Mohon tunggu...
BASUKI TRI ANDAYANI
BASUKI TRI ANDAYANI Mohon Tunggu... Lainnya - Praktisi Komunikasi

Praktisi Humas (Public Relations) salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa keuangan sejak November 2013. Pemegang sertifikat kompetensi : 1. Expert Public Relations (BNSP-2015), 2 Executive Public Relations (BNSP-2021). Peraih penghargaan : 1. Best Presenter PR Indonesia Award 2021, 2. Tokoh PR Berpengaruh 2021 versi MAW Talks, 3. Tokoh Pemimpin PR Berpengaruh 2021 Kategori Korporasi, 4. Top Ten Corporate Communications of The Year 2022 BCOMSS Awards Kementerian BUMN, 5. Indonesian Most Prominent PR Persons Award 2022 versi The Iconomics 6. Indonesian Top PR Leader Award 2022 versi Warta Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Nguwongke: Si Tou Timou Tumou Tou

19 November 2023   10:26 Diperbarui: 19 November 2023   10:28 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia adalah negeri yang kaya dengan kearifan lokal. Sebagai orang Jawa tentu saya mengenal istilah "nguwongke" yang berasal dari kata wong yang berarti orang atau manusia. Nguwongke maknanya adalah memanusiakan sesama atau menghargai orang lain sesuai dengan martabatnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia dibanding makhluk lainnya.

Jika kita berkunjung ke monumen dan makam Sam Ratulangi di Tondano, Minahasa, kita akan menemukan tulisan "Si Tou Timou Tumou Tou". Kalimat itu berasal dari bahasa Tombulu yang merupakan subetnis dari suku Minahasa. Falsafah ini dipopulerkan oleh Sam Ratulangi seorang guru, jurnalis dan politikus Sulawesi Utara. Sam Ratulangi merupakan salah satu anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang kemudian menjadi Gubernur Sulawesi Utara pertama pasca kemerdekaan.

Secara singkat, Si Tou Timou Tumou Tou berarti manusia hidup untuk memanusiakan manusia. Oleh karena itu tidak berlebihan jika dikatakan bahwa, manusia dapat dikatakan sebagai manusia apabila ia telah memanusiakan orang lain. Selama ia masih memandang orang lain lebih rendah dari dirinya, atau bahkan "memperbudak" orang lain untuk kepentingan pribadi, sesungguhnya ia menjauhkan dirinya dari nilai-nilai kemanusiaan.

Islam, sebagai keyakinan yang saya anut, tak kalah mengajarkan bagaimana kita semestinya menghargai orang lain. Bahkan takaran iman seseorang tergantung bagaimana ia menghargai orang lain. Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim Rasulullah bersabda, "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tetangganya. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata benar atau diam."

Lebih dari itu Rasulullah bahkan mengatakan bahwa strata tertinggi manusia berdasarkan perilaku keduniaannya, tergantung berapa besar manfaat dirinya yang ia bagi pada sesama. Dalam hadist lain yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Rosulullah bersabda, "Sebaik-baik manusia adalah manusia yang paling bermanfaat bagi orang lain". Jadi sebagai manusia bersikap memanusiakan manusia lain saja itu belum cukup. Sikap sekedar menghargai orang lain saja masih kurang. Maka dari itu jika ingin menjadi manusia terbaik maka kita harus membagi sebagian potensi yang kita miliki untuk kebermanfaatan orang lain.

Mulai hari ini ayo kita memanusiakan orang lain (nguwongke wong liya), sebab hanya manusia yang bisa memanusiakan orang lainlah yang layak disebut sebagai manusia (si tou timou sitou tou). Berhentilah mengekploitasi potensi orang lain untuk memenuhi syahwat ambisi pribadi. Mulailah kita mengeksploitasi potensi diri sendiri untuk membantu dan menebarkan manfaat bagi orang lain. Sebab dengan cara inilah Tuhan akan memilih kita sebagai manusia terbaik, tanpa kita memburunya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun