Mohon tunggu...
Muhammad Aliem
Muhammad Aliem Mohon Tunggu... Administrasi - ASN di Badan Pusat Statistik.

Alumni Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Program Magister Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Saya masih dalam tahap belajar menulis. Semoga bisa berbagi lewat tulisan. Laman facebook : Muhammad Aliem. Email: m. aliem@bps.go.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kepulan Asap Pertamaku

10 Februari 2017   07:46 Diperbarui: 12 Februari 2017   06:12 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak kecil itu bernama I Rahing (nama samaran). Dia duduk di bangku kelas 2 smp unggulan di desa. Hobinya bermain bola seperti kebanyakan anak lelaki di kampung. Sore ini, langit dipenuhi awan hitam pertanda hujan kan membasahi bumi. Dari kejauhan tampak I Rahing dan beberapa temannya berjalan ke sebuah lapangan sepakbola. Bermain di bawah guyuran hujan memang lebih seru. Ditemani suara gemuruh langit yang tak sedikit pun membuatnya takut, walau sesekali terlihat kilat yang menyambar. Wajah mereka tampak sumringah karena kompetisi Tarkam (antar kampung) dimulai besok siang. I Rahing melihat peluang bisnis di acara tahunan itu. "Pasti penontonnya besok banyak laki-laki yang merokok", pikir I Rahing. Esok harinya saat pulang sekolah, I Rahing telah siap tempur dengan sebuah potongan kardus yang digendong di perutnya. Mirip perisai perang para ksatria jaman kerajaan. Kardus itu terisi beberapa bungkus rokok berjejer rapi. Lengkap dengan korek kayu yg harganya masih lima ratus perak.

Pertandingan pun dimulai, sorak penonton terdengar jelas menegaskan dukungannya ke tim yang sedang bertanding di lapangan. I Rahing memulai aksinya mengitari lapangan menjajakan dagangannya. Dan benar saja satu per satu bungkus rokok mulai berkurang di kardusnya. Ada yang cuman beli per batang, ada pula yang beli langsung sebungkus. Peluit panjang berbunyi tanda pertandingan berakhir di sore itu. Suara Shalawat pun terdengar dari pengeras suara masjid tanda waktu maghrib kan segera menjelang. I Rahing pun pulang ke rumah dengan raut wajah gembira karena dagangannya laku di lapangan. Walaupun tidak habis terjual, namun keuntungan yg diperoleh cukup lumayan. I Rahing sudah bisa memprediksi besar keuntungan yang akan dia dapat selama kompetisi berlangsung dalam waktu sebulan ke depan. Tentunya hal ini akan sangat membantu biaya transportasi ke sekolah. Ditambah lagi bisa menambah uang jajan, sebungkus nasi kuning atau semangkuk bakso sudah tak menjadi masalah baginya. Singkatnya dari hari ke hari, keuntungannya semakin bertambah. Celengan yg terbuat dari tanah liat mulai berat. Rencananya buat beli baju baru di saat lebaran nanti.

Akhirnya kompetisi itupun berakhir. I Rahing merasa cukup sedih karena sumber pendapatan akan segera hilang. Disamping itu ada hal negatif yang terjadi. I Rahing mulai mencoba merokok. Berawal dari mencicipi sebatang demi sebatang, akhirnya dia pun kecanduan sebagai ahli hisap. Untungnya saja hal itu tak berlangsung lama. Dengan bantuan keluarga, I Rahing bisa berhenti merokok. Itupun saat dia sdh di tingkat sma. Perjuangannya untuk berhenti merokok memang berat di tengah pergaulannya. Namun dengan komitmen dan lingkungan keluarga yg positif akhirnya dia pun bisa berhenti. Awalnya diganti dgn gula-gula karet, permen, dan coklat coki-coki. Hal yg paling penting adalah tekad dan komitmen kuat untuk mengakhirinya.

Kenapa bahas rokok?? Rilis BPS Sulsel tanggal 3 Januari 2017 tentang Inflasi Bulan Desember 2016 menunjukkan bahwa salah satu komponen yang memicu kenaikan inflasi adalah ROKOK dan tembakau. Indeks harga kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau naik 0, 28 persen. Pada bulan desember 2016 Sulsel mengalami inflasi sebesar 0,30 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 125, 71. Dari 5 Kota IHK di Sulsel, semuanya mengalami Inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Parepare sebesar 0, 53 persen dan terendah di Watampone sebesar 0,24 persen.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun