Mohon tunggu...
Basis Kata
Basis Kata Mohon Tunggu... Mahasiswa - "Tetaplah membumi dengan tulisan yang melangit"

Sebuah persepsi kiranya akan mati dan tak berguna jika tidak diabadikan maupun dibagikan ke sesama makhluk hidup. Maka dari itu melalui setiap tulisan, sejatinya persepsi itu akan terus abadi pun demikian dengan penulisnya. Menulislah agar kau tetap terus ada🌹 Tentang makhluk yang ingin abadi dalam tulisannya. Bernama lengkap Syahrul Gunawan lahir di Bontang, 10 Maret 1999. Beralamat di Ralla, Kab. Barru dan saat ini berdomisili di Jl. Andi Djemma, Lr. 5C, Kota Makassar. Menempuh pendidikan di SDI Kompleks Ralla (2005-2011), SMPN 1 Tanete Riaja (2011-2014), SMAN 5 Barru (2014-2017), S1 Manajemen FEB UNM (2017-2022).

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kehabisan Kata

3 Juli 2023   10:37 Diperbarui: 3 Juli 2023   10:38 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam buku, aku baca beberapa kata cinta.
Tiap bagiannya tersusun rapi oleh kata dan data.
Ku nikmati kopi, agar lelap tak menutup mata.
Engkau diam, bukan karena tak ada lagi kata.
Aku diam, bukan karena tak lagi ada kata.
Cerita tertunda menghentikan sejenak kita.
Lantas mengapa? Tanyaku, dengan terbata-bata.
Kita berimajinasi seakan jadi realita.

Aku diam, bukan karena tak lagi ada kata.
Ku nikmati kopi, agar lelap tak menutup mata.
Kita berimajinasi seakan jadi realita.
Tiap bagiannya tersusun rapi oleh kata dan data.
Lantas mengapa? Tanyaku, dengan terbata-bata.
Engkau diam, bukan karena tak ada lagi kata.
Dalam buku, aku baca beberapa kata cinta.
Cerita tertunda menghentikan sejenak kita.

Kita berimajinasi seakan jadi realita.
Engkau diam, bukan karena tak ada lagi kata.
Lantas mengapa? Tanyaku, dengan terbata-bata.
Cerita tertunda menghentikan sejenak kita.
Tiap bagiannya tersusun rapi oleh kata dan data.
Ku nikmati kopi, agar lelap tak menutup mata.
Aku diam, bukan karena tak lagi ada kata.
Dalam buku, aku baca beberapa kata cinta.

Tapi ini bukan tentang kopi yang pernah hangat lalu kau diamkan tanpa terasa.
Namun, tentang kata dalam kita yang kehabisan kata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun