Dari Babo, Kampung Arguni dan Taver bisa diakses menggunakan perahu cepat, dengan waktu tempuh sekitar 3 jam. Sejak 2008 lalu, BP sudah mengarahkan sumberdayanya untuk menggelontorkan sejumlah program pengembangan masyarakat di kawasan tersebut. Salah satunya dengan membina kelompok nelayan.
Kerjasama ini lalu ditindaklanjuti dengan kesepahaman bahwa BP akan membeli ikan dari nelayan setempat untuk kepentingan konsumsi ribuan pekerjanya. Hal yang sama dilakukan di Teluk Bintuni.
“Pendekatan semacam ini dilakukan agar masyarakat tidak kaget saat perusahaan masuk,” kata Frengky Kaywai saat kami berbincang dalam perjalanan dari Babo menuju Taver.
Sementara secara filosofis, Hidayat Alhamid mengatakan, program pengembangan masyarakat bukan hanya dimaksud untuk mengambil hati masyarakat. Lebih dari itu, upaya ini dilakukan agar masyarakat asli Papua yang kelak berhadapan dengan investasi bisa berdaya.
Hakikatnya, kata Bang Dayat adalah agar masyarakat bisa menolong dirinya sendiri.
“Tidak boleh berikir bagaimana perusahaan masuk saja. Tapi juga harus berpikir, bagaimana nasib masyarakat saat perusahaan keluar? Maka jalan terbaik adalah perusahaan harus berbuat: membangun keberdayaan warga terutama orang asli Papua, agar kehadiran BP tidak menciptakan ketergantungan,” katanya.(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H