Mohon tunggu...
Patrix Barumbun Tandirerung
Patrix Barumbun Tandirerung Mohon Tunggu... -

(me)manusia seutuhnya. Toraja-Manokwari. Berkicau di burung biru @patrixisme82. Acem Akwop...

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kampung Arguni dan Analogi Pisang Goreng

22 April 2016   03:34 Diperbarui: 22 April 2016   04:31 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari Babo, Kampung Arguni dan Taver bisa diakses menggunakan perahu cepat, dengan waktu tempuh sekitar 3 jam. Sejak 2008 lalu, BP sudah mengarahkan sumberdayanya untuk menggelontorkan sejumlah program pengembangan masyarakat di kawasan tersebut. Salah satunya dengan membina kelompok nelayan.

Kerjasama ini lalu ditindaklanjuti dengan kesepahaman bahwa BP akan membeli ikan dari nelayan setempat untuk kepentingan konsumsi ribuan pekerjanya. Hal yang sama dilakukan di Teluk Bintuni.

“Pendekatan semacam ini dilakukan agar masyarakat tidak kaget saat perusahaan masuk,” kata Frengky Kaywai saat kami berbincang dalam perjalanan dari Babo menuju Taver.

Sementara secara filosofis, Hidayat Alhamid mengatakan, program pengembangan masyarakat bukan hanya dimaksud untuk mengambil hati masyarakat. Lebih dari itu, upaya ini dilakukan agar masyarakat asli Papua yang kelak berhadapan dengan investasi bisa berdaya.

Hakikatnya, kata Bang Dayat adalah agar masyarakat bisa menolong dirinya sendiri.

“Tidak boleh berikir bagaimana perusahaan masuk saja. Tapi juga harus berpikir, bagaimana nasib masyarakat saat perusahaan keluar? Maka jalan terbaik adalah perusahaan harus berbuat: membangun keberdayaan warga terutama orang asli Papua, agar kehadiran BP tidak menciptakan ketergantungan,” katanya.(*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun