Mohon tunggu...
Baskoro Endrawan
Baskoro Endrawan Mohon Tunggu... Freelancer - Keterangan apa ?

Like to push the door even when it clearly says to "pull" You could call it an ignorance, a foolish act or curiosity to see on different angle :)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Netiquette : Pelanggaran Privasi pada Penyebaran Screenshot Dinda

17 April 2014   16:19 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:34 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang 'disuarakan' oleh Dinda , seorang ignorant yang kurang etika untuk tidak memberikan kursinya pada seorang ( atau lebih) Ibu ibu hamil memang sejatinya kelewatan.

Ciri acuh dan tidak mengerti etika seperti ini memang sering terlihat di kota besar, seperti contoh Jakarta. Kota yang semrawut dengan jiwa individualis yang tertanam sejak dini. Melihat motor yang mengambil jalan para pejalan kaki, klakson yang 'mengajak' perang urat syaraf, pelanggaran lalu lintas , bukankah itu hal yang sama ya?

Dan satu hujatan terhadap Dinda atas pembelaan terhadap para ibu hamil itu nyatanya pun tidak merubah kebiasaan 'makan' jalan orang lain sampai dengan detik ini . Jadi sebetulnya apa poin dari hujatan itu sendiri?

Ada satu pelajaran lagi yang saya pribadi kurang bisa setuju. Mengangkat screenshot percakapan Dinda di jejaring sosial Path menjadi konsumsi publik. Memang, ada seperti pernyataan tidak offisial bahwa segala sesuatu yang di tampilkan di dunia maya sejatinya sudah menjadi milik publik. Menjadi prasasti tentang orang itu sendiri. Salahnya sendiri mengungguh suatu pernyataan seperti itu di sebuah media sosial.

Apakah seperti itu kesimpulannya ? Bisa jadi, namun seharusnya hal itu tidak terjadi dengan sebuah jejaring sosial dengan limitasi perkawanan seperti halnya di Path sendiri. Terkecuali, Dinda memang 'sengaja' memberikan tautan ungguhannya ke media sosial lain secara otomatis. Semisal Facebook , Twitter, atau juga yang lain.  Tetapi apabila tidak, maka hanya merekalah yang berada di 'circle of friends' atau lingkungan pertemanan Dinda-lah yang menyebarkan screenshot dari percakapan tersebut.

Dan itu adalah pelanggaran privasi terkait dengan netiquette, atau etika berselancar di dunia maya termasuk didalamnya jejaring media sosial.

Melakukan suatu teguran, atau bahkan bullying secara masal terhadap satu pendapat atau bahkan tindakan yang bisa jadi salah bukan satu contoh pemikiran yang baik. Terlebih apabila masing masing individu yang "menyalurkan" pendapat dan ketidak setujan mengenai tindakan Dinda sendiri sejatinya dalam kesehariannya pun masih harus belajar banyak tentang etika yang lainnya.

Mungkin bukan tentang Ibu Hamil, tetapi bisa jadi etika dalam budaya antri, buang sampah atau lainnya. Masih banyak, etika etika yang tampaknya sudah terlupakan, ataupun peraturan yang  'dengan sengaja' diabaikan.  Dan menyebarkan screenshot sesuatu yang seharusnya bersifat privacy pun sudah melakukan pelanggaran etika sendiri.

Jadinya 11-12 alias blunder kan ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun