Berita pembantaian muslim Rohingya telah beredar ke penjuru nusantara, bahkan menembus cakrawala di penjuru dunia. Tak sedikit ungkapan keprihatinan diberikan masyarakat dunia. Mulai dari orang biasa hingga para penguasa.Â
Apa yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan mereka oleh saya yang hanya hamba sahaya. Tak ada daya dan upaya. Usaha nyata hanya lewat ungkapan keprihatinan atas pembantaian umat manusia yang dianggap biasa oleh mereka yang biadab. Dukungan berupa petisi juga menjadi solusi. Tujuannya untuk mendapatkan simpati dari mereka yang menyebut dirinya adidaya. Tapi,tak ada ladang minyak  di sana sehingga mereka urung beraksi nyata.Â
Ini bukan masalah agama. Kejadian pembantaian ini murni masalah kemanuasiaan. Dukungan hanya lahir dari mereka yang masih punya hati nurani. Masih kah anda punya hati nurani? Bergetar kah hati anda melihat penghapusan sebuah etnik yang bernama manusia rohingya? Jika masih terbersit sedikit rasa prihatin, bersuaralah lebih keras agar para penguasa adidaya dapat bertindak lebih nyata. Bukan hanya retorika semata.Â
Saya kecewa dengan penerima nobel perdamaian yang ternyata sebangsa dengan mereka para pembantai manusia. Tak ada rasa untuk membela saudaranya sendiri. Di mana aksi darimu wahai penerima nobel perdamaian? Mungkinkah dikau merasa nyaman dengan berbagai pembunuhan yang terjadi di pelupuk matamu? Entahlah, hanya kau dan Tuhan yang mengetahuinya.Â
Anak-anak dan wanita tak luput dari aksi bejat mereka. Seolah  nyawa tak ada artinya. Begitu mudahnya menarik pelatuk senjata dan mengalirkan darah anak-anak tak berdosa. Apa yang sebenarnya menghasut mereka? Mungkin mereka kerasukan iblis laknat. Sehingga tak ada sedikit pun tetes air mata penyesalan saat melakukan perilaku yang sangat terkutuk itu.Â
Semoga Pemerintah Indonesia bisa unjuk gigi dengan aksi nyata. Setidaknya ada pernyataan keras mengutuk aksi seminggu  terakhir yang terjadi di Rakhine. Mari mengangkat tangan dan berdoa pada Yang Maha Kuasa. Semoga kebiadaban mereka terhenti secepatnya. Sekali lagi, ini bukan masalah agama, tapi masalah kemanusiaan. Maafkan saya Rohingya. Saya tidak berdaya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H