[caption id="attachment_283557" align="alignnone" width="640" caption="Pentas utama ialah sebuah"][/caption] Jika Anda tidak punya uang untuk berkeliling dunia, cukup hanya ke Shenzhen melihat berbagai negara dari Jendela Dunia (Windows of the World). Sebut saja gedung apa yang ingin Anda potretkan, semuanya tersedia di satu area yang memiliki berbagai monumen dunia seperti Taj Mahal, Eifel Tower, Westminister, Opera Sydney dan piramida Giza. Perjalanan saya ke selatan China berakhir di kota Shenzhen. Saya naik high speed train dari Guangzhou sejauh 140 km memakan waktu sekitar 1 jam dengan kecepatan antara 180-200 km se jam. Kereta api ini dinamakan China Railway High-Speed ​​atau CRH. Saya membayar 80 yuan untuk harga tiket satu arah. Keretanya sangat bagus dan di setiap gerbong ada papan elektronik menunjukkan kecepatan kereta api. Ketika saya keluar dari hotel di Guangzhou cuaca agak mendung dan dalam perjalanan ke stasiun kereta api, hujan turun dengan lebat. Perjalanan saya dari Guangzhou ke Shenzhen diiringi dengan hujan yang tidak henti-henti. Mujurnya setibanya di Shenzhen hujan sudah mulai reda. Sama seperti di Guangzhou, hotel di Shenzhen belum saya pesan. Hanya takdir yang menentukan apa yang akan terjadi di Shenzhen. Setelah keluar dari stasiun kereta api Shenzhen, situasi yang sama saya alami seperti di Guangzhaou. Beberapa orang menyodor kepada saya katalog hotel yang bisa saya pilih karena mereka tau saya adalah wisatawan yang baru sampai di kota itu. Saya melihat-lihat tarif hotel yang ditawarkan tetapi sedikit mahal dibandingkan di Guangzhou. Tarif paling murah adalah 220 yuan dan saya meminta untuk harga yang lebih murah tetapi seperti biasa masalah bahasa sering mengganggu. Ketika saya berlalu pergi mereka tidak menyerah dan mengejar saya sambil bertanya'' your price '? Saya tau mereka akan coba sedaya upaya untuk menjual dan mendapatkan komisi. Dia mengulurkan kertas kepada saya dan meminta menulis harga yang saya mau. Saya menulis 180 yuan dan dia menggelengkan kepala tanda tidak setuju. Ini karena tarif yang tercatat adalah tarif yang sudah mereka sepakati dengan pihak hotel. Sulit untuk memberikan harga yang lebih murah. Karena saya tidak setuju dan berencana untuk mencari sendiri, ia akhirnya berkata ok. Ternyata hotel yang dimaksudkan agak jauh dan ia membawa saya melalui lorong-lorong kecil di kota Shenzhen. Ketika berjalan ke hotel itu, dia memberikan saya selembar kertas sambil berkata 'you want lady'? Selain bekerja mencari pelanggan untuk hotel, ia juga menjadi agen untuk aktivitas pijat dan pelacuran. Menjadi agen rumah pelacuran adalah aktivitas sampingan yang mungkin memberikan pendapatan yang lumayan. Inilah Shenzhen, kota penuh dengan berbagai ragam manusia. Setiba di hotel beliau mempersilakan saya duduk di ruang tunggu. Dia terus ke konter untuk transaksi dan setelah berdiskusi ia datang kepada saya dan berkata tarifnya adalah 220 yuan. Pihak hotel tidak mau memberikan tarif lebih rendah dari itu. Saya agak marah karena awalnya ia setuju dengan tarif 180 yuan dan setelah berjalan begitu jauh tarifnya tetap sama 220 yuan. Saya bersikukuh dengan pendirian dan menolak tawaran itu dan keluar dari hotel. Seperti dia mempermainkan saya dengan tarif. Itu adalah satu pengajaran bagi saya karena terlalu percaya dengan janji sedangkan dia bukan karyawan hotel yang bisa menentukan harga. Saya berjalan pergi meninggalkan hotel dan ingin mencari sendiri meskipun ada beberapa orang lain lagi yang menyapa saya dijalanan untuk menawarkan hotel. Akhirnya saya berhenti di sebuah area ramai orang berjualan makanan dan saya terlihat tanda 'halal' di restauran itu. Restauran itu bersebelahan dengan hotel yang agak sederhana besar. Saya makan disitu dan selesai makan saya mencoba nasib untuk bertanya tarif hotel per malam. Harganya sedikit murah yaitu 210 yuan dan saya setuju karena sudah capek untuk mencari yang lain. Lagipun disebelahnya ada restauran halal dan mudah saya untuk makan dan minum sepanjang 3 hari di Shenzhen. [caption id="attachment_283559" align="alignnone" width="640" caption="Bentuk piramida kaca seperti Museum Lovre di Paris (Foto: BM)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H