Mohon tunggu...
Basis Kata
Basis Kata Mohon Tunggu... Mahasiswa - "Tetaplah membumi dengan tulisan yang melangit"

Sebuah persepsi kiranya akan mati dan tak berguna jika tidak diabadikan maupun dibagikan ke sesama makhluk hidup. Maka dari itu melalui setiap tulisan, sejatinya persepsi itu akan terus abadi pun demikian dengan penulisnya. Menulislah agar kau tetap terus ada🌹 Tentang makhluk yang ingin abadi dalam tulisannya. Bernama lengkap Syahrul Gunawan lahir di Bontang, 10 Maret 1999. Beralamat di Ralla, Kab. Barru dan saat ini berdomisili di Jl. Andi Djemma, Lr. 5C, Kota Makassar. Menempuh pendidikan di SDI Kompleks Ralla (2005-2011), SMPN 1 Tanete Riaja (2011-2014), SMAN 5 Barru (2014-2017), S1 Manajemen FEB UNM (2017-2022).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Terikat dalam Jaringan

12 Maret 2021   17:20 Diperbarui: 12 Maret 2021   17:36 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
toiqa.com diolah kembali oleh penulis

Sudah berapa lama kita terkurung di rumah, tidak bisa melakukan aktifitas sehari-hari dengan normal tanpa menjaga jarak atau menggunakan masker, tanpa dirundung kekhawatiran terpapar virus yang sedang menjadi pandemi di beberapa negara tak terkecuali di Indonesia sendiri. Serangan virus yang tak kasat mata ini merubah tatanan kehidupan masyarakat. Menciptakan suatu bentuk interaksi sosial yang berganti dari dunia nyata ke dunia virtual atau maya, mengurangi intensitas interaksi langsung di lingkungan masyarakat. Hal ini demi mencegah penyebarannya yang begitu cepat. Sehingga diterapkannya himbauan untuk physical distancing, work from home, study from home hingga beribadah di rumah saja.

Yang menjadi satu hal yang paling penting selama pandemi Covid-19 ini ialah dampak yang kemudian hadir di kalangan masyarakat. Banyaknya masyarakat yang tidak bisa bekerja karena takut terpapar Covid-19, tetapi mereka harus memilih antara mati kelaparan atau mati karena Covid-19. Bagi para pekerja perusahaan banyak yang dirumahkan atau bahkan di-PHK sehingga mereka tidak bisa memenuhi kebutuhan pokoknya sehari-hari.

Hal tersebut tentunya menjadi perhatian tersendiri bagi pemerintah untuk segera menangani masalah ini. Tetapi kemudian, bagi mereka yang masih bisa tercukupi kebutuhannya dan tidak terkendala dari segi perekonomian sudah menjadi hal wajib untuk membantu mereka yang membutuhkan.

Untuk berbuat kebaikan tidak mesti memandang perbedaan agama dan suku. Tidak bisa dipungkiri bahwasanya keberagaman adalah kenyataan di kehidupan masyarakat Indonesia. Dengan itu, menjadi modal persatuan dan kesatuan bangsa. Hadirnya teknologi yang canggih ini juga seyogianya semakin membuka relung pikiran kita untuk semakin mencintai keberagaman. Tanpa terhalang jarak dan waktu, kita bebas menuangkan pikiran dan tentunya tetap saling menghargai perbedaan pendapat.

Maka dengan sendirinya jiwa nasionalisme akan tumbuh didorong karena tekad untuk mempersatukan rakyat Indonesia yang majemuk ini. Nasionalisme dalam perspektif Indonesia menurut Al Hakim dkk (2012:184) yaitu memperhatikan kesejajaran antara massa rakyat dengan penguasa, tapi sekaligus di dalamnya melekatkan impian-impian (harapan dan aspirasi) massa rakyat yang harus diwujudkan.

Untuk senantiasa mampu saling berdampingan di tengah kemajemukan yang merupakan konsep pluralistis diperlukan sikap nasionalisme untuk terhindar dari konflik yang mampu memecah belah keutuhan bangsa. Masyarakat yang pluralistis ialah kondisi geografis dan sosial budaya nusantara lebih banyak mewarnai corak kehidupan bangsa indonesia (Al Hakim dkk, 2012: 175). Secara prinsip masyarakat yang pluralistis harus dibarengi dengan konsep pluralisme yang timbul setelah adanya sikap toleransi.

Menurut Madjid (2004:57) ada beberapa hal yang dapat mempersatukan Indonesia dan membangun semangat nasionalisme, salah satunya bencana alam maupum non alam. Seperti saat sekarang ini Indonesia sedang dilanda wabah penyakit. Yang kemudian ada hikmah yang dapat kita petik di dalamnya. Bahwasanya kita tetap saling bahu membahu dan tolong menolong karena kita semua bersaudara dari Sabang sampai Merauke sesuai dengan semboyan “Bhineka Tunggal Ika”.

Kini, untuk membantu sesama, jarak dan waktu tidak menjadi penghalang, kita tetap bisa saling terikat dalam satu jaringan, dunia virtual. Kemajuan teknologi yang pesat sangat membantu kita dalam mengulurkan tangan kepada sesama kita yang sedang membutuhkan. Dengan adanya E-Banking yang merupakan sarana strategi baru pada sektor perbankan global untuk menarik nasabah dan meningkatkan kepuasan nasabah dibidang pelayanan jasa keuangan (Himani Sharma; 2011). Hal ini mempermudah kita dalam berdonasi walau hanya dari rumah saja, memberikan pelayanan prima tanpa batas waktu dan tanpa terkendala ruang.

Jadi bukan alasan bagi kita untuk tidak berbagi kepada yang membutuhkan ketika kita masih mampu untuk memberi. Entah itu dia berbeda agama, suku, ras, etnis, profesi dan berbagai perbedaan lainnya dengan kita, mereka tetaplah saudara kita. Seperti kata Gus Dur, “Tidak penting apapun agama atau sukumu. Kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak pernah tanya agamamu.” Dengan kata lain bahwa hanya dengan menjadi orang baik yang akan membawamu pada kebaikan pula.

"Kemanusiaan dan keberagaman satu hal yang tidak dapat dipisahkan yang saling melengkapi layaknya tubuh dan jiwa".

NB: Tulisan ini pertama kali saya pos di laman basiskata59.wordpress.com pada tanggal 10 Juni 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun