Mohon tunggu...
Baskoro Endrawan
Baskoro Endrawan Mohon Tunggu... Freelancer - Keterangan apa ?

Like to push the door even when it clearly says to "pull" You could call it an ignorance, a foolish act or curiosity to see on different angle :)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Lulus Kuliah Itu Tidak Penting Saat Melamar Pekerjaan

3 Agustus 2012   13:09 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:17 16263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_204453" align="aligncenter" width="500" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Pertanyaan yang sebetulnya klise, dan sudah berulang ulang dilakukan pembahasan. Penting gak sebetulnya kuliah itu? Simpel saja, dan ini menurut pendapat pribadi saya : Penting gak penting. Dan ini hanya pembatasan berikut sedikit tips untuk yang baru saja lulus kuliah, dan sedang ingin melamar sebuah pekerjaan. Menjadi penting, apabila niat untuk kuliah itu benar benar untuk mencari ilmu. Ilmu yang dibutuhkan kelak untuk bekal pekerjaan, minimal untuk pengalaman. Apabila jurusan yang diambil benar benar akan didedikasikan untuk pekerjaannya kelak, ya itu bagus, bahkan sangat bagus. Tidak menafik, bahwa persyaratan kerja saat ini kebanyakan mengutamakan lulusan universitas ternama dan lain sebagainya. Ini juga satu pendorong, apabila seseorang ingin mengenyam bangku kuliah. Bukan ilmunya dulu. Sayangnya, banyak lulusan S1 dan bahkan S2 sekarang ini yang masih tidak tau bagaimana cara 'menggunakan ilmunya' dalam sebuah lingkup pekerjaan. Bahkan pada saat mau melamar pekerjaan sendiri. Fresh graduate, idealis ( ini sisi baiknya), dan terlalu memilih milih kerjaan. Seringkali, tidak dibekali pengalaman nyambi kerja yang part time sekalipun di deretan manis Curiculum Vitae-nya.  Hanya sederetan gelar, atau lulusan manis tanpa menjelaskan apa apa mengenai pribadi si pelamar. Hanya faktor keberuntungan dan (kadang) faktor kedekatan terhadap satu atau beberapa orang yang sudah bekerja disana duluan lah yang bisa membuat sang fresh graduate berhasil ikut tes wawancara di perusahaan tersebut. Beruntung, karena benar benar melewati seleksi dari ratusan calon pelamar. Baik seleksi secara langsung, ataupun seleksi dari agensi head hunters yang sekarang banyak dipergunakan. Kenapa tidak mencantumkan pengalaman kerja sama sekali?  Apabila memang ada, walaupun pengalaman kerja itu hanya sebatas kegiatan sosial dan yang lain, cantumkanlah.  Sekecil apapun, walaupun tidak ada relevansinya terhadap dunia pekerjaan yang dituju, tetap dicantumkan. Sebentuk pengalaman itu yang membuat kita sedikit lebih punya nilai, dibandingkan dengan yang lain. Punya pengalaman bentuk tulisan atau blog, seperti di Kompasiana sendiri? Tuliskan.  Entah hanya sebatas tulisan iseng, hobi atau yang lain, menulis adalah sebuah kegiatan yang positif. Lebih penting lagi, jangan terlalu pilih pilih pekerjaan.  Betul, bahwa semua orang pasti ingin sebuah pekerjaan yang ideal atau dream job. Saat awal dan memulai, sebaiknya dicoba untuk tidak terlalu manja. Jangan hanya ingin ngadem di ruangan ber ac, atau sekedar ingin tampan gara gara sebuah dasi, atau cantik karena setelan yang keren. Itu semua tidak penting. Berkarya dulu, itu yang lebih penting. Jangan hanya tergiur dengan uang atau nominal dulu, dan bayangan akan nyamannya sebuah jabatan.  Yang penting adalah berkarya, walaupun dengan resiko babak belur dibuatnya.  Berjuang itu nikmat. Karena dengan berjuang, kita akan bersyukur atas bagaimana cara mendapatkannya. Kemudian saat wawancara. Jangan terjebak dengan sebuah cerita di masa lalu saja.  Ceritakan sedikit tentang pengalaman pekerjaan saat kuliah , atau pengalaman yang berkaitan dengan sebentuk kegiatan yang seringkali dilakukan. Punya ambisi, itu penting. Apabila ada kesempatan bertemu dengan salah satu pimpinan perusahaan disana, jangan ragu ragu untuk mengatakan bahwa kita menginginkan kursinya kelak setelah target sekian lama bekerja. Loh kok gitu?  Bukankah yang penting berkarya dulu? Benar, dan saat kita sudah punya kesempatan, sebuah tujuan akan pekerjaan ,itikad baik dan keseriusan mutlak diperlukan. Jangan hanya cengengesan saat wawancara dan mengatakan "Terserah, nanti bagaimana Bapak atau Ibu saja".  Maaf kalau kalimat sebelumnya terkesan 'kasar', tapi inilah yang sering dihadapi dengan para fresh graduate saat melamar sebuah pekerjaan. Tunjukkan tekad, dan sebuah nilai. Kenapa kita layak bergabung di dunia pekerjaan tersebut.  Tunjukkan bahwa kita memang siap belajar, menerima dan juga berkontribusi. Penting juga untuk membuat sedikit riset pribadi akan perusahaan yang akan dilamar. Informasi saat ini sudah luas tersedia. Pelajari sedikit banyak tentang si perusahaan sendiri. Dan pada saat wawancara, tunjukkan poin poin menarik mengenai seputar perusahaan atau dunia pekerjaan yang mempunyai relevansi penting. Jangan ragu ragu untuk bertanya, bahkan minta kepada para pemberi wawancara untuk melakukan sedikit presentasi mengenai perusahaan tersebut. Ketertarikan kita akan menunjukkan sebuah minat yang aktif. Dan yang terakhir dan tidak kalah pentingnya , bahkan bagi penulis justru ini yang terpenting adalah berdo'a.  Jangan pernah sedikitpun meragukan atau bahkan meremehkan sebuah kekuatan do'a. Minta petunjuk, itu yang terpenting. Tidaklah berguna sederetan ilmu dan yang lainnya apabila do'a sendiri akan diabaikan.  Berusaha itu bentuk amanah, bentuk kita bersyukur akan sebuah kesempatan. Lulus kuliah itu penting gak penting. Penting, apabila memang didasari niatan baik untuk berkarya. Jangan salah, ribuan bahkan juta'an orang yang tidak kuliah bisa lebih sukses daripada yang lulusan S1, S2 , S3 bahkan Es Campur sekalipun. Semua karena niat,  itikad  dan pengalaman mereka yang seringkali lebih baik daripada para pengenyam bangku pendidikan. Apabila lulus kuliah masih nganggur, dan berjuang pun sudah dilakukan, kenapa tidak ciptakan saja pekerjaan ? Entrepreneur atau wiraswasta.  Asal halal, semua pengalaman akan menarik untuk dinikmati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun