Mohon tunggu...
Baskoro Endrawan
Baskoro Endrawan Mohon Tunggu... Freelancer - Keterangan apa ?

Like to push the door even when it clearly says to "pull" You could call it an ignorance, a foolish act or curiosity to see on different angle :)

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

SPBU Asing versus Pertamina: Antara Kualitas dan Nasionalisme

19 November 2014   16:08 Diperbarui: 4 April 2017   18:18 5208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menarik.

Membaca artikel dari rekan Kompasiana , Harja Saputra disini yang merupakan artikel lanjutan tentang efisiensi bahan bakar dengan perbandingan antara produk BBM Bersubsidi Premium  milik Pertamina  dengan produk Pertamax dan Pertamax Plus yang masih berada di dalam satu naungan grup dengan salah satu produk dari vendor SPBU Asing, Shell, dengan produk mereka Shell V Max Power.

Bukan rahasia umum memang, bahwa BBM Bersubsidi Premium memang bukanlah produk yang baik, atau terbaik. Kualitas pas pasan, dan efek jangka panjang yang memang tidak terlalu baik menjadi salah satu ciri khasnya. Kita bertahan menggunakannya hanya atas dasar prinsip ekonomi. Bahwa ia  adalah yang termurah. Tak ada alasan lain kok sebetulnya. Sehingga efisiensi jangka panjang pun cenderung di abaikan. Mau bukti lebih lanjut bahwa memang pada kenyataannya kita banyak merapat ke Premium hanya karena masalah harga ?

bahkan spanduk sosialisasi "bbm bersubsidi hanya untuk golongan tidak mampu" pun tidak mau membendung antrian pasca pengumuman naiknya harga bbm bersubsidi. sumber

Memang benar, pada tipikal mesin kendaraan terdahulu dimana rasio kompresi kendaraan masih dibawah angka 9:1, penggunaan oktan 88 seperti pada Premium sendiri sepertinya tepat guna. Namun kualitas pengolahan Pertamina menjadi satu catatan. Sempat terjadi kasus rusaknya fuel pump pada kendaraan pribadi dan umum secara besar besaran waktu itu menjadi satu indikasi penting kualitas Premium yang memang sedikit sulit untuk dijadikan patokan untuk kedepannya.

Kurang ramah lingkungan. Efek kerak karbon pada mesin yang mengakibatkan turunnya kinerja mesin menjadi satu catatan merah. Ibarat pepatah bangsa Viking yang terkenal : "Murah kok njaluk Slamet !" ya itu yang sebetulnya setiap hari dihadapi oleh para penikmat BBM Bersubsidi Premium.

Sementara di sisi yang lain, SPBU Asing seperti Shell menawarkan satu produk yang memang harga per liter nya lebih mahal, namun saat hitung hitungan efisiensi ternyata malah justru menawarkan nilai rupiah terendah per jarak kilometernya.  Belum lagi lebih ramah lingkungan, performa mesin yang lebih baik dan lain hal.

Wong Tegal Laka Laka bilang, value for money. Terlebih untuk mesin mesin kendaraan terkini baik sepeda motor ataupun mobil dengan rasio kompresi kendaraan yang semakin tinggi.

Coba simak hasil komparasi apik yang dilakukan oleh rekan Harja Saputra di tabel bawah ini

14163593311244939726
14163593311244939726

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun