Mohon tunggu...
Muhammad Aliem
Muhammad Aliem Mohon Tunggu... Administrasi - ASN di Badan Pusat Statistik.

Alumni Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Program Magister Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Saya masih dalam tahap belajar menulis. Semoga bisa berbagi lewat tulisan. Laman facebook : Muhammad Aliem. Email: m. aliem@bps.go.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Berbakti dengan Pensil di Jemari

17 Agustus 2017   21:04 Diperbarui: 17 Agustus 2017   21:24 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jemari tangan menempel di dahi tepat di atas pelipis mata kananku.  Kedua kaki rapat, badan tegap, dagu kuangkat lurus memandang ke bendera sang saka merah putih. Bola mataku hanya memandang ke satu titik. Kedipan mata kuatur selambat mungkin, takut terlewat momen naiknya bendera, lambang kemerdekaan sejati.

Angin bertiup sesekali menyapu wajahku. Teduh terasa pagi ini, langit bersahabat menutup terik mentari. Khidmat, satu kata yang tercipta di pagi ini. Petugas pengibar perlahan menarik tali ke udara. Patahan gerakan nan indah membelai jiwa. Sang saka pun meluncur perlahan ke ujung tiang bendera. Diiringi lagu Indonesia Raya yang menggema di seantero nusantara. Mulutku pun tak mau kalah dengan peserta yang lain. Lantunan lagu kemenangan menyeruak ke langit. Mengabarkan ke dunia bahwa Indonesia telah 72 tahun merdeka. Terbebas dari belenggu para penjajah. Memberi waktu tuk bernafas dengan jantung sendiri, berdiri di atas kaki sendiri, dan berdaulat di tanah ibu pertiwi.

Luapan semangat mengetuk jiwa-jiwa yang haus berjuang. Tak lagi harus mengangkat senjata. Tak perlu membunuh penjajah. Namun, tantangan generasi penerus lebih berat dari para pendahulu. Mempertahankan lebih sulit daripada merebut. Apalagi di jaman ini, penjajah tak kasat mata. Boleh jadi warna kulit dan bahasanya sama dengan kita. Boleh jadi kita sebangsa,tapi mereka punya misi menghancurkan negeri sendiri. Mengganti ibu pertiwi dan menjadi penghianat di atas tanahnya sendiri.

Perjuangan belum usai kawan. Saat mentari terbit, bertebaranlah di muka bumi. Berikan yang terbaik bagi negeri. Apapun profesi yang dimiliki. Junjung tinggi janji pada negeri. Untuk berbakti hingga nafas berhenti. Lawan segala bentuk penjajahan yang menanti. Lawan dengan kerja sama yang terikat kuat dengan hati tulus mengabdi. Tak hanya sekedar untuk lembaran rupiah dalam mengisi hari. Berbuatlah dengan ikhlas tanpa pamrih. Karena jiwa raga kami, hanya untuk negeri. Mari berbakti dengan menghasilkan Data valid melalui pensil di jemari. Untukmu Indonesia, kami pejuang data Berbakti.

Barakallah. (*)

Gowa, 17 Agustus 2017

#basareng

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun