Beberapa waktu yang lalu saya sempat melintas dibeberapa daerah di jawa timur menjelang pemilu serentak tahun 2024 yang waktunya kurang lebih tinggal enam bulan lagi, dan pemilihan kepala daerah yang juga dilaksanakan secara serentak dipenghujung akhir tahun 2024.Â
Saya merasa ada sesuatu yang berbeda jika dibandingkan dengan perhelatan pemilu dan pemilihan kepala daerah pada masa sebelumnya, salah satunya perhelatan pemilu 2024 dan pilkada 2024 tidak seramai sebelumnya karena biasanya diramaikan dengan banyaknya banner calon yang ramai terpasang disetiap sudut jalan dan gang dan bahkan depan rumah penduduk.Â
Disatu sisi terkadang tak sedikit orang merasa risih dengan banyaknya banner, meski sebagian kecil orang senang karena akan kelimpahan sisa banner pasca pemilu yang dapat dijadikan tikar, kelambu kandang ayam, atau perlengkapan lainnya. Pun demikian dengan peredaran kaos kampanye yang dirasa lebih sepi tahun politik saat ini dari pada sebelumnya.Â
Biasanya bapak penarik becak dan pekerja kasar begitu senang memperoleh kaos kampanye, setidaknya menjadi baju ganti untuk bekerja yang tidak masalah jika kotor dan mudah rusak.
Kondisi ini mungkin untuk sebagaian orang tidak begitu masalah dan bahkan tidak terfikirkan. Namun sedikit aneh juga bagi kalangan lainnya yang biasanya mengharapkan banner dan kaos kampanye untuk kepentingan sendiri, terutama pasca perheletan pemilu seperti yang saya uraikan diatas.
Setelah difikir realita tersebut cukup masuk akal mengingat perhelatan pemilu dan pilkada tahun 2024 yang tinggal menunggu hitungan hari dilakukan pasca pandemic covid 19 yang merubah pola interaksi masyarakat yang kini lebih banyak berinteraksi secara digital sehingga juga berpengaruh dalam ranah politik, ditambah lagi pemilu dan pilkada tahun 2024 lebih didominasi oleh pemilih muda dan pemilih pemula seiring bonus demografi yang berulir di Indonesia.
BONUS DEMOGRAFI
Istilah bonus demografi pertamakali dirilis oleh David Bloom dan Davin Canning yang berlatar belakang akademisi bidang ilmu ekonomi Harvard. Tipikal bonus demograsi salah satunya disinyalir dengan adanya lonjakan usia penduduk yang didominasi oleh usia muda yang berada pada masa produktif. (kompas.com)
Bonus demografi merupakan sebuah keadaan yang diprediksi akan sangat menguntungkan bagi suatu negara, salah satunya secara ekonomi dapat menempatkan kondisi tersebut sebagai langkah untuk menggenjot produktifitas angkatan kerja karena berada pada level usia muda dan menurunkan angka ketergantungan atas subsidi negara. (Ratu Matahari, dkk; Bonus Demografi, 2019)
Bonus demografi dengan surplusnya jumlah penduduk usia muda dan produktif membuka kesempatan yang harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyrakat dan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang merupakan instrument untuk mengurangi angka kemiskinan dengan signifikan.Â
Namun kondisi tersebut seperti pisau bermata dua, jika tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya maka justru akan menjadi bom waktu yang dapat meledak pada saatnya sehingga dapat membuat negara akan kolaps, seperti tingkat pengangguran yang akan melonjak akan berdampak pada tingkat kriminalitas yang sangat berpotensi tinggi sehingga dipastikan akan menghambat pertumbuhan ekomonomi. (Satria Aji Setiawan)