikan ke RS pun mengalami patah tulang. Sampai dengan saat berita ini diturunkan, F belum mengetahui kondisi istrinya yang telah meninggal dunia. Tragis. Kejadian sepeda motor melawan arus bukan hanya sekali ini saja. Entah kenapa, sepertinya kesadaran para motoris untuk tertib di jalan raya semakin lama semakin rendah. Tak jarang peristiwa tabrakan yang sampai memakan korban jiwa seperti ini terjadi akibat kelalaian dalam berkendara. Namun sepertinya hal ini tak juga membuat jera, dan melanggar peraturan pun sudah seperti sebuah 'kebiasaan'. Kejadian diatas pun menimbulkan perdebatan. Sebagian besar pun menyalahkan F, sang suami yang sedari awal sudah salah mengambil arah JLNT Casablanca dan kemudian ditambah dengan berbalik arah : melawan arus memasuki JLNT kembali akibat melihat adanya razia yang dilakukan oleh pihak Polantas diujung jalan tersebut. Sebagian lagi justru menyalahkan 'razia' yang dilakukan oleh Pihak Polantas. Mengapa razia tersebut dilakukan di ujung bawah JLNT, dan bukan sebelumnya? Hal ini pun mengundang kecaman keras karena merasa bahwa pihak kepolisian pun melakukan hal ini dengan sengaja.  Pungutan liar dari tilang adalah tujuannya, bukan penertiban hukum sendiri.  Banyak pihak yang kebetulan diwakili oleh suara pengendara motor merasa, apabila polisi melakukan razia di awal, tentu kecelakaan seperti diatas bisa dihindari. Sebuah pendapat yang menurut pendapat pribadi penulis sebagai pendapat yang 'benar namun salah'. Benar, disisi  permintaan atas penegakan hukum yang benar akibat jengah dengan razia polisi yang masih saja berujung pada 'damai ditempat'.  Namun tetap saja salah, karena toh ruas Jalan Layang Non Tol Casablanca sedari awal memang sudah ada tanda larangan bagi sepeda motor untuk melewatinya. Belum lagi fenomena lawan arus sepeda motor yang kian hari kian marak. Siapa yang memulainya, atau kenapa 'lawan arus' ini harus menjadi sebuah pemandangan yang lumrah? Ada sebuah anggapan bahwa sebuah negara bisa dilihat dari lalu lintasnya.  Ketidak aturan , pelanggaran lalu lintas yang lazim terjadi adalah ciri dari masyarakat yang tidak punya disiplin tinggi. Lebih jauh lagi, hal itu merupakan contoh hukum yang tidak diterapkan dengan baik. Satu hal, berhubungan dengan yang lain.  Ketidak disiplinan dalam menaati aturan, berlalu lintas adalah ciri sebuah masyarakat yang 'sakit' secara jiwa.  Keselamatan diri sendiri, dan juga orang lain tidak penting.  Hukum yang bisa 'dibeli' pun menjadi catatan buruk yang masih saja terus terjadi. Kemarin sore, di ruas jalan Setiabudi Semarang saya menyaksikan sendiri sebuah pelanggaran lalu lintas yang tampak sudah 'lazim' di mata kita. Sepeda motor menerobos lampu yang sudah merah, seorang Ibu penyeberang jalan yang hampir tertabrak motor tersebut dan kami pun bersorak saat sepeda motor tersebut di stop oleh seorang petugas Polantas yang kebetulan berada di Pos di depan Hotel  Plaza, Setiabudi. Dalam hitungan tak lebih dari 2 menit, pengendara motor yang bersalah tersebut ( yang bahkan tak turun dari motornya) pun segera kembali melaju di jalan.  Dan sang Polisi pun hanya tersenyum kecut, entah karena si pengendara motor ini adalah (juga) seorang aparat atau seorang yang kenal? Apa hubungannya dengan penegakan hukum ? Kita sering mengeluh, bahwa Indonesia adalah sebuah negara yang kacau. Kalau sudah begini jangan melulu sekedar menyalahkan para penyelenggara pemerintahan saja. Merubah diri sendiri terdahulu dan berkaca akan kejadian diatas menjadi suatu awal. Bukan lagi sekedar memainkan telunjuk untuk mencari siapa yang patut disalahkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun