Mohon tunggu...
Baskoro Endrawan
Baskoro Endrawan Mohon Tunggu... Freelancer - Keterangan apa ?

Like to push the door even when it clearly says to "pull" You could call it an ignorance, a foolish act or curiosity to see on different angle :)

Selanjutnya

Tutup

Nature

Kenapa Malaysia dan Singapura Tidak Boleh Protes Akan Asap?

25 Juni 2013   14:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:27 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Saya bingung.

Tolong jelaskan secara terperinci, kenapa baik Malaysia dan Singapura tidak boleh protes akan adanya 'kiriman asap" yang diakibatkan oleh pembakaran lahan demi berjuta juta ton 'emas cair' bernama CPO yang memang "secara kebetulan" terjadi di Indonesia ini ?

Klaim bahwa kedua negara ini tidak pernah berterima kasih atas pasokan oksigen selama waktu yang lainnya, dan sayangnya justru diucapkan oleh seorang pejabat negara di negara kita ini buat saya pribadi benar benar cermin nasionalisme yang tinggi tapi bodoh.  Apalagi sampai membawa sentimen sentimen kenegaraan yang sama sekali tidak berhubungan. Singapura  negara penyimpan 'maling', Malaysia tukang klaim kebudayaan jadi gak boleh protes.  Relevansinya dimana?

Jangan seperti asapnya sendiri yang jadinya malah mengaburkan pandangan dan bikin sesak napas. Kebakaran seperti ini yang terus menerus terjadi setiap tahun bukan sebuah bencana alam. Ini adalah kejahatan korporasi  dan kerusakan alam yang teratur, berencana dan sangat disengaja. Jadi fokus, pada titik permasalahannya dan bantu untuk mendesak pihak yang terkait untuk segera menghentikan masalahnya. Dan yang terpenting, jangan sampai tahun depan kita semua masih menghadapi masalah yang sama.

Isu sentimen kenegaraan hanyalah sebuah 'teori pembenaran' yang sengaja digiring kesana untuk mengaburkan masalah sebenarnya.  Sudahi semua  itu.

Mereka, warga negara Malaysia dan Singapura yang terkena dampak dari asap itu sama dengan kita. Keluarga, terdiri dari orang tua dan punya anak yang tentu menghendaki kehidupan yang baik untuk mereka.  Yang sekolahan sekolahan terpaksa harus ditutup karena keseimbangan udara sudah sedemikian mengkhawatirkan. Coba, tempatkan diri kita berada di posisi mereka. Jangan bicara negara dulu lah.

Saya pribadi menolak, upaya pembodohan bangsa dan menjadi 'nasionalis'  buta tanpa mau benar benar mengerti masalah yang sebenarnya. Dan bangsa yang 'besar' itu bukanlah karena jumlah  populasi, luas wilayah , ataupun kekayaannya.  Butuh keberanian dan jiwa yang besar untuk mengakui dan memperbaiki kesalahan,  dan mau membuka diri untuk persahabatan, namun menjadi pengecut memang lebih mudah. Sekedar melemparkan tanggung jawab, perasaan menang menangan karena lebih besar dan banyak adalah beberapa sifat didalamnya.

Alam itu sudah sepatutnya kita jaga. Fokus pada permasalahannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun