Mohon tunggu...
Very Barus
Very Barus Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Writer, Traveler, Photographer, Videographer, Animal Lover

Mantan jurnalis yang masih cinta dengan dunia tulis menulis. Sudah menelurkan 7 buah buku. Suka traveling dan Mendaki Gunung dan hal-hal yang berbau petualangan. Karena sejatinya hidup adalah sebuah perjalanan, maka berjalannya sejauh mana kaki melangkah. Kamu akan menemukan banyak hal yang membuat pikiran dan wawasanmu berbicara. Saya juga suka mengabadikan perjalan saya lewat visual. Anda bisa menyaksikannya di channel Youtube pribadi saya (www.youtube.com/verybarus). Saya menulis random, apa yang ingin saya tulis maka saya akan menulis. Tidak ada unsur paksaan dari pihak mana pun. Selamat membaca!

Selanjutnya

Tutup

Diary

Cerita Tentang Dua Perempuan

17 Agustus 2024   15:01 Diperbarui: 17 Agustus 2024   15:09 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya sudah lama banget pengen menulis kisah ini. Ya, kisah dua perempuan yang ditinggal pergi untuk selama-lamanya oleh pasangannya. Aku sangat mengenal dekat kedua Perempuan ini. Karena, sebelum mmeninggal, sesungguhnya suami-suami mereka adalah sahabat karibku.

Aku sering bertemu dengan mereka karena, dulu kami bekerja disatu bidang pekerjaan yang sama meski beda Perusahaan. Rutinitas pekerjaan sering mempertemukan kami dilapangan yang menjadikan kami best friends. Jalinan persahabat terus terbina tidak hanya sebatas kenal dekat dengan mereka saja. Aku juga aku mengenal dekat dengan pasangan-pasangan mereka alias istri mereka serta anak-anaknya.

Terkadang, aku suka iri melihat salah satu dari istri sahabatku yang gencar memposting foto-foto kemesraan mereka di sosmed. Segala aktivitas yang sering dilakukan berdua selalu di share.  Mereka selalu mengabadikan setiap kali kemana pun mereka pergi. Komentar-komentar pujian bak hujan deras yang mengalir di kolom komentar akun sosmednya. Aku melihat si istri begitu lincah dengan postingan serasa kayak haus pujian dan sanjungan sehingga dia tidak pernah gentar memposting foto sweet couple mereka.

Berbeda dengan temanku dengan pasangannya yang satu lagi. Mereka terlihat lebih kalem. Lebih bersahaja dan tidak terlalu suka mempublikasikan kehidupan mereka si sosmed. Kalau pun ada postingan, bisa dihitung dengan jari.  Dalam sebulan mereka hanya berapa kali membuat postingan. Tapi, bukan berarti hubungan mereka tidak baik-baik saja. Keduanya terlihat harmonis Bersama anak-anaknya. Beda pasangan beda treatment kali, ya.

              Meski dibali foto-foto mesra yang terpampang nyata di social media, ternyata tersimpan prahara yang bak gunung es. Terlihat ujung permasalahanannya saja tapi sesungguhnya sudah mengakar. Hal tersebut pernah diceritakan sahabatku disela-sela waktu hetic kami bekerja. Sama-sama bercerita tentang dinamika berumah tangga. Aku berkisah tentang perbedaan-perbedaanku dengan pasanganku. Begitu juga dia yang berkisah secara rinci tentang kekurangan dan kelebihan pasangan.

Itulah pernikahan. Tidak ada satu pasangan yang benar-benar cocok atau sempurna. Pasti memiliki perbedaan yang sulit untuk dirubah. Karena sesungguhnya menikah itu bukan menyatukan dua hati atau dua isi kepala yang berbeda, melainkan bagaimana kitab isa bertoleransi dnegan perbedaan itu. Karena sifat dan karakter tidak lah bisa dirubah dalam sekejap mata. Butuh proses yang teramat Panjang.

              Hingga suatu Ketika di tahun 2020, Ketika Covid melanda bumi ini, salah satu temanku mengalami sakit yang berpengaruh dengan pikirannya. Meski tidak terpapar Covid trenyata mental dan pikirannya terkena dampaknya. Sampai akhirnya dia terkena serangan stroke yang mengakibatkan Sebagian organ tubuhnya sulit difungsikan. Bahkan jaringan syaraf otaknya ada yang terkena imbasnya membuat dia suka berbicara ngelantur. Suka tidak konek. Satu tahun berjuang melawan stroke serta kompilasi lainnya, 2021 temanku itu meninggal dunia. Hatiku sangat terpukul. Karena, Ketika sakit, aku dan teman baikku serta istrinya membesuk ke rumahnya. Ngobrol ngalur ngidul untuk menyenangkan hatinya. Tuhan berkata lain, beberapa bulan kemudian, temanku meninggalkan istri dan anak-anaknya. Istrinya sangat terpukul atar kepergian belahan jiwanya. Kami mengantarkannya hingga ke liang kubur.

              Beberapa bulan setelah kepergian teman baikku itu, aku mendapat kabar kalau teman baikku yang satunya juga mengalami sakit. Anehnya, meski kami jarang bertemu dikarenakan Covid melanda, tapi secara telepati kontak batin aku sering bertemu dengannya lewat mimpi. Dalam mimpiku, dia datang berjubah putih dengan wajah sedih dan pamitan untuk pergi. Mimpi tersebut benar-benar aneh menurut aku. Lalu aku ceritakan mimpi tersebut kepadanya. Tapi dia menjawab,"Aku baik-baik saja kok,Rus."  Tapi ternyata dia berbohong. Beberapa bulan tidak bertemu ternyata dia mengalami sakit yang tidak main-main. Kanker limpoma yang sudah stadium tinggi.

Meski demikian, aku sulit untuk bertemu dengannya. Entah apa alasan dia tidak mau bertemu. Seperti ada sesuatu yang disembunyikan. Aku hanya bisa memantau kabar sahabat baikku itu lewat status pasangan hidupnya yang begitu aktif menulis kisah perjuangannya merawat sang suami. Meski pernah beberapa kali aku minta izin untuk bertemu, namun semua tidak pernah ditanggapi.  Sampai akhirnya sahabat baikku itu pun berpulang ke Sang Pencipta. Kabar duka ini pun aku dapat bukan dari pasangan hidupnya yang tidak lain aku sangat kenal dekat dengannya. Melainkan dari sahabat baikku yang lainnya.

Apa pun alasannya, aku harus bertemu dengan sahabat baikku ini untuk terakhir kalinya. Aku mencari tahu Dimana jenazahnya. Dan aku mendapat info kalau jenazah akan dibawa ke kota Kelahirannya di Surabaya. Subuh-subuh aku mendatangi RS tempat jenasah disemayamkan. Tapi saying, aku hanya berpapasan dengan mobil ambuolan yang baru saja meninggalkan RS menuju Surabaya. Dan disitu aku bertemu pasangan hidupnya yang juga hendak akan berangkat ke Surabaya. Kami berpelukan dengan isak tangis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun