Dewasa ini kita diperhadapkan kepada situasi yang memaksa kita melakukan berbagai macam aktifitas secara daring (dalam jaringan). Hal ini difaktori oleh pandemi COVID-19 yang masih menjadi momok yang menakutkan di Indonesia tak terkecuali seantero dunia. Meski banyak juga yang berkesimpulan bahwasanya pandemi ini akal-akalan saja untuk meraup keuntungan, padahal kesimpulan itu belum tentu benar tapi sebagian malah langsung percaya saja. Terlepas dari hiruk-pikuk terkait teori konspirasi yang katanya melatarbelakangi pandemi ini, adapula yang tetap yakin pandemi ini merupakan nyata bencana non-alam.
Namun, cukup di situ saja saya membahas tentang pandemi ini karena bukan kapasitas saya mengulik terlalu dalam ihwal pandemi COVID-19, cukuplah kita tetap menjaga kesehatan kita dengan mengikut protokoler kesehatan yang berlaku agar terhindar dari virus ini. Di sini saya lebih akan membahas tentang akibat dari adanya pandemi COVID-19 ini yang mengarahkan kita untuk lebih memanfaatkan kecanggihan teknologi.
Himbauan untuk physical distancing, work from home hingga study from home tentunya membuat kita harus lebih memanfaatkan teknologi dewasa ini. Penggunaan aplikasi daring seperti Whatsapp, Telegram, Zoom, Google Meet, Classroom ataupun semacamnya mengalami peningkatan penggunaan semenjak pandemi berlangsung. Yang paling pesat ialah aplikasi pengajaran, mengutip dari laman selular.id tertanggal 20 Juli 2020, "Di tengah pandemi, penggunaan aplikasi pengajaran secara online mengalami peningkatan. Riset Universitas Airlangga Surabaya menunjukkan pertumbuhan hingga 33% selama Q1 2020 dibandingkan Q1 2019."
Dalam hal ini tak terkecuali juga dirasakan di kalangan organisasi mahasiswa yang harus tetap menjalankan kerja-kerja lembaganya walaupun di tengah pandemi COVID-19. Adaptasi terhadap perubahan situasi sangat perlu, jangan sampai proses regenerasi ataupun rencana strategi yang sudah disusun menjadi kacau dan terkendala. Saat ini, pertemuan ataupun rapat sebuah lembaga dilaksanakan secara virtual atau daring. Bahkan beberapa kegiatanpun mesti dilaksanakan secara daring.
Tentunya, berbeda dengan ketika pelaksanaan luring (luar jaringan) dalam artian secara langsung. Salah satu tantangan yang nyata terkait hal ini ialah mengenai bagaimana cara tetap menjalin hubungan komunikasi yang baik melalui virtual. Dengan tidak melakukan tatap muka langsung secara arah komunikasi pasti akan lebih sulit untuk memahamkan kepada komunikan terkait pesan yang akan disampaikan. Tak terkecuali di saat menjadi seorang pemateri atau moderator dengan menggunakan aplikasi semisal Zoom. Tentu kontrol terhadap forum perlu lebih ekstra agar kegiatan dapat tetap berjalan sesuai dengan yang diinginkan.
Hal yang perlu diperhatikan yakni mengenai hambatan-hambatan yang akan menjadi kendala. Hambatan yang dimaksud yakni salah satunya mengenai hambatan retoris yakni :
- Hambatan the physical balance berkaitan dengan lingkungan, kontak mata dan teknik miking,
- Hambatan the personal balance berkaitan dengan persepsi dari komunikan, dan
- Hambatan the semantic balance berkaitan dengan bahasa yang digunakan dan gestur (mimik wajah, gerakan tangan)
Ini perlu menjadi perhatian lebih untuk menjadi seorang trainer, trainer di sini berarti seseorang yang bertugas melatih meningkatkan atau menambah skill dari trainee-nya. Trainer akan mendampingi trainee dalam masa training dan akan terus menerus memberikan praktek kepada trainee.
Ketika hambatan tersebut dapat dikendalikan maka proses komunikasi walau secara daring dapat berjalan dengan baik. Sebab seperti yang diketahui, perjumpaan di dunia virtual ini sering terjadi komunikasi satu arah saja, ini didasari karena seorang komunikator dalam menyampaikan pesan tidak mengerti kondisi atau kurang menarik dalam berbicara sehingga komunikan tidak memperhatikan si komunikator. Alhasil pesan yang hendak disampaikan komunikator tidak dapat diterima oleh si komunikan.
Untuk itu sebenarnya menjadi trainer dalam dunia virtual harus dapat lebih beradaptasi dengan kondisi forum yang dilakukan secara daring. Memahami cara penggunaan aplikasi juga perlu agar memanfaatkan fitur-fitur yang tersedia di dalam aplikasi tersebut. Tetap selalu memerhatikan audiens dengan memberikan feedback berupa interaksi semisal bertanya apakah audiens telah paham maksud pesan atau materi yang disampaikan. Karena tak menutup kemungkinan si komunikan tidak berfokus pada penyampaian pesan atau materi melainkan sibuk melakukan kegiatan yang lain.
"Laju kemajuan teknologi kini tak terbendung. Kita dapat saling bersua tanpa kenal batas ruang dan waktu. Maka dari itu, perlu adaptasi agar tetap dapat berjalan beriringan."
NB: Tulisan ini pertama kali saya pos pada laman basiskata59.wordpress.com pada tanggal 26 Juli 2020