[caption id="attachment_275480" align="alignnone" width="640" caption="The ruins of St Paul Cathedral (Foto: BM)"][/caption] Seperti yang saya ceritakan pada seri pertama, perjalanan ini tidak mempunyai jadwal yang khusus. Ia tergantung kepada situasi. Setelah selesai berkeliling Hong Kong saya merencana untuk melanjutkan perjalanan ke Makao. Tiket feri belum saya pesan dan berdasarkan petunjuk dari orang-orang yang saya temui, feri ke Makao dimulai dari Hong Kong - Macau Ferry Terminal yang terletak di bagian pulau. Dari Kowloon ada layanan MTR terus ke terminal feri itu. Karena kelelahan seharian berkeliling Hong Kong, saya tidak terburu-buru untuk ke Makao. Jam 10 pagi baru saya keluar naik MTR ke Sheung Wan yaitu stasiun yang terhampir dengan pelabuhan feri. Biasanya hari bekerja feri tidak penuh dan tak perlu berdesak-desakan dengan orang ramai. Setiba di terminal, saya terus mengantri untuk membeli tiket dan memang masih banyak kursi yang kosong. Kapal feri juga besar yang bisa memuat hampir 400 penumpang dan memakan waktu 1 jam perjalanan. Suasana dalam feri seperti dalam pesawat dan ada pramugari yang melayani penumpang. Kita juga bisa memesan minuman dan makanan. Oleh karena perjalanan tidak lama, dan banyak waktu saya habiskan dengan melihat permandangan laut diluar jendela. Setelah lebih 1 jam, akhirnya feri turbojet itu pun berlabuh di terminal feri Macau yang tidak jauh dari Venetian Casino. Hal pertama yang harus saya lakukan setiba di Macau adalah mengganti uang yang dinamakan Pataca. Di terminal feri banyak 'money changer' untuk urusan penukaran uang. Perjalanan saya melibatkan tiga wilayah yang menggunakan mata uang berbeda yaitu Republik Rakyat China menggunakan Yuan atau juga dikenal sebagai Reminbi (RMB), Hong Kong SAR dengan Dollar Hong Kong dan Macau SAR menggunakan Pataca (MOP). Mata uang Pataca gunakan oleh penjajah Portugis di Macau dan juga di Timor Timur dizaman kolonial. Malahan bahasa Portugis masih menjadi bahasa utama di Macau dan diperkirakan 7 persen dari populasi Macau bisa berbahasa Portugis. Tinggalan ini dapat dilihat pada nama tempat dan jalan di Macau yang masih menggunakan tulisan Portugis. [caption id="attachment_275483" align="alignnone" width="640" caption="Bangunan lama di kota lama Makau (Foto: BM)"]
[/caption] Bahasa Portugis Macau atau Macanese Portuguese adalah dialek lama yang berbeda dengan bahasa Portugis modern yang digunakan di Portugal pada saat ini. Bahkan, orang Portugis jika datang ke Macau juga tidak mengerti dengan bahasa lama ini. Bahasa ini sama dengan sekelompok masyarakat Portugis di Kampung Morten di Melaka yang juga menggunakan bahasa Portugis lama. Tapi dalam sistem pendidikan, bahasa Portugis yang standar di ajar disekolah dan perguruan tinggi. Selesai mengganti uang, saya menaiki bus no 10B dari terminal feri ke pusat kota. Saya masih tidak pasti harus turun dimana, karena tujuan hanya untuk mencari tempat untuk bermalam. Kamar hotel belum di pesan. Ketika bus mendekati pusat kota, saya hanya melihat-lihat diluar jendala bus untuk memastikan tempat yang sesuai untuk turun. Ini karena agak sulit berkomunikasi dengan masyarakat Makau yang tidak memahami bahasa Inggris. Tidak seperti Hong Kong yang mudah untuk bertanya jika tersesat. Setelah turun dari bus, saya berjalan dan terlihat sebuah hotel yang kecil mungkin hanya ada beberapa kamar. Saya menaiki tangga gedung itu ke lantai dua dimana hotel itu beroperasi. Ada pria setengah umur di depan konter dan tidak bisa berbahasa Inggris. Dia hanya bisa berbahasa Mandarin dan Portugis. Tapi dia sudah bisa menebak tentunya saya inginkan kamar. Dia menggangukkan kepada tanda ada bila saya mengatakan 'room'. Dia membawa saya ke sebuah kamar yang sederhana besar dan lebih elok dibandingkan dengan kamar yang kecil di Hong Kong. Tarifnya MOP160 per malam. Lebih mahal dari yang saya harapkan. Tetapi karena tidak mau terjadi insiden seperti di Hong Kong, saya menerimanya meskipun membayar harga sedikit mahal. Saya tidak mau membuang tenaga untuk mencari kamar hotel lain yang belum pasti saya temukan. [caption id="attachment_275484" align="alignnone" width="614" caption="Tinggalan Portugis - Kota A Farmosa di Bukit St Paul di Melaka (Foto: BM)"]
