TIDAK seperti biasanya, saat berada di stasiun kereta, tidak banyak orang yang hendak pergi bekerja pagi ini. Ternyata banyak orang yang mengambil cuti sebagai bagian dari memeriahkan hari bersejarah bangsa Amerika.
Hari ini, Januari 20, 2009, adalah hari pelantikan Barack Obama menjadi Presiden Amerika yang ke 44. Bagi mereka yang harus bekerja, seperti saya, ada banyak kegiatan di kantor masing-masing saat jam menunjukkan pukul 11 pagi saat Barack Obama diambil sumpahnya sebagai pemimpin negara ini. Beda jam antara Washington DC dengan Chicago adalah satu jam. Saya mendengar dari teman-teman yang bekerja di tempat lain dimana seluruh pegawai kantor mereka secara bersama-sama menonton acara tersebut di ruang kafetaria. Ada juga yang pergi menonton bersama-sama di restoran dekat kantor mereka.
Di kantor saya sendiri, tidak ada acara resmi. Pemimpin kantor tidak ingin terlihat bersikap favorit terhadap partai Demokrat daripada partai politik lain, sehingga tidak ada acara yang disponsor oleh tempat kerja. Namun acara bebas menonton siaran langsung melalui komputer masing-masing diijinkan sepanjang hari dengan catatan tidak ada pekerjaan yang ditunda. Siaran langsung yang tersedia di internet tidak sedikit jumlah websitenya, dan memiliki kualitas yang tidak kalah dengan siaran televisi biasa.
Saat saya menyaksikan acara inagurasi tersebut, saya banyak berpikir tentang pidato sambutan dari Barack Obama. Dalam pidatonya tersirat betapa bangga dan cintanya Barack Obama terhadap negara Amerika ini. Segalanya mungkin terjadi di Amerika. Memiliki ayah yang berasal dari Kenya dan ibu asli Amerika. Dibesarkan oleh keluarga yang pas-pasan. Cucu yang dekat dengan kakek dan neneknya yang berbeda warna kulitnya. Merantau ke belahan dunia lain saat berusia muda. Saksi mata perlakuan sinis terhadap orang kulit hitam. Pribadi yang selalu bertanya tentang kecurangan perusahaan asuransi terhadap ibunya yang membutuhkan biaya berobat dimana pada akhirnya waktu merengut nyawanya. Lulusan sekolah elit yang mempunyai keinginan merubah cara kerja politik dengan cara melayani mereka yang miskin dan terbelakang. Dengan berbekal semua pengalaman dan predikat itu semua, kini beliau menjadi orang yang paling tinggi jabatannya di pemerintahan negara Amerika.
Cerita Cinderella yang menjadi kenyataan!
Sebelum malam larut, saya menyempatkan diri untuk lewat rumah Barack Obama di Hyde Park, Chicago. Malam inagurasi yang berlangsung meriah di seluruh penjuru Amerika, termasuk di Chicago, tidak tercermin di sana. Rumah kediaman pribadi keluarga Obama yang masih terus dijaga ini, tampak gelap dan sepi. Tidak ada tanda-tanda pesta yang sedang berlangsung. Saat perhatian dunia tertuju ke Washington DC., tempat dimana acara resmi pengambilan sumpah dan pesta akbar berlangsung, Chicago melewati hari ini dengan dosis hiruk pikuk yang jauh lebih tenang dibandingkan saat kemenangan Barack Obama atas John McCain dalam Pemilu tanggal November 4 tahun lalu.
Saat itu, keadaan kota Chicago betul-betul seperti baru terkena setrum listrik! Gemuruh kegembiraan karena salah satu anggota "keluarganya" terpilih untuk menggantikan George W. Bush sebagai Presiden dapat dirasakan sampai ke jalan-jalan. Bahkan sampai berhari-hari. Walaupun demikian, tidak dapat disangkal jika kegembiraan masyarakat Chicago hari ini masih meluap -hanya saja dalam takaran yang lebih kalem.
Mereka semua, termasuk saya sendiri, sangat berbahagia karena hari ini Amerika memasuki Era baru.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI