Mohon tunggu...
BASUKI TRI ANDAYANI
BASUKI TRI ANDAYANI Mohon Tunggu... Lainnya - Praktisi Komunikasi

Praktisi Humas (Public Relations) salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa keuangan sejak November 2013. Pemegang sertifikat kompetensi : 1. Expert Public Relations (BNSP-2015), 2 Executive Public Relations (BNSP-2021). Peraih penghargaan : 1. Best Presenter PR Indonesia Award 2021, 2. Tokoh PR Berpengaruh 2021 versi MAW Talks, 3. Tokoh Pemimpin PR Berpengaruh 2021 Kategori Korporasi, 4. Top Ten Corporate Communications of The Year 2022 BCOMSS Awards Kementerian BUMN, 5. Indonesian Most Prominent PR Persons Award 2022 versi The Iconomics 6. Indonesian Top PR Leader Award 2022 versi Warta Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jangan Biarkan Romantismu Sirna

20 Oktober 2022   10:10 Diperbarui: 20 Oktober 2022   16:01 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sore itu, semilir angin berhembus pelan. Daun-daun bergoyang perlahan. Terik matahari yang menyengat sepanjang hari mulai berkurang. Sepasang sejoli duduk saling beradu pandang.

"Dik, maukah kamu menjadi ibu dari anak-anakku?"

Sang perempuan terdiam. Matanya berkaca-kaca. Hatinya berbunga-bunga. Tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Yang tampak hanya senyum tipis di sudut bibirnya.

Perlahan tangan sang pria merogoh saku celananya. Sebuah kotak kecil pun dibuka. Tampak sebuah cincin bermata berlian memancarkan cahaya. Lalu diraihnya tangan tangan sang kekasih dan disematkan cincin indah itu di jari manisnya.

Semesta menjadi saksi, sepasang kekasih memadu janji mengarungi hidup bersama, menjalani tugas suci membangun rumah cinta dibawah naungan ridho Sang Maha Cinta.

Sore itu, semilir angin berhembus pelan. Daun-daun bergoyang perlahan. Terik matahari yang menyengat sepanjang hari mulai berkurang. Sepasang sejoli duduk saling beradu pandang. Suasana dua puluhan tahun lalu berulang.

"Ma, Ky mau masuk perguruan tinggi. Key masuk menengah atas, sementara Kyo  masuk sekolah dasar. Kita perlu banyak uang untuk biaya sekolah mereka".

Lelaki itu menghela nafas. Sesekali diseruput secangkir kopi yang tersaji di atas meja. Terbayang setumpuk rupiah yang harus disiapkan untuk biaya sekolah ketiga anaknya.

"Papa punya tabungan berapa? Mama ada sedikit perhiasan yang bisa dijual untuk menambah biaya sekolah mereka".

"Ada sih ma, coba kita hitung berapa yang kita punya. Bagaimanapun, pendidikan mereka adalah prioritas utama".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun