Mohon tunggu...
Baron Maggot
Baron Maggot Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Suka nulis cerpen. Kadang juga puisi. Terkadang juga menertawakan diri sendiri. Kebanyakan cuma bermimpi

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pilpres dan Pemborosan Uang dan Waktu

21 Agustus 2014   03:38 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:00 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Berbagai dinamika yang mewarnai jalannya Pemilihan Presiden tahun 2014 memang bukanlah sebuah hal yang biasa bagi negeri ini. Banyaknya pelaporan kecurangan dari tercalon nomor 1 atas tercalon nomor 2 masih menjadi tontonan negeri ini. Perjuangan atas penindakan atas pelaporan kecurangan inipiun sampai kini sudah menuju kata final. Esok penentuannya. Esok akhir dari perjalanan tercalon nomor 1 dalam menuntut penindakan atas kecurangan yang terlapor ke Mahkamah Konstitusi. KIta sama-sama berharap untuk kali ini MK bisa menunjukkan sisi terbaik mereka. Yang salah tetap salah, yang benar tetap benar.

Namun disamping itu, perlakuan tercalon nomor 1 untuk menuntut keadilan -karena merasa kalah dengan kecurangan- dari MK menimbulkan adanya pemborosan. Ingatkah kita bahwa tadi siang ribuan personil angkatan bersenjata dikirim ke titik-titik vital di ibu kota untuk mengamankan kondisi pra dan pasca penentuan putusan MK esok hari. Untuk mengirimkan personil ini tentunya membutuhkan dana. Dan dana ini tentu saja akan diberikan kepada personil yang berjaga esok hari. Nah mari kita berfikir.

Waktu kita banyak terkuras. Seharusnya banyak waktu yang baik untuk dialokasikan untuk kepentingan umat malah berkurang karena fokus kita hanya untuk kekuasaan 2 orang. Naifkah ini?

Kalau pengiriman ini dimaksudkan untuk mengamankan kondisi ibu kota esok hari, dan yang kita dengar-dengar jika ada yang akan melakukan demonstrasi esok hari, maka akan ada berbagai kerugian. Untuk mengirimkan personil ini saja sudah memakan dana yang lumayan banyak, apalagi jika nantinya ada kerusuhan pasca putusan MK? Pastilah banyak yang merugi. Infrastruktur akan tercoreng. Banyak kerugian.

Maka dari itu, kita. Manusia Indonesia yang terlahir atas pen-demokrasian umat dan terlahir di negeri demokrasi yang menjunjung nilai-nilai kemanusiaan dan juga pelit untuk membayar mahal ke negeri ini, jika kita tidak ingin membayar lebih mahal lagi untuk negeri ini, maka esok hari mari kita bersama-sama menerima putusan MK ini dengan damai. Damai. Damai.

Damai itu indah bukan? Selain esok kita bisa berdamai, kita juga tidak perlu untuk rusuh dan infrastruktur juga pasti akan terlindungi. Pajak kitapun tidak perlu naik. Simple kan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun