Gowa menginjak usia ke- 699 tahun. Butta kalassukang, butta panrannuang, butta passolongan cera'. Kedua orang tua juga asli Gowa. Mungkin saya masuk kategori Mangkasara' Tattara'.
Hari ini pemerintah daerah memperingati hari jadi Gowa di sebuah situs bersejarah. Benteng Sombaopu. Yang sedang berjuang dari kepunahan. Mulai direnovasi.
Gowa, melalui Bupati, baru-baru ini mendapatkan penghargaan Ki Hajar. Ini semakin meneguhkan Gowa sebagai Kabupaten Pendidikan. Pendidikan gratis telah dicanangkan di Gowa sejak beberapa tahun lalu. Kesehatan gratis pun begitu.
Sedari itu, sejak jejering kesehatan nasional itu diberlakukan, Bupati Gowa menggugatnya. Dengan pelbagai pertimbangan, apalagi defisitnya kian melebar dari tahun ke tahun. Pemda pun terkena imbas, iuran yang harus dibayar membengkak.
Di Gowa, hampir tidak dijumpai anak sekolah yang tinggal kelas. Program Kelas Tuntas Berkelanjutan telah lama diterapkan. Berbagai inovasi pun diciptakan dengan kucuran anggaran di bidang pendidikan yang tertinggi di Sulsel.
Saat masa jayanya, Kerajaan Gowa terkenal sebagai kerajaan maritim dan unggul di bidang perdagangan. Sayangnya, setelah melebur, wilayah pesisir pantai Gowa beralih menjadi Kota Makassar. Â Termasuk Pasar Pa'baeng-Baeng.
Olehnya itu, sektor perdagangan memang perlu terus digenjot. Karena dalam darah orang Gowa kental dengan jiwa pedagang. Tak salah jika kini sektor perdagangan memberikan kontribusi terbesar kedua pada perekonomian Gowa setelah Pertanian.
Gowa ini berbatasan langsung dengan Ibukota Provinsi Sulsel, Makassar. Pertumbuhan penduduknya pun melejit karena Gowa diminati jadi wilayah pemukiman. Ribuan orang berdatangan ke Gowa. Ratusan proyek perumahan pun berdiri.
Bayangkan, satu proyek perumahan saja bisa berisi ratusan rumah. Artinya puluhan ribu rumah baru berdiri di tanah Gowa beberapa tahun belakangan. Dampaknya juga terlihat pada alih fungsi lahan pertanian menjadi perumahan. Meski pencetakan lahan sawah baru terus dilakukan.