Kalau ada apa-apa, yang disalahin presidennya. Semuanya aja salah Jokowi! Harga-harga naik, Jokowi lagi yang salah. Rupiah melemah, Jokowi lagi yang kena. Lupa soal uang muka mobil pejabat, kena lagi. Belum lagi soal lulusan Harvard. Ah! Kalau mau ganti presiden, monggo! Ada yang sanggup? Kenapa kita lebih percaya pada sesuatu yang baru, padahal yang sedang berjalan lagi bekerja keras?
Beberapa waktu setelah pengumuman BBM naik lalu turun lagi. Mestinya, harga sembako dan yang terkait lainnya, turun pula. Tapi dasar mental kapan ada kesempatan naik, pantang turun! Ada saja alasannya, “Ah! Ini kan salah Jokowi, nurunin BBM dan kita udah terlanjur naikin harga.” Pantaskah Jokowi disalahkan? Ini soal mental.
Rupiah melemah. Kita buru-buru bilang, “Ah! Ini presidennya emang nggak punya kemampuan mengatur ekonomi. Masa rupiah sampai tembus 12 ribu lebih.” Kita marah dan secepat kilat menyalahkan presiden kita. Dan kita tidak tahu, bahwa sebagian besar mata uang negara Asia Tenggara melemah, dikarenakan Dollar yang memang menguat, bahkan sampai berhasil mengganggu mata uang Eropa lainnya. Salah Jokowi?
Soal tanda tangan. Di kantor, saya selalu percaya pada mitra kerja saya. Setiap kali ada dokumen yang perlu saya tanda tangani, langsung saya paraf. Karena saya menaruh kepercayaan padanya, dan kami sudah selaras soal kualitas dan visi kerja kami. Lalu saya bayangkan, Jokowi yang punya banyak pekerjaan, apakah salah ia ketika setelah tanda tangan dan bilang “Saya tidak tahu, saya cek dulu.”
Kita seperti kehilangan kewarasan dan lupa batas kemanusiaan kita, seolah kita mampu menyelesaikan ribuan persoalan negara kita ini. Kita mengira gampang jadi presiden. Kadang, tanpa sungkan, kita sesukanya mengatakan, “Ah! Presiden nggak punya nyali! Penakut!”
Padahal, sebelum kita katakan itu, ia sudah memutuskan menghukum mati pengedar NARKOBA kelas kakap. Dan, tidak adilnya, kita katakan kalau hukuman mati tak sesuai kemanusiaan. Padahal, karena kemanusianlah Jokowi memilih keputusan itu. Soal teroris dan sejenisnya, jangan tanya. Langsung diburu!
Belum lagi soal lulusan Harvard. Ah! Sudahlah. Jauh lebih baik, saya putuskan kalau saya tetap yakin dan mendukung pemerintahan Jokowi.
Ada cerita sukacita, yang sedang disamarkan orang-orang yang bersebrangan dan punya kepentingan di negara ini. Sayang, Jokowi tak suka pamer, rendah hati.
Nanti kita juga sama-sama merasakan, apa hasil kerja Jokowi. Jangan biarkan kita meruntuhkannya hanya karena ketidaktahuan dan sok-sok tahunya kita tentang apa yang terjadi.
Kugaris tanah ini demi presidenku! Teruskan PakJoko Widodo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H