Bulan ini dipertontonkan "drama" debat Pilkada. Baik tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Seluruh kandidat "menjual" janji kepada calon rakyat yang akan dipimpin selama lima tahun.
Ada banyak potongan video debat yang membikin mulut ngakak. Terdengar seperti di luar nalar. Seperti obat telinga semata. Bahkan tingkat kelucuannya bisa diadu dengan para komika.
Debat kandidat calon Gubernur/Bupati/Walikota telah menjadi hiburan tersendiri. Tak sedikit yang jadi titik awal seseorang memutuskan untuk memilih pasangan calon tertentu.
Gaya berbicara dan penguasaan materi menjadi cerminan sejauh mana tingkat kemampuan. Tak sedikit yang asal bunyi. Hingga muncul potongan video lucu di media sosial. Mungkin karena faktor grogi sehingga mereka bertingkah sedikit aneh.
Seperti biasa debat pasangan calon Kepala Daerah selalu identik dengan hasil kerja kami di Badan Pusat Statistik. Iya betul sekali. Produk data indikator akan sangat laku diperbincangkan.
Dari situ dapat dilihat tingkat Literasi Statistiknya. Sejauh mana tingkat pengetahuan akan data. Hingga target pembangunan dalam bentuk angka statistik yang masuk akal. Bukan asal sebut saja.
Pemahaman akan kondisi daerah yang akan dipimpin itu terlihat jelas dari minimal enam indikator utama. Seperti series angka pertumbuhan ekonomi, tingkat kemiskinan, pengangguran, ketimpangan penduduk, inflasi, dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Data statistik bisa jadi dua mata pisau. Dapat digunakan berdasarkan sasaran yang ingin dicapai. Satu angka bisa dipakai untuk menyanjung atau bahkan menjatuhkan kepemimpinan pejabat  sebelumnya.
Prestasi para pejabat bisa dilihat dari indikator angka statistik. Angka-angka tersebut memang sudah menjadi alat evaluasi perencanaan pembangunan. Sekaligus raport bagi seorang Gubernurn atau Bupati/Walikota.
Mau atau tidak mau. Suka atau tidak suka. Angka statistik akan selalu dijumpai pada dokumen perencanaan pembangunan. Ia juga menjadi tolok ukur keberhasilan Kepala Daerah. Alamak.
Kalau begitu, para responden yang menjadi sumber informasi sangat penting. Sejauh apapun kemajuan teknologi dan metodologi pendataan kalau  responden belum melek statistik, ya sama saja bohong.