[/caption] Setelah urusan check-in selesai, saya keluar berjalan-jalan ke pusat kota yang memakan waktu sekitar 10 menit berjalan. Kota lama Macau tidak besar dan lebih enak berjalan untuk melihat dengan lebih dekat kehidupan masyarakatnya. Pusat perhatian utama adalah di sekitar reruntuhan gereja St Paul. Gedung-gedung disekitarnya tampak tua dan hampir sama seperti yang ada di Melaka. Di Melaka juga ada gereja tua di Bukit St Paul di kota A-Farmosa. Penjajahan Portugis di timur pada abad ke 16 banyak membawa budaya dan bahasa bersama. Karakter Macau, Melaka, Timor Timur dan Goa hampir sama. Ketika saya ke Lisbon terdapat sebuah monumen besar di tepi Sungai Targus yang berdiri megah yang bernama Discovery Monuments. Monumen ini dibangun khusus untuk memperingati keberhasilan bangsa Portugis dalam memperluas daerah jajahan di timur. Selain reruntuhan gereja St Paul ada sebuah benteng yang menghadap ke laut. Di dalamnya ada museum yang menempatkan artifaks bersejarah dan sejarah kedatangan Portugis pada abad ke 16. Masih banyak meriam yang diarahkan ke arah laut sebagai benteng pertahanan dari serangan musuh. Benteng dan kota lama yang memiliki banyak bangunan bersejarah telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan dunia pada tahun 2005. Berjalan melalui lorong-lorong di kota lama, Anda akan dapat merasakan karakter arsitektur Portugis yang kental seperti 'cobbled street' yang saya temukan ketika berpetualang di Faro, Lisbon dan Porto. [caption id="attachment_275487" align="alignnone" width="640" caption="Cobble stones di Makau mirip seperti yang ada di Lisbon (Foto: BM)"]
[/caption] [caption id="attachment_275489" align="alignnone" width="640" caption="Foto ini saya rekamkan di Lisbon - Cobbled stones (Foto: BM)"]
[/caption] Makao merupakan koloni bangsa Eropa yang pertama di timur jauh. Makao telah diserahkan kembali ke Cina pada tahun 1999 setelah 400 tahun di bawah pemerintahan Portugal. Sama seperti Hong Kong, Makao telah dijadikan sebagai Special Administrative Region (SAR) yang memiliki otonomi dalam beberapa hal. Lokasi Makao sangat dekat dengan daratan China dan Lotus Bridge menghubungkan Macau dengan daerah Zhuhai di daratan Cina. Selain pariwisata, hasil ekonomi utama Makao adalah melalui aktivitas judi. Ada beberapa kasino besar seperti Venetian Macoa, Sand Casino dan Casino Lisboa. Di Venetian Makao ada layanan gondola untuk pengunjung yang ingin merasakan suasana Venesia di Asia. Berjalan di waktu malam di area ini, kita dapat melihat kedipan lampu berwarna-warni. Saya juga mencoba melihat sampai ke dalam gedung kasino untuk meninjau aktivitas perjudian. Melihat cara berpakaian yang sederhana, penjaga gedung judi itu tau saya tidak punya uang untuk berjudi dan pasti datang hanya untuk melihat-lihat. Malam itu saya hanya berjalan-jalan di sekitar kota Macau sambil menikmati keindahan pulau kecil ini sebelum berangkat ke Guangzhou besok hari. [caption id="attachment_275491" align="alignnone" width="640" caption="Benteng di sebelah reruntuhan St Paul Cathedral (Foto: BM)"]
[/caption] [caption id="attachment_275493" align="alignnone" width="640" caption="Kasino di Makau (Foto: BM)"]
[/caption] [caption id="attachment_275494" align="alignnone" width="640" caption="Lukisan keramik di Kota tua Lisbon (Foto: BM)"]
[/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya