Mohon tunggu...
basati marhuhu
basati marhuhu Mohon Tunggu... -

Bekerja sopir truck pengangkut pasir di Provinsi Jambi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Teori Liar ala Dukun tentang Jet Flight 370

23 April 2014   15:08 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:18 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya masih ingat betul perjumpaan tak direncanakan dengan Sang Puak. Sore itu truck saya mengalami pecah ban. Persis di depan sebuah rumah panggung gaya Sumatra. Selesai mengganti ban yang pecah. Datanglah seorang tua, bahkan ia membantu saya merapikan kembali jalan berlumpur dengan cangkulnya. Saya sendiri memakai sekop untuk meratakan pasir bak truck.

Disinilah bicang-bicang Jet Malaysia berawal. Undangan untuk singgah di rumahnya tak saya tolak. Tak  ada meja atau kursi. Kami duduk dilantai terbuat dari papan tebal, beralaskan tikar yang sobek di sana-sini. Sebagai orang yang lebih muda, saya tak memulai pembicaraan. Sepenuhnya saya mengikuti arah obrolan Sang Puak. Ia mengangkat topic Jet yang hilang. Jet itu milik bangsa Malaysia. Bangsa serumpun dengan bangsa kita. Dalam musibah demikian bangsa itu tidak berdialog dengan bangsa-bangsa yang tergabung dalam ASEAN. “Ini hal yang membuat Pemerintah Indonesia dang bangsa-bangsa Asia Tenggara heran,” katanya.

“Menurut Puak pesawat jet flight 370 itu jatuh dimanakah?” saya bertanya. Ia menjawab dengan santai sambil mengisap pipa rokoknya, “Itu pesawat sedapatnya nak didaratkan secara darurat. Tapi apa hendak dikata. Semua lapangan terbang internasional padat. Entah itu itu Kuala Lumpur, Changi, dan Soekarno-Hatta. Jadi akhirnya pesawat itu nyampak(jatuh). Taklah ia jatuh di laut apalagi di Samudra. Kita sudah lihat negara-negara dipandang hebat oleh Malaysia sibuk mencari. Tapi semua akhirnya menjadi pamer teknologi. Pesawat jet itu tetaplah belum didapatkan hingga kini. Mengapa bisa begitu? Itu dikarenakan pesawat itu tidak jatuh di air. Kalau ia jatuh di air, pastilah sudah ada barang ringan terapung.” Tidak mungkin, Puak,” saya menyangkal.

Itu begini Ujang, “Pesawat itu sengaja disembunyikan oleh kuasa supranatural. Bila sudah tiba saatnya, ia akan dilepaskan. Smua nanti akan melihat pesawat itu tidak di air. Pakar supranatural Indonesia sangat ahli. Hanya mereka sedang sibuk dengan pemilu. Atau, mereka tak berminat karena banyak kasus antara dua bangsa serumpun. Tak begitu akur seperti dulu ketika masih terikat oleh satu bahasa Melayu. Situasi diperburuk oleh rebutan pulau. Indonesia harus lepaskan Sipadan dan Ligitan. Entah nanti dengan Ambalat. Saran Puak itu sederhana saja. Kita berdoa jangan putus agar pesawat jet naas itu segera disingkapkan oleh kuasa yang menguasainya selama ini. Lagi pulau posisinya taklah jauh dari Malaysia. Carilah sahaja di pulau-pulau dekat negara itu. Sekali lagi taklah perlu mencari di air. Malaysia sendiri dengan bomoh setempat harus memimpin pencarian itu. Di sini bangsa-bangsa terhimpun dalam ASEAN bisa membantu Malaysia menyelamatkan muka bangsa itu.”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun