Oleh: Jum’an
John Fitzgerald Kennedy yang populer disingkat JFK adalah presiden ke 35 Amerika yang termashur meskipun hanya berkuasa selama seribu hari. Kata-katanya “Ask not what your country can do for you –ask what you can do for your country” sangat banyak dikutip orang termasuk oleh para politisi negeri kita. JFK memiliki segalanya. Wajah tampan, cerdas, sense of humor, kekuasaan dan ketenaran marga Kennedy. Presiden Amerika termuda kedua setelah Delano Roosevelt ini dikenal memiliki nyali besar terutama waktu menghadapi ancaman Sovyet di Cuba tahun 1962. Saat itu dunia sudah berada diambang perang nuklir dengan rudal-rudal Sovyet yang siap diluncurkan dari pangkalannya di Cuba dan Amerika yang juga siap membalas seketika peluncuran itu terdeteksi. Melalui perundingan-perundingan tingkat tinggi dan kontak-kontak rahasia yang sangat menegangkan akhirnya dicapai keputusan, Sovyet bersedia melucuti rudal-rudalnya dengan imbalan Amerika tidak akan menyerang Cuba. Disini peran dan ketegaran JFK nampak sangat dominan. Nama besarnya makin mendunia ketika ia tewas ditembak oleh Lee Harvey Oswald.
Tak ada gading yang tak retak, tak ada pemimpin tanpa aib. Tak terkecuali JFK. Pada tahun 98 Seymour Hersh, seorang jurnalis senior pemegang penghargaan bergengsi Pulitzer menerbitkan sebuah buku berjudul ”The Dark Side of Camelot” yang mengungkapkan sisis-sisi gelap sang kesatria yang gagah perkasa itu. Menurut pendapatnya sejarah JFK terlalu di romantisir dan rakyat Amerika perlu melihat siapa John Fitzgerald Kennedy yang sebenarnya.
Seymour menulis JFK adalah seorang yang tidak sabaran, egois, maniak wanita, tidak jujur, kesehatannya buruk dan sembrono. Ia kikir, tidak pernah membawa uang cash tidak pernah mau membayar duluan kalau makan bersama. Ia pernah bilang: Saya migrain kalau sehari tidak menyentuh perempuan. Presiden ini bukan saja menganggap wanita tidak sederajat dengan pria, ia sering menyebut orang miskin, orang kulit hitam dan yahudi dengan sebutan poor bastard. Ia tidak percaya pada kesamaan ras, gender dan agama. Dia lebih mementingkan loyalitas daripada kepabilitas pembantu-pembantunya, sehingga staf yang pandai kurang dapat berkarya. Empat bekas ajudannya menyatakan bahwa JFK adalah seorang yang terobsesi pada seks dan siap mengambil risiko apapun untuk memuaskan kehendaknya. Selalu terlambat masuk kantor dan sering berjam-jam tak ketahuan dimana. Langganan pain killer, dan seterusnya dan seterusnya.
Membuka aib baik aib orang lain maupun aib sendiri bukanlah pekerjaan yang terpuji.Tetapi Seymour Hersh dengan Dark Side of Camelotnya atau George Junus Aditjondro dengan Gurita Cikeasnya, sudah ada yang mengurusnya....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H