Mohon tunggu...
Basar Daniel Jevri Tampubolon
Basar Daniel Jevri Tampubolon Mohon Tunggu... -

Suka dan sedang belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Basar Dimarahin Ibu Megawati

18 Maret 2016   16:12 Diperbarui: 18 Maret 2016   16:24 782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Sumber: ZM Facebook"][/caption]Terang hari ini, saya mesti jujur, menuliskan ini dengan perasaan deg-degan sekaligus bercampur kekuatiran yang sangat menakutkan! Tapi saya paksakan menulis ini, supaya saya belajar.

Saya ingat betul, sekitar tahun 1998 menuju 1999, masa itu saya masih SMA. Di kamar, saya nekad memajang poster PDIP, Megawati muda dalam posisi mengangkat tangan. Sementara, ayah saya, pegawai BUMN.

Setelah satu hari saya menempelkan gambar itu di atas tempat tidur, ayah saya melihat lalu memanggil saya. Katanya, “Kamu tahu nggak! Kamu itu makan dari Golkar! Bukan dari PDI!” Saya hanya menunduk.

Siang ini, setelah bercakap-cakap ringan dengan seseorang yang biasa saya panggil ‘abang’, saya mengingat kejadian itu.

Saya minta maaf kalau bercerita sedikit lebih lama dari biasanya.

Soal Pilkada DKI. Ahok, salah satu sosok yang oleh kebanyakan orang dianggap pemimpin yang mendekati kategori ‘ideal’, dengan prinsipnya yang tegas dan terbuka, tentu rasanya sangat pas untuk kembali memimpin DKI Jakarta. Tetapi ada yang mengganggu dalam hati saya.

Setahu saya, dari berita di berbagai media online, pada Pilgub 2012 serta menangnya Jokowi dan Ahok , PDIP bekerja sepenuh hati bahkan berani pasang badan, mendukung, demi membangun Jakarta!

Barusan, abang saya itu bilang, “Simak pernyataan Ahok mengenai hubungannya baik-baik aja dengan Megawati, Sar...” Lebih lanjut, kabarnya, Mega memarahi kader PDIP yang menghembuskan isu deparpolisasi juga yang lainnya.

Kata-kata Mega yang sering saya rekam, “Mikir! Mikir!” Saya jadi bisa membayangkan bagaimana kalau Ibu Megawati marah. Ketika Ahok bilang, “Jangan dimarahin yah, bu.” Dalam salah satu tayangan Mata Najwa, saya menjadi sedikit mengerti soal itu.

Kemudian, abang saya itu bilang, “Kamu tahu nggak, sekarang pemburu rente itu bermain dimana-mana. Rezim sekarang dianggap mereka nggak bisa dikontrol! Mereka sedang merencanakan pergantian rezim. Hanya ada dua caranya. Lewat demokrasi dan kerusuhan!”

Dalam hati saya, “Oh, iya, yah! Segaris dengan isu belakangan ini yang muncul, Mei!”

Hal ini yang membawa pikiran saya kembali pada poster Megawati di kamar tidur kala itu. Abang saya itu bilang, “Hanya ada satu kekuatan yang sampai sekarang setia menemani Jokowi, Sar. Megawati! Habis-habisan mendukung Jokowi sekaligus berbagai kebijakan yang memihak kepada rakyat.” Seketika saya terdiam!

Saya jadi ingat kata-kata anak Bung Karno itu, “Pak, saya kalau bela kan ndak pake ngomong. Tindakan...” Pada Ahok, kalau tidak salah sewaktu moment hari jadi Mata Najwa.

“Pemburu rente. Antek-antek kapitalis. Biasanya mereka disebut mafia. Kelihatannya mereka tidak sedang bermain dalam Pilkada DKI. Kenyataannya, mereka bermain dimana-mana.” Itu kata penutup dari abang saya itu.

Sampai telepon ditutup, yang saya ingat, empat hal; Pemburu Rente, Pilkada DKI, Megawati, Rezim Baru.

Supaya lebih singkat. Pemburu rente akan melakukan hal apapun demi kepentingan bisnisnya. Tak peduli siapa yang sedang memimpin, berkuasa, atau apa pun agama masyarakatnya.

Mereka hanya memikirkan dan bagaimana memastikan “urusan bisnisnya” tidak terganggu. Termasuk rencana penggantian rezim pada pemilihan presiden 2019 mendatang!

Sayang memang, hanya ada dua pilihan untuk menjatuhkan rezim. Lewat demokrasi atau kerusuhan.

Kalau lewat demokrasi, kemungkinan besar, skenario ‘menjauhkan’ Ahok dari PDIP merupakan langkah awal. Sehingga akan berdampak,“Ah! Masa PDIP gitu sih! Tega banget sama Ahok! Nggak akan gue pilih lagi 2019 nanti, liat ajah!”

Dengan kata lain, PDIP akan kehilangan banyak suara pada 2019 nanti. Berakibat pada peluang besar bergantinya presiden. Itu salah satunya. Ada dampak lainnya pula. Nah! Kalau soal kerusuhan, itu cara cepat menggulingkan pemerintahan yang sekarang.

Ahok tidak buruk. Mega pun sama sekali tak seperti yang diberitakan media selama ini. Kalau pemburu rente... Yah, bisa lihat kan yah kasus-kasus seperti; Papa Minta Saham, Pelindo 2, dan yang lainnya.

Jangan marahin saya yah, bu. :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun