Seri 1 : Satu Tahun Pertama
Optimisme yang timbul ketika membaca nama DR. Marty M. Natalegawa menjadi Menteri Luar Negeri pada Kabinet Indonesia Bersatu II membuat sebagian rekan peneliti dan praktisi merasa percaya diri bahwa Indonesia akan makin berkibar di dunia.Rasa optimis tersebut bukan tidak beralasan mengingat latar belakang karier diplomat Pak Menteri yang begitu berkilau di berbagai forum internasional, ditambah lagi respon masyarakat yang masih positif setelah susunan kabinet diumumkan (survey LSI pada bulan November 2009 menilai kepuasan masyarakat terhadap pemerintahan SBY-Budiono sebesar 75%).
Namun, satu tahun kemudian LSI kembali melakukan survey (Oktober 2010) dengan hasil bahwa pemerintahan SBY mendapat empat rapor merah dan salah satunya adalah bidang hubungan internasional. Suka atau tidak, begitulah hasil survey yang dianggap mencerminkan pendapat sebagian besar rakyat Indonesia tanpa menunggu pengumuman dari Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4).
Pak Menteri sendiri mengatakan bahwa (selama satu tahun beliau menjabat sebagai Menlu) Kemlu telah berhasil dalam beberapa hal yang diantaranya adalah “…kita kembali menunjukkan kepemimpinan kita di ASEAN. Salah satunya dengan menjadi Ketua ASEAN pada tahun depan…”
Pernyataan tersebut dapat dibenarkan adanya, karena posisi Indonesia di ASEAN saat ini menunjukan postur yang hampir sempurna untuk dikatakan sebagai pemimpin ASEAN dengan berbagai latar belakang baik yang secara historis dan natural sudah ada sejak dulu maupun yang baru dicapai akhir-akhir ini seperti:
(i)Merupakan salah satu negara pendiri ASEAN,
(ii)Negara yang mewakili 39% penduduk ASEAN dan memiliki 32% luas daratan ASEAN,
(iii)Satu-satunya negara anggota ASEAN yang turut dalam KTT G20,
(iv)Negara ASEAN yang paling sering duduk dalam Dewan Keamanan PBB,
(v)Negara ASEAN yang paling banyak mengirimkan tentaranya untuk Pasukan Perdamaian PBB,
(vi)Negara dengan penduduk beragama Muslim terbanyak di ASEAN bahkan di dunia,
(vii)Negara Demokrasi terbesar di ASEAN dan ke-tiga di dunia,
(viii)Negara yang mencetuskan pentingnya pilar kerjasama politik keamanan di ASEAN untuk menjaga stabilitas ASEAN,
(ix)dan banyak hal lainnya.
Benar bahwa posisi Ketua ASEAN dijabat secara bergilir oleh negara-negara anggota ASEAN dan hal ini menimbulkan kesan bahwa Indonesia menjadi Ketua ASEAN hanya bertukar giliran saja dengan Brunei Darussalam. Namun perlu dimengerti bahwa dalam prosesnya (pertukaran giliran) merupakan suatu keberhasilan diplomasi karena Indonesia berhasil meyakinkan Brunei Darussalam dan negara anggota ASEAN lainnya untuk “merelakan” Indonesia menjadi ketua tahun 2011 tanpa harus menyinggung negara-negara anggota ASEAN lainnya yang tetap berada dalam antrian untuk menjadi ketua.
(bersambung)
http://nasional.kompas.com/read/2010/10/19/14011941/Inilah.Keberhasilan.Menlu.
http://www.asean.org/stat/Table1.pdf
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H