Mohon tunggu...
Very Barus
Very Barus Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Writer, Traveler, Runner, Photo/Videographer, Animal Lover

Mantan jurnalis yang masih cinta dengan dunia tulis menulis. Sudah menelurkan 7 buah buku. Suka traveling dan Mendaki Gunung dan hal-hal yang berbau petualangan. sejak 2021 menyukai dunia lari di usia setengah abad. target bisa Full Marathon. Karena sejatinya hidup adalah sebuah perjalanan, maka berjalannya sejauh mana kaki melangkah. Kamu akan menemukan banyak hal yang membuat pikiran dan wawasanmu berbicara. Saya juga suka mengabadikan perjalan saya lewat visual. Anda bisa menyaksikannya di channel Youtube pribadi saya (www.youtube.com/verybarus). Saya menulis random, apa yang ingin saya tulis maka saya akan menulis. Tidak ada unsur paksaan dari pihak mana pun. Selamat membaca!

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Setujukah Anda, Manusia adalah mahluk Paling Sadis Ciptaan Tuhan?

21 Agustus 2024   15:12 Diperbarui: 21 Agustus 2024   15:21 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernah nggak kamu melihat seekor tikus dibunuh, kemudian tubuh tikus yang sudah tak berdaya itu dilemparkan di tengah jalan yang ramai kendaraan? Seketika jasad tikus tersebut dilindas berbagai jenis kendaraan hingga merata dengan aspal. Begitu juga dengan seekor ular. Seorang ibu berteriak menjerit ketakutan melihat seekor ular yang sedang melintas di Semak-semak. Teriakan si ibu mengundang banyak orang untuk menangkap si ular lalu memukul kepala dan tubuhnya hingga tak berdaya. Kemudian tubuh ular yang sudah tak berdaya dibuang ke tengah jalan yang lagi-lagi ramai kendaraan melintas. Nasibnya pun sama seperti tikus, tubuhnya yang tidak berdosa dan tak berdaya kelindas kendaraan hingga merata dengan aspal.

Lucunya, pemandangan seperti itu seperti hal yang lumrah dan wajar dipertontonkan. Tidak ada yang protes, tidak ada yang melerai dan tidak ada yang menganggap itu tidak baik. Justru banyak yang melakukan hal yang sama ketika melihat tikus atau ular atau hewan lain apa pun yang dianggap berbahaya atau mengganggu layak untuk dibunuh dan dilindas. Atau jangan-jangan kamu juga salah satu pelaku yang pernah melakukan hal yang sama? Sadis!

foto diiambil dr RRI.co.id
foto diiambil dr RRI.co.id

Terkadang aku sering bertanya pada diri sendiri, "Apakah manusia mahluk ciptaan Tuhan yang paling sadis?" karena, banyak mahluk ciptaan Tuhan lainnya sering menjadi korban kebuasan manusia. Merasa kastanya paling tinggi sehingga bisa semena-mena dengan mahluk ciptaan Tuhan lainnya. Membunuh hewan-hewan liar yang dianggap wajar karena dianggap mengganggu Perkebunan mereka atau mengganggu hutan yang perlahan-lahan digunduli untuk dijadikan perumahan atau pabrik. Padahal mereka yang sesungguhnya memiliki hutan tapi justru dianggap habitat yang layak untuk dibunuh karena mengganggu proses penebangan hutan. Hingga akhirnya, satu persatu hewan liar itu kehilangan rumah dimana sesungguhnya mereka tinggal.

foto dokpri
foto dokpri

              Mungkin dianggap lebay Ketika aku harus berdialog dengan segerombolan tikus yang berkeliaran di rumahku ketika malam hari tiba. Mereka merusak perabotan dapur bahkan mampu membuka lemari yang terkunci demi menggerogoti aneka cemilan dan makakanan. Belum lagi kotoran mereka serta bau pipis yang menyengat yang bisa mengundang virus masuk. Sebenarnya aku tidak tega membunuh mereka. Bahkan aku sempat bernegosiasi dengan cara meletakkan sisa-sisa makanan di wadah untuk mereka makan di malam hari. Tapi tetap saja mereka merusak dan menggerogoti makanan.

Kekesalan muncul, aku pun berkata kasar pada mereka," Mohon maaf para tikus, jika aku harus meletakkan racun tikus di dapur ini. Apabila diantara kalian ada yang memakannya dan mati. Aku minta maaf."  Keesokan paginya, beberapa ekor tikus mati tegang karena memakan racun tikus. Jujur, hati ini sebenarnya luka juga. Mereka yang sesungguhnya mencari makan terpaksa harus merenggang nyawa oleh lagi-lagi ke sadisan manusia. Karena merasa berdosa atas kematian mereka, aku menggali lubang dan menguburkan jasad mereka di halaman rumah. Rest in peace! Ucapku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun