Pada tanggal 10 Oktober lalu, dunia memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia yang ke-32. Peringatan ini pertama kali diadakan pada tahun 1992 oleh World Federation for Mental Health (WFMH) sebagai bentuk keprihatinan terhadap meningkatnya kasus gangguan kesehatan mental di seluruh dunia. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan mental dan mengurangi stigma yang seringkali dihadapi oleh penderita gangguan jiwa.
Kesehatan mental adalah bagian penting dari kehidupan kita. Setiap orang pasti pernah mengalami pasang surut dalam kondisi emosionalnya. Mungkin tidak semua orang pernah mengalami gangguan mental. Namun, dengan banyaknya beban pikiran dan beban hidup, lambat laun eksehatan mental kita pun terkikis.
Sebagai orang yang berempati, aku sering dijadikan sandaran keluh kesah teman-teman dekatku untuk bercerita. Meski tanpa diminta, mereka mencoba menghubungi lewat pesan singkat yang berakhir dengan curhat Panjang.
       "Lagi sibuk, nggak?"
       "Nggak. Kenapa?"
       "Mau curhat..." sambil memasang emoticon menangis.
       "Mau chat atau telpon? " saranku. Biasanya, kalau curhat lewat chat biasanya akan sulit terjadinya dialog dua arah. Atau pun sifatnya lebih delay. Aku langsung menghubunginya yang  memang  sedang butuh teman bercerita.  Obrolan belum berlangsung tapi suara isak tangis diseberang telepon sudah menderu. Aku membiarkan dia melanjutkan tangisnya tanpa menotong atau mengajaknya berbicara. Ada sekitar 5 menit suara itu menyambung ke telingaku. Setelah reda, kalimat pertama yang keluar dari mulutku adalah," Gimana, sudah lega?" dibalas dengan kalimat "Sorry."
Obrolan pun berlanjut. Sebagai pendengar, aku membebaskan dia bercerita tentang apa saja yang mengganjal di dalam hatinya. Aku tahu, kalau sudah mengirim pesan singkat pasti dia sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja. Pasti tengah menghadapi beban mental.  Aku tahu betul temanku ini memang mengalami mental Illness yang sudah menahun. Namun, hingga kini, orangtua atau keluarganya masih menganggap itu bukan masalah mental, melainkan menganggap lebay! Tekanan demi tekanan dibarengi tuntunan keluarga membuat dia hampir melakukan jalan pintas menghentikan beban mental yang dihadapinya, yaitu bunuh diri.  Untungnya, sebagai sahabat, aku selalu meluangkan waktu jika dia membutuhkan  tempat untuk berkeluh kesah.
       Membahas tentang mental health sebenarnya hampir semua kita yang hidup dimuka bumi ini pernah mengalami atau bahkan sedang mengalami mental illness. Mulai dari depresi, anxiety, bipolar atau apa pun yang berhubungan dengan Kesehatan mental. Bahkan orang yang kita anggap hidupnya fine-fine saja dengan segala popularitas serta materi melimpah sekalipun, ternyata mereka juga memiliki masalah Kesehatan mental. Salah satunya Musisi idolaku Chester Bennington pentolan grup band Linkin Park. Tanggal 20 Juli 2016 lalu, Betapah terkejutnya aku mendapat kabar dia meninggal akibat bunuh diri  dengan cara gantung diri tepat di hari Ulangtahun sahabat baiknya Chris Cornell. Konon katanya Chester depresi dan mengidap mental illness yang berkepanjangan. Siapa yang mengira orang yang terlihat garang di atas panggung dan memiliki sense of humor yang tinggi menyimpan tumpukan masalah yang terpendam. Tidak hanya Chester, banyak tokoh-tokoh popular lainnya yang mengalami mental illness berujung kematian. Komedian Robin Williams yang juga membikin penikmat film-filmnya tersontak. Mampun membuat orang tertawa sayangnya untuk menyemangati ndirinya sendiri dia menyerah.