Mohon tunggu...
Baskoro Endrawan
Baskoro Endrawan Mohon Tunggu... Freelancer - Keterangan apa ?

Like to push the door even when it clearly says to "pull" You could call it an ignorance, a foolish act or curiosity to see on different angle :)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Nelayan Ngutil Ikan, Seniman Ngutil Kebudayaan. Trully Asia

23 Juni 2012   04:56 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:38 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1340427276343715164

[caption id="attachment_196476" align="aligncenter" width="512" caption="Pusaka Abadi Nan Jaya"][/caption] Tak perlu dibesar besarkan. Sebagai bangsa yang besar dan memiliki pekarangan yang luas, sudah wajar apabila rumput yang hijau ini selalu dilirik oleh tetangga. Sangat wajar juga, apabila keterbatasan wilayah,  kekayaan laut, bikin tetangga jadi memutar otak dan sauh bagaimana cara mendulang untung di pekarangan kita. Wajar wajar saja. Sebagai bangsa yang besar dan memiliki laut yang melimpah hasilnya, kita 'persilahkan' saja mereka untuk mencuri disini apabila memang itu sudah tabiatnya. Bangsa yang mempunyai keaneragaman suku , budaya  dan yang lainnya, tentu saja itu bakal menjadi sesuatu yang menarik untuk dikaryakan. Toh kan tinggal bilang bahwa nenek moyang suku yang nyebrang itu lah yang melestarikan?  Santai saja lah, tetangga.  Pergunakanlah seperlunya, toh suku kami juga yang meramaikan peradabanmu disana. Tau sama tau saja lah. Tak perlu ramai ramai untuk mengutuk. Tapi tak perlu juga berterima kasih karena 'merasa sudah diingatkan untuk menjaga kebudayaannya sendiri'.  Buat apa? Tak guna juga meratapi ketidak tegasan. Apabila pemerintah tidak tegas, anda tak perlu ikut ikutan cengeng ! Syukurilah semua kekayaan yang kita punya, dan juga kekurangannya.  Minimal, kita masih punya malu kan? Trully Asia. Itukah sebutanmu kini ? Mau sedikit rasa malu kami? Yang ini, kami tak segan berbagi. Supaya tak lupa apa artinya, sehingga anak cucumu kelak masih bisa memilikinya. Berapa karung malu yang diminta? Insya Allah, kami ikhlas memberikannya.  Tak perlu lagi anda 'ngutil' semata.  Sungguh kasian kami melihatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun