[caption id="attachment_208344" align="alignleft" width="640" caption="Statue of Liberty di Ellis Island (Foto: BM)"][/caption]
Jika Belanda tidak kalah dalam Perang Anglo-Ducth kedua pada tahun 1667, kota New York hari ini masih bernama New Amsterdam. Sudah pasti kota New York hari ini akan dipenuhi dengan imigran keturunan Indonesia seperti yang terjadi di Amsterdam, Belanda. Menurut rekan saya seorang warga Belanda yang juga dosen di Universitas Rotterdam, diperkirakan terdapat 600.000 warga keturunan Indonesia di seluruh Belanda. Memang dasar imperialis yang membawa rakyat dari wilayah takluknya untuk bekerja di negara-negara jajahannya yang lain. Misalnya, Suriname salah satu dari koloni Belanda di Amerika Selatan juga memiliki 15% dari 560.000 penduduknya adalah keturunan Jawa.
Setelah tamat Perang Anglo-Dutch kedua, Inggris dan Belanda menandatangani Perjanjian Breda (Treaty of Breda) pada tahun 1667. Dalam perjanjian ini Belanda setuju menyerahkan New Netherland (sekarang sebagian dari New York State) dengan ibu negerinya (capital city) New Amsterdam (sekarang New York) ke Inggris. Sedangkan Belanda diberi hak untuk mengontrol kegiatan perkebunan tebu di Suriname. Ini berarti warga keturunan Jawa telah dibawa ke Suriname setelah tahun 1667. Jika Belanda masih menguasai New Amsterdam (New York), sudah pasti lebih banyak keturunan Jawa bermukim di kota New York pada hari ini. Bahkan tidak susah untuk kita untuk makan bakso, tempe dan makanan khas Jawa jika berkunjung ke New York. Tapi itu sudah menjadi sejarah dan sejarah tidak bisa di ubah lagi. Sejarah New Amsterdam dimulai ketika para pengembara Belanda membuka penempatan pada 1609 di sebuah kawasan di Manhattan yang disebut New York Bay pada hari ini. Ia terletak di tepi Sungai Hudson. Fort Amsterdam dibangun pada tahun 1625 sebagai benteng pertahanan Ducth West India Company di situ. Belanda mendirikan Serikat Barat Hindia Belanda untuk mengelola koloni di barat dan juga Serikat Timur Hindia Belanda untuk koloni di timur terutama di Indonesia. Akibat konflik dan peperangan untuk menguasai perdagangan dan ekonomi akhirnya Belanda terpaksa melepaskan New Amsterdam ke Inggris. Inggris kemudian mengganti nama New Amsterdam kepada New York sempena nama Duke of York dan Albany. Maka tinggallah sejarah New Amsterdam dan New Netherland di daratan Amerika.
*********
[caption id="attachment_208346" align="alignleft" width="640" caption="Berbelanja murah disini (Foto: BM)"]
[/caption]
Sejalan dengan kemajuan Amerika, kota New York telah menjadi pusat perdagangan dan kebudayaan terpenting. Sesuatu hal yang saya suka bila berkunjung ke negara Amerika adalah aktivitas berbelanja. Barang yang ditawarkan sangat 'up to date' dan jauh lebih murah. Selain mal yang besar, saya sering ke dua buah toko menjual barang bermerk internasional dengan harga yang terjangkau yaitu Ross Dress for Less dan TJ Maxx. T.J. Maxx juga ada di London tetapi menggunakan nama TK Maxx. Kedua toko ini adalah toko 'favorite' saya jika ke Amerika. Anda bisa membeli celana Levi 's, tas tangan Guess dan banyak lagi disini. Tips berbelanja jika ke Amerika adalah membeli barang merk Amerika karena lebih murah disini seperti Coach, Levi 's, Timberland, Diesel, Adidas, Nike, Guess dan lain-lain. Tetapi jika mau membeli buatan Eropa lebih murah di London. Di sepanjang Broadway Avenue tidak jauh dari Times Square terdapat banyak pusat belanja yang menjadi fokus para wisatawan. Saya juga membeli Apple Ipad di sebuah toko Apple disini. Harganya lumayan murah yaitu £ 100 lebih murah dari harga di kota London. Saya juga membeli beberapa helai celana Levi s di toko Levi s yang pada waktu itu sedang membuat promosi harga murah. Sehelai celana 501 saya beli dengan harga US $ 30 (Rp280.000) dan memang lumayan murah. [caption id="attachment_208347" align="alignleft" width="640" caption="Madame Tussouds di Times Square (Foto: BM)"]
[/caption]
Selain pusat berbelanja, Times Square juga adalah pusat hiburan yang populer. Ada banyak dewan untuk pertunjukan broadway dan teater disini. Lampu-lampu neon gemerlapan di setiap malam di Times Square yang menjadikan kota New York 'hidup' sepanjang hari sehingga ia dikenal sebagai 'the city that never sleep'. China Town adalah sebuah lagi tempat yang harus Anda kunjungi jika ke New York. Area ini sedikit sesak dan disini kita bisa menemukan banyak makanan khas Asia. Buah-buahan dari Asia dan bumbu-bumbu khas Indonesia bisa diperoleh di toko-toko kecil di China Town. Disini Anda bisa membeli souvenir dan T-Shirt (3 helai $ 10) dengan harga yang murah tetapi 'Made in China'. [caption id="attachment_208351" align="alignleft" width="640" caption="Statue Alice The Wonderland di Central Park (Foto: BM)"]
[/caption]
Memang ada banyak tempak atraksi untuk para wisatawan di New York City dan setidaknya 5 hari diperlukan untuk melihat tempat-tempat wisata utama. Selain berbelanja dan hiburan, Anda juga bisa beristirahat di area hijau di tengah-tengah kota yaitu Central Park. Taman ini dibuka pada tahun 1857 dengan luas 843 ekar adalah taman untuk publik beristirahat dari kesibukan 'hutan besi' kota New York. Saya menyusuri rute disepanjang taman ini dari Broadway hingga Central Park North. Di sepanjang jalan itu saya menemukan danau, air mancur, berbagai patung dan tanaman yang hijau. Sangat menenangkan seperti yang selalu saya nikmati di Hyde Park, London. Taman ini juga harus menjadi antara tempat kunjungan Anda jika ke New York. **********
[caption id="attachment_208348" align="alignleft" width="640" caption="Terminal feri ke Staten Island (Foto: BM)"]
[/caption]
Karena saya memiliki waktu yang panjang di New York, berbagai tempat coba saya kunjungi termasuk salah satu dari 'borough' kota New York yaitu Staten Island. Untuk ke sana, pengunjung harus naik feri dari terminal di Lower Manhattan. Dari pusat kota, Anda bisa naik subway nomor 4 atau 5 ke Bowling Green dan harus jalan kaki sekitar 2 menit ke terminal. Layan ferry dari Manhataan ke Staten Island yang memakan waktu 25 menit adalah gratis. Jadi, bagi siapa yang 'tipis kantung' harus mengambil pengalaman gratis ke Staten Island. Anda bukan saja bisa gratis ke Staten Island tetapi juga bisa berfoto ria dengan Patung Liberty secara gratis. Ingin tau caranya? Patung Liberty terletak di Pulau Ellis dan bisa ke sana dengan naik kapal feri dengan pembayaran $ 17 untuk dewasa atau $ 9 untuk anak-anak. Mungkin ia terlalu mahal untuk 'backpacker' yang memiliki 'budget' yang terbatas. Cara mudah untuk Anda berfoto dengan 'patung hijau' di tengah Pulau Ellis itu adalah dengan naik feri ke Staten Island. Dalam perjalanan pergi dari terminal di Lower Manhattan, feri akan melalui hadapan Pulau Ellis dan Anda harus duduk di bagian kanan feri. Dari situ Anda bisa melihat patung Liberty dengan jelas dan menjempret berapa banyak foto yang Anda inginkan. Feri ini memiliki ruang terbuka yang memungkinkan kita berfoto dengan Patung Liberty itu seperti berada disebelah kita. Jika Anda masih tidak puas berfoto dengan Patung Liberty, dalam perjalanan pulang dari Staten Island ke Manhattan, Anda harus memilih kursi disebelah kiri pula. Lakukan hal yang sama. Ini berarti tidak semua yang ada di New York itu mahal, bahkan ada yang bisa Anda dapat gratis. Di Staten Island tidak banyak yang menarik untuk dilihat. Ia adalah 'borough' yang terkecil dibandingkan 4 yang lain dengan populasi penduduk tidak sampai setengah juta orang. Saya hanya melihat-lihat daerah ini dengan menaiki MTA bus. Pembangunan daerah ini seakan-akan sedikit ketinggalan dibandingkan dengan 'borough' yang lain seperti Manhattan, Brooklyn dan Bronx. Sebenarnya ada banyak tempat menarik yang bisa Anda kunjungi di New York. Ttetapi karena keterbatasan waktu, saya hanya beberapa tempat menarik yang dapat saya kunjungi. Setelah selesai berkelana di New York, saya kemudian ke Philadelphia yaitu kota di negara bagian Pennsylvania. [caption id="attachment_208349" align="alignleft" width="640" caption="Permandangan Manhattan dalam perjalanan ke Staten Island (Foto: BM)"]
[/caption] [caption id="attachment_208350" align="alignleft" width="640" caption="China Town di New York (Foto: BM)"]
[/caption] [caption id="attachment_208352" align="alignleft" width="640" caption="Beberapa gedung tinggi di Lexington Avenue (Foto: BM)"]
[/caption] [caption id="attachment_208353" align="alignleft" width="640" caption="Islamic Center di 96th Street New York (Foto: BM)"]
[/caption] [caption id="attachment_208354" align="alignleft" width="640" caption="Situasi dalam MTA Bus Crosstown (Foto: BM)"]
[/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